06. Lee Taeyong

8.6K 73 5
                                    

(Neighbor)

FUCK! Tanganku yang tengah mengocok vaginaku terhenti di udara. FUCK!!!! Sebentar lagi aku klimaks tapi LIHAT KE ARAH JENDELA ITU! Di depan jendela, disebuah tembok yang menghadap ke tepat ke beranda kamarku, ada kepala seseorang yang menyembul di sana dengan mulut menganga dan tangan memegang bola bulutangkis yang nyangkut di atas tembok.

FUCK! Harusnya aku menutup tirai tadi. Sialan.

Itu terjadi yanya sekian detik. Kemudian wajah si pemilik tangan memerah dan hilang di balik tembok. Aku cepat-cepat bangkit. Menutup tirai dan kemudian memegang jantungku. Sial. Debarannya keras sekali. Aduh sudah berapa kali aku mengatakan kata sial hari ini. FUCK! Sial!!!!! Cowok itu melihatku sedang...masturbasi.

Aku terdiam sebentar. Nafsuku hilang dan kandas. Aku takut. Mendadak aku takut sekali. Ini pertamakalinya seseorang di lingkunganku tau kelakuanku. Di perumahan ini aku terkenal sebagai Kakak yang sangat amat dibanggakan keluarga. Lantas bagaimana bisa seorang gadis yang disanjung banyak orang sekarang terang-terangan membuka gorden dan masturbasi menghadap balkon?!

Kuambil handuk yang meggantung di pintu dan kemudian memutuskan untuk mandi. Sial. Andai saja Lee Taeyong itu tidak melihatku. Aku pasti sudah klimaks tadi.

Aku menghidupkan air dan berdiri di atas pancuran. Sudah sebulan sejak aku tidak lagi berhubungan dengan Pak Johnny, Mark, dan Lucas. Meskipun aku...euh...mau berhubungan badan dengan mereka, aku bukan pelacur yang akan merusak hubungan mereka dengan orang yang mereka cintai. Aku masih punya hati. Ditambah dengan kenyataan bahwa gadis-gadis baik itu. Nampak sangat amat baik. Kalu aku ada di posisi mereka, kalau saja Kak Jaehyun masih ada, aku pasti tidak akan kecewa kalau ada gadis lain yang selingkuh dengannya. Meskipun aku yakin Kak Jaehyun tidak akan begitu sih.

"Kak, masih lama ga di kamar mandinya? Mama minta tolong bawain cake ini dong ke rumah Tante Lee tetangga sebelah. Kemarin Tante Lee kasi Mama oleh-oleh dari Korea." Mama berteriak di depan kamar mandi tepat setelah aku memakai bra. Sial! Tuh kan sial lagi. Masak bisa-bisanya setelah anaknya Tante Lee melihatku masturbasi aku harus kesana dengan wajah tebal dan membawakan cake untuk Mamanya?!

"Buruan Kak! Mama sama Papa tinggal dulu ya. Cakenya ada di maja. Adek sama suaminya minggu depan baru balik kesini lagi. Makasi Kak." Aku menggerutu sembari menggunakan daster gambrong kesayangan.

Keluar dari kamar mandi, rumah sudah amat sangat sepi. Hanya tersisa satu mobil di garasi dan pintu yang tertutup rapat. Dengan ogah-ogahan, aku mengambil cake dan menggunakan sandal. Berjalan kedepan, kemudian menutup pintu. Kuatur nafasku dan berharap tidak akan berhadapan dengan si Lee Taeyong atau aku akan mati karena malu.

Kulihat di teras depan Tante Lee sedang menyiram tanaman. Sepertinya aman. Tidak ada tanda-tanda keberadaan dari anaknya. Jadi aku buru-buru menyampaikan apa yang diinstruksikan Mama kepada Tante Lee.

"Katanya makasii banyak oleh-olehnya Tan. Ini cake dari Mama. Tadi Mama nge bake sendiri." Aku tersenyum kemudian melanjutkan "Maaf ya Tan aku kesini dasteran. Hehe kurang sopan." Tanta Lee tersenyum kemudian menunjuk dirinya sendiri yang juga memakai daster.

"Ck kamu ini. Tante juga dasteran ih. Makasii banyak ya. Padahal Mama kamu harusnya gak usah repot-repot tau." Ujarnya seraya menepuk pundakku pelan.

"Yaudah Tan, aku balik dulu ya. Masih nunggak nihh ngerjain tugas akhirnya." Aku bersalaman dan kemudian berpamitan. Tante Lee mengangguk. Aku bernafas lega saat berbalik karena tidak bertemu dengan Lee Taeyong. Tapi nafasku tidak jadi lega karena sebuah suara menginterupsi di belakang.

Sssttt...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang