4. By??

100 112 32
                                    

~Happy Reading~


Abyan menuruni Bus dengan sedikit tertatih, lututnya terasa sedikit perih walaupun hanya luka kecil. Untung saja robekan di celananya tidak terlalu lebar, jadi ia masih bisa memakainya dan tidak terlalu membuat Bundanya khawatir.

Dengan tersenyum kecil, kakinya kembali melangkah ke arah sekolah khusus di sebrang jalan, sekolah disabilitas. Abyan memasuki gerbang sekolah, sesekali melambaikan tangan pada beberapa anak yang menyapanya di halaman sekolah.

"Abyan"

Abyan menoleh pada asal suara, menatap seorang perempuan yang berumur sekitar awal 40an sambil tersenyum.

"Bunda" Abyan menyalami tangan Hanna—ibunya.

"Kenapa langsung ke sini?" Tanya Hanna, menatap anaknya yang masih memakai celana olahraga dengan hoodie hitam.

"Abyan udah lama gak ke sini, sekalian aja nanti pulang sama Bunda" Balasnya.

"Tapi kamu 'kan belum makan, mau Bunda beliin pecel lele di warung depan?"

"Nggak usah Bun, Abyan masih kenyang"

Hanna mengangguk sambil tersenyum. "Gak mau nemuin Bina? Dia nanyain kamu terus dari kemarin"

Abyan mengangguk. "Nanti aku temuin Bina kok, Bun"

"Yaudah Bunda tinggal dulu"

Abyan mengangguk, kemudian kembali melangkahkan kakinya ke salah satu ruangan, tempat dimana beberapa anak berusia delapan sampai sebelas tahun mengembangkan seni, mulai dari melukis, membuat bunga maupun hiasan dinding.

Pembelajaran di sekolah ini berbeda dengan pembelajaran di sekolah biasa, selain belajar materi umum, anak-anak di sekolah disabilitas juga belajar seni keterampilan, seperti belajar musik, melukis dan membuat berbagai macam kerajinan tangan.

"Loh Abyan" Dina, sepupu jauhnya yang juga berprofesi sebagai guru itu menoleh, manatap Abyan yang masih berdiri di luar ruangan.

"Halo Kak" Balasnya.

"Sini masuk". Abyan mengangguk dan memasuki ruangan, bediri tepat di sebelah Dina.

"Ada yang kangen Kak Abyan?" Tanya Dina.

"Kangennn!!" Balas mereka serentak.

"Ada yang mau belajar melukis lagi? Nanti Kakak ajarin" Tanya Abyan.

Sontak saja anak-anak di kelas itu mengangguk dan berteriak senang. Walau memiliki keterbatasan, mereka bahkan tidak pernah mengeluh dan selalu semangat. Itu yang Abyan kagumi dari mereka.

Terkadang, Abyan merasa kesal saat orang-orang memperlakukan mereka dengan tidak adil. Padahal tidak ada yang salah, mereka hanya ingin beraktifitas layaknya orang normal.

Tapi beberapa orang menjauhi, bahkan menghina mereka tanpa berpikir bahwa perlakuan itu bisa saja merusak mental dan semangat yang susah payah mereka bangun.

Mereka berbeda, dan mereka istimewa.

"Kakak seneng kamu ke sini, akhir-akhir ini.. Anak-anak sering banget nanya sesuatu yang sulit buat Kakak jelasin" Ujar Dina, sambil berjalan di koridor sehabis mengajar tadi.

Never Goodbye [ON GOING]Where stories live. Discover now