6 | Cafe

167 12 1
                                    


[Flashback]

"Halo, saya boleh duduk disini? Tampaknya banyak meja cafe yang sudah penuh." Tutur pria itu.

Suara berat dan rendah pria itu sedikit mengejutkan pemuda dihadapannya. Tampaknya orang ini sedang sedikit sibuk membaca lembaran-lembaran kertas putih, entah apa isinya.

"Oh, i-iya silahkan, Pak." Suaranya membuat hati pria jabrik hitam itu agak terenyuh. Ia duduk dihadapan sang pemuda yang mempunyai surai bergradasi coklat dan pirang seperti puding.

Wajahnya juga manis dan cantik, sedikit terkejut saat pria itu tahu kalau orang secantik dan manis ini seorang laki-laki.

Aneh, tapi pria itu jatuh cinta dengan pemuda itu, tatapannya sayu dan lembut menaklukan hatinya sekejap saja.

Tampaknya orang didepannya ini lebih tua beberapa tahun darinya batin pemuda itu. Melihat cara perilakunya, mungkin perbedaan keduanya yaitu 10 tahun, hanya perkiraan saja.

"Santai saja, apakah kehadiran saya membuat keadaan sedikit canggung?"

Dasar, sudah tahu buat apa bertanya, tentu saja canggung. Dari tadi pria ini menatapnya tanpa melirik kopi yang ia minum, siapa yang tidak kikuk?

Pemuda itu mengusap tengkuknya, dengan malu-malu mengatakan iya serta bertanya kenapa orang ini dari tadi memperhatikan nya.

"Ah, maafkan saya. Mungkin kelelahan saya sedikit termenung sampai tak sadar menatap anda dari tadi." Okey, pemuda itu mengangguk sebagai respon lalu kembali memperhatikan lembaran kertas dihadapannya.

"Sedang apa?" Tanya pria itu.

"Err... Saya hanya sedang mencatat dan membaca, hmm... Tentang beberapa toko atau pekerjaan yang mungkin membuka lowongan untuk karyawan yang bisa menerima remaja seperti saya, Pak." Jelas pemuda itu dengan bingung.

Langsung saja, wajah pria itu berubah. Kesan terkejut karena melihat remaja yang harus bekerja dibanding sekolah, pikirnya.

Pria itu kembali angkat bicara bertanya berapa umur anak ini.

"19 tahun, Pak."

"Hmm... Begitu ya, kau tak melanjutkan pendidikan mu? Kenapa malah memilih bekerja? Atau hanya mencari kerja sampingan?"

Pertanyaan beruntun itu dengan sabar dijawab oleh sosok yang lebih muda.

Ia sudah tak bisa lanjutkan pendidikan kejenjang perkuliahan, ekonomi keluarga membuatnya harus lebih memilih pekerjaan dibanding pendidikan.

Pria itu terenyuh mendengarnya, merelakan pendidikan demi ekonomi keluarga yang kian memburuk tiap tahun tentu berat karena harus dirangkul oleh anak yang belum masuk kepala dua.

"Tampaknya, banyak pekerjaan yang kurang membutuhkan pekerja seperti saya, banyak yang bilang seperti belum berpengalaman . Saya sudah mencari sana sini, tak ada yang menerima saya, padahal saya bisa bekerja jadi apa saja."

Wajahnya sendu setelah berkata demikian, namun garis bibirnya tak luntur sedikitpun. Matanya bahkan mencoba menahan muatannya hingga menimbulkan efek kemerahan disekitar mata, hingga mata pemuda itu sedikit berkaca-kaca.

Bekerja jadi apa saja, kalimat itu memunculkan suatu ide dikepala sisurai hitam.

"Bekerja apa saja asal diterima?" Tanya pria itu. Yang ditanya mengangguk sembari mengusap matanya.

"Kalau begitu siapa nama mu?"

"Kozume Kenma." Pria itu tersenyum sembari mengeluarkan tangannya untuk bisa berjabat dengan sosok bernama Kenma ini.

"Saya Kuroo Tetsurou, umur saya 26 tahun. Saya owner sebuah perusahaan, akan saya beritahu nanti. Namun sekarang, apa kamu mau bekerja dengan saya?"

Kenma terkejut, apa maksudnya? Tidak, tunggu, apa yang pria ini bilang? Seorang owner perusahaan? Apakah perusahaannya besar? Dia tidak mungkin di hire menjadi salah satu karyawan di perusahaannyakan? Dia tidak sampai berharap jadi yang seperti itu.

"T-tunggu, apa maksud anda? Anda mengejutkan saya dua kali." Ujarnya dengan wajah heran yang membuat pria bernama Kuroo itu malah membatin wajah anak ini semakin manis dengan gestur panik dan bingung.

"Iya, mau kan? Kamu bekerja dirumah saya sebagai seorang pelayan. Membersihkan rumah saya, menjaga, memasak, dan lain-lain selama saya di rumah maupun diluar." Kenma semakin bingung.

Kenapa tidak mencari maid wanita saja? Ketimbang mencari laki-laki, mungkin tak banyak yang bisa dilakukan.

"Soal itu karena ada satu hal, yang membuat wanita tua atau muda tidak bisa kubiarkan tinggal di rumah saya." Jelas Kuroo, alasannya tak logis sekali menurut Kenma.

Namun, pemuda itu tak banyak berpikir, tak masalah jika memasak atau bebersih. Mendapatkan pekerjaan apalagi bekerja dibawah seorang boss perusahaan siapa yang menolak?

"Apa yang perlu saya lakukan, Pak?" Tanya lembut dengan wajah berbinar.

"Wahh... Kau mau? Aku terkejut, kupikir kau akan menolak karena menjadi seorang pelayan." Kekeh Kuroo sembari menyeruput kopinya kembali.

"Kau tak mungkin tak tahu pekerjaan maid, Kenma." Tambahnya.

Kenma mulai berpikir, apa harus menerimanya atau tidak? Tawaran seperti ini tak akan datang dua kali kan? Namun, ia tetap ragu karena ia tak terlalu terbiasa dengan urusan bersih-bersih dan memasak.

"Pembantu lama saya sudah sakit-sakitan, dia seorang istri dari supir pribadi saya. Saya sudah tak bisa memaksanya untuk bekerja di rumah saya, jadi kalau kamu mau kamu bisa menggantikan posisinya." Jelas Kuroo panjang lebar.

Kenma mulai tertarik, tak apa menjadi seperti pembantu orang, rasanya gajinya sudah pasti tidak main-main.

Setelah banyak berbicara dan berpikir.

Kenma setuju, keputusannya bulat.

Kuroo juga senang, orang yang ia suka dalam sekejap detik ini mau bekerja dengannya. Sepuas hati pria itu memandangi seluk kecantikan dan manis nya pemuda itu di rumahnya.

Dengan senyuman indahnya, Kenma kembali mengulur tangan seraya berkata.

"Kalau begitu mohon bantuannya, Tuan Kuroo."

[Fakshback end]

My pretty maid || KuroKenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang