07. Moon Taeil

8K 77 10
                                    

[Cheating On You, Sorry Dear Sista]

Pagi itu adikku sedang tertidur dengan pulas di sofa. Aku menatap wajahnya yang berseri. Bahagianya dia. Aku yakin dia benar-benar bahagia dengan Mas Taeil dalam beberapa bulan kebelakang. Bahkan kudengar beberapa malam lalu, aku sudah punya calon keponakan.

Tanganku yang sedang memegang erat gelas semakin erat. Sampai kemudian kulihat Mas Taeil datang. Sepertinya dia akan memindahkan adikku ke kamar mereka. Aku tersenyum tipis dan melipir ke kamarku. Meninggalkan mereka berdua yang sepertinya juga akan ke kamar mereka sendiri.

Jantungku berdegup lebih kencang. Aku ingat betul malam itu. Malam dimana Mas Taeil pertamakali datang ke rumah. Dia belum mengenal adikku tentu saja. Ah belum lebih jauh tepatnya.

Mas Taeil pemuda yang sopan. Sopan sekali. Sampai-sampai seluruh isi rumah kagum terhadapnya termasuk aku. Sejak saat itu adikku langsung jatuh cinta. Mas Taeil tahu adikku sejak SMA. Perusahaannya pernah melakukan job fair di sekolah adikku. Dan dia datang hari itu, terpikat pada adikku, kemudian tanpa berkenalan datang ke rumah. Melamar. Ajaib bukan? Indah sekali kan kisah cinta adikku?

Hanya saja aku pernah sekali berbuat dosa. Sebuah dosa yang membuatku takut sekali Mas Taeil ada di dekatku. Aku pernah bercinta dengannya. Tepat di atas sofa dimana adikku tidur hari ini. Sofa dimana Mas Taeil dulu duduk dan aku bersimpuh di hadapannya, mengulum penis besarnya yang tidak seluruhnya muat di mulutku.

*****
"Ma, Mama kok masak banyak banget? Kita mau kedatangan tamu?" Kucomot satu tempe goreng tepung yang dibuat Mama dan mengunyahnya dengan khidmat.

"HEH! Main comot-comot aja. Gak sopan tau! Iya. Ada seseorang yang mau dateng hari ini. Malem nanti. Ini mah masaknya bukan buat dia. Ini buat dibagiin ke tetangga." Ucap Mama dan masih sibuk menggoreng.

"Lah? Ngapain masak buat tetangga? Mama mau ngadain syukuran?" Kembali kucomot tempe yang telah matang.

"HUSH! Kak sopan dikit heh. Ada yang mau dilamar. Udah kamu sana nugas dulu. Siang ini Mama, Papa, sama adik bakalan keluar sebentar. Kamu jaga rumah sampai sore ya. Kalau tamunya dateng kamu ajak aja masuk ke dalem dulu." Ujar Mama dengan wajah berseri-seri. Siapasih sebenarnya Tamu ini? Kok dinanti-nanti sekali.

"LAH KOK AKU GA DIAJAK KELUAR?" Pertanyaan itu ditutup dengan aku yang mencomot satu lagi tempe dan Mama yang melotot galak.

"Kemarin kamu bilang tugasmu banyak. Gamau beli baju bareng?! Gimana sih?!" Aku hanya mengangguk-anggukkan kepala. Selepasnya aku kembali ke kamar, menatap laptop dengan draft tugas yang telah selesai, dan kemudian tersenyum kecil. Siapa juga yang mau ikut beli baju? Capek. Lebih baik aku tidur. Kusingkap dasterku. Melakukan ritual, keluar, dan tidur nyenyak.

Bunyi bel siang itu membangunkanku dari tidur. Kukumpulkan nyawa sejenak dan kemudian berjalan malas ke arah pintu. "Biasanya juga paketnya ditaruh di kursi depan Mas." Aku mengucek mata dan kemudian ternganga. YANG DIDEPANKU BUKAN ABANG-ABANG PAKET!

"Eh maaf. Halo siang. Nyari siapa ya?" Pertanyaan itu dijawab senyuman sopan. "Oh Mas yang udah ada janji ya? Yang Mas Mas pengusaha itu?" Lagi-lagi mas-mas itu tersenyum sopan dan kemudian mengangguk.

"Maaf Mas, orangnya lagi keluar. Tadi sih katanya Mas disuruh nunggu dulu. Janjinya kan malam Mas, kok udah dateng jam segini?" Aku menuntun pria itu ke ruang tamu dan mempersilahkannya duduk.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 14, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sssttt...Where stories live. Discover now