45 - Mahya?

1.7K 189 15
                                    


Selamat membaca.🖤

Fathan menutup pintu. "Lima juta, kurang ya?"

"Hah! Lima juta? Banyak banget, Mas." Tentu Ziara terkejut saat tau nominal yang suaminya berikan. Mungkin, bagi sang suami uang tersebut tak seberapa tapi tidak bagi keluarganya.

Pasti di rumah saat ibunya sudah tau mendapatkan uang dengan nominal 5 juta dari Fathan, beliau sangat terkejut dan terharu. Ayahnya saja jarang sekali memberikan uang sebanyak itu hasil kerja.

"Gak lah, Sayang. Mas malah mikir itu kedikitan."

"Aku takut kalau orang tua kamu tau, kamu ngasih ke mama sebanyak itu malah jadi masalah."

"Jadi masalah? Itu gak mungkin, Sayang. Abi, Ummi gak pernah mempersalahkan soal uang kamu tenang aja ya."

"Aku takut juga Mas orang lain berfikir aku nikah cuma mau uang kamu aja."

"Tapi Mas seneng kalau uang Mas, kamu yang habiskan."

"Ck. Mas, gak lagi becanda."

"Bilang aja sama Mas kamu mau apa, insyaallah Mas turutin."

"Gak ada."

"Nikah hampir dua bulan, kenapa kamu gak pernah minta barang-barang mahal? Setiap di ajak ke toko perhiasan kamu gak pernah mau, bahkan uang di atm yang kamu pegang aja gak pernah kamu gunakan untuk kepentingan pribadi kamu. Padahal Mas berharap banget, kamu pakai shopping-shopping sama temen kamu."

"Mas seneng aku boros?"

"Secukupnya aja, karena semua yang berlebihan tidak baik."

Tak bisa berkata-kata lagi, Ziara memilih memeluk suaminya. Ia benar-benar sangat mencintai dan menyayangi sang suami, setiap hari ia semakin dibuat jatuh cinta karena perlakuan manis suaminya.

Ia semakin memperdalam pelukan sembari memejamkan mata. "Aku cinta banget sama Mas Fathan."

Fathan tersenyum senang. "Mas lebih-lebih cinta sama kamu, gak liat kamu setengah hari aja berat banget rasanya."

Ziara mendongak tanpa melepas pelukan, menatap wajah suaminya yang menunduk padanya.

Cup!

Fathan mencium kening Ziara dalam.

Ziara menutup mata sejenak, ia dapat merasakan ketulusan hati sang suami dari ciuman di keningnya.

Beberapa menit, setelah puas mereka pun duduk di atas sofa.

"Sayang, Mas penasaran kamu kenapa tadi kaya ragu-ragu mau bilang kangen sama mama?" tanya Fathan teringat sesuatu yang belum di selesaikan.

"Mas, aku minta maaf ya," mohon Ziara tulus mengalihkan pertanyaan Fathan.

Fathan menyerengit. "Maaf? Untuk apa?"

"Selama ini aku gak pernah mikirin perasaan kamu Mas, aku terlalu kekanak-kanakan apa lagi saat sedang menghadapi masalah. Aku lebih sering ngadu ke mama dari pada kamu," tutur Ziara menunduk sedih dengan mata berkaca-kaca. "Sekarang aku janji, Mas. Aku akan lebih fokus ke Mas," lanjutnya berjanji berusaha menjadi lebih baik lagi.

"Semua itu tidak akan mengurangi rasa cinta Mas sama kamu."

"Ah sedih. Kenapa Mas Fathan sebaik ini sih?"

Fathan menghapus air mata istrinya yang sedikit menetes di bawah mata. "Masa Mas jahat sama istri sendiri," balasnya sembari mengecup pelan pipi kiri Ziara beberapa kali. "Gemes banget sih!" Saking gemasnya ia menggigit kecil pipi chubby sang istrinya.

DAMBAAN GURU TAMPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang