7 | parfume

184 10 2
                                    

"Jadi, apa pusingmu sudah terasa membaik?" Tanya pria itu, Kenma hanya mengangguk sebagai jawaban.

Tentu saja, lelaki bersurai hitam itu merasa lega sembari mengusap kepala Kenma.

"Terimakasih, Tuan. Padahal hanya pusing biasa, tapi anda berlebihan sekali." Kuroo yang mendengarkan hanya menggeleng.

Kuroo mengatakan tak apa, ini demi kebaikan pemuda itu sendiri. Mendengar pujaannya sedang tak enak badan saja Kuroo sudah sangat panik.

Tentunya, karena ia sayang dan mencintai pemuda itu.

Tak ada yang tahu perasaan lelaki jabrik ini terhadap pemuda blonde coklat itu. Dari awal pertemuan keduanya, Kuroo sudah sangat tertarik dengan Kenma.

Tak peduli dia perempuan atau laki-laki, orang ini berhasil sekali menarik hatinya dan langsung jatuh cinta ditempat begitu bisa berkenalan dengan pemuda ini.

Cafe itu, semua dan awal kisah jatuh hatinya Tuan Kuroo.

"Apa kau baik-baik saja kalau aku tinggalkan pergi bekerja?" Kenma mengangguk, mengatakan bahwa iya tentunya bisa, tak lagi pusing ataupun tidak enak badan membebaninya.

"Anda terlalu banyak ngekhawatirkan saya, Tuan. Terimakasih banyak." Ujarnya tersenyum sembari membungkukkan tubuh mungilnya.

Kuroo tersenyum melihat itu. Astaga anak ini, bisa sekali mengubrak-abrik hatinya.

Senyuman maut itu tak kalah manis dari madu dan gula didunia ini, batinnya.

Kuroo dengan cepat memalingkan wajahnya, merasa semburat merah mejalar dipipinya dan kepalanya panas sekali karena terpana, bisa-bisa pria ini meledak dalam beberapa menit saja karena pemuda mungil di rumahnya itu.

"Ada apa dengannya?"

"Ntahlah, apa dia gila? Aku takut, Oikawa san." Mendengar percakapan akan dirinya, Kuroo mengubrak meja hingga mengejutkan kedua insan yang sedang asik dengan obrolannya.

"Kuroo? Ada apa denganmu? Apakah pekerjaan ini membuat mu perlahan menjadi gila?" Ujar Oikawa dengan raut wajah pura-pura kasihan dan sedih.

"Aku tidak gila! Dan cepat sana kalian mengerjakan pekerjaan kalian." ketus pria jabrik alih-alih mengerjakan pekerjaannya dengan fokus kembali pada dokumen dan laptopnya seolah tak peduli dengan kehadiran dua sejoli yang masih menatapnya tak bergeming.

Keduanya masa bodoh dengan perintah Kuroo, mereka kembali menatap pria itu.

Tak lama, Kuroo kembali tersenyum dengan sendirinya sampai-sampai wajahnya menampakkan sedikit semburat kemerahan. Membuat kedua insan bersurai cokelat dan kacang merah itu kembali memandangi satu sama lain.

"Apa kau punya pacar, Kuroo san?" Tanya Yukie pada pointnya. Kuroo tersedak mendengarnya ketika menyeruput minumannya.

"Apa-apaan kau? Ke-kenapa bertanya begitu? Tentu saja aku tak punya, buat apa juga." Tegasnya.

Oikawa menggeleng diikuti Yukie yang turut menggeleng. "Sejak pagi kau selalu senyum-senyum sendiri. Kami khawatir kau sudah tak waras, Kuroo." Ujar Oikawa dengan bibir cemberut.

"Jadi beritahu kami siapa pacarmu." Yukie ikut menimpali dengan wajah berbinar-binar, sangat amat penasaran.

"Tak ada apa-apa, jadi kembali bekerja sana, kalau tidak gaji kalian akan kupotong." Finalnya.

Oikawa dan Yukie secara berat hati meninggalkan ruangan kerja milik Kuroo, tak mendapatkan apa yang mereka inginkan dan malah terkena ancaman.

Kuroo mengeleng kepalanya sembari menghela nafas, tingkah kedua temannya ini benar-benar lebih memusingkan dari pada mengurus perusahaannya.

My pretty maid || KuroKenWhere stories live. Discover now