02 ✾ Shocked

205 146 99
                                    

     PANDANGAN Lex mengedar kala suara burung hantu terdengar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

     PANDANGAN Lex mengedar kala suara burung hantu terdengar. Hewan bersayap itu ia temukan bertengger di dahan pohon yang rindang. Jika orang lain takut mendengar suara dan melihat wujudnya, Lex justru tersenyum karena bahagia.

Berdasarkan fakta masa lampau yang ia ketahui dari keluarga, burung hantu adalah lambang kehidupan bagi mereka. Walaupun kini situasinya jauh berbeda karena takdir pahit telah berkata.

“Itu, 'kan ...” Mata Lex memicing curiga pada objek di depan sana. Tepatnya pada seorang gadis yang baru tiba di parkiran asrama. “Kenapa dia bisa ada di sini?” Tak ingin menerka lebih lanjut, ia berjalan menghampiri dengan seutas dugaan dan harapan.

Eh, lho, kamu?” Prila terkejut mendapati sosok yang dicarinya sejak tadi. “Ih, kamu bohong sama aku. Katanya kamu tinggal dan kerja di sini.” Gadis itu setengah menyadari hal di depan mata hingga mengundang kekehan dari sang lawan bicara.

“Aku enggak bohong. Kamu liat sendiri, nyatanya sekarang aku ada di sini.”

Benar juga apa yang Lex katakan. Sepertinya Prila terlalu mendalami peran sebagai korban. “Tapi ... tadi yang kerja di resepsionis kok bukan kamu?” Ia melontar tanya perihal yang ganjal dan menutupi sedikit rasa malunya.

“Iya, aku udah resign.”

“Lho, kenapa?”

“Kamu enggak perlu tau.”

Gadis itu mengerucutkan bibirnya. “Oke. Tapi aku perlu tau, kenapa nama kamu enggak ada di daftar asrama?” Seraya melipat kedua tangan di dada, dia menuntut jawaban yang sesungguhnya.

“Percuma namaku ada tapi akunya enggak.”

“Mak-sud-nya?” Bak sebuah teka-teki, ungkapan tersebut benar-benar tidak Prila mengerti.

“Kamu ini banyak tanya, ya.” Lex menyentil pelan kening gadis itu kemudian tersenyum. “Sekarang gantian aku yang tanya. Kenapa kamu ada di sini?”

“Aku sekarang tinggal di sini!” jawab Prila dengan antusias. “Ya awalnya aku emang enggak mau, tapi keputusanku berubah setelah kita ketemu.”

Gadis itu segera menutup mulut saat menyadari bahwa dia telah kelepasan bicara. Akan tetapi hal tersebut jua bak sebuah magnet yang membuat Lex kembali menampilkan senyumannya. Prila sungguh tak kuasa mendapat tamparan visual di depan mata hingga memutuskan untuk pergi saja.

“Tunggu.” Lex mencekal pergelangan tangan gadis itu karena ingin menanyakan perihal sesuatu. “Apa kamu punya indera keenam?”

“Hah? Kenapa kamu tanya gitu?”

Dia tersenyum lagi. “Jawab aja.”

Eum, sebenernya ... aku enggak terlalu ngerti apa itu indera keenam. Tapi aku tau orang yang punya pasti bukan orang sembarangan. Dia pasti orang yang spesial. Sedangkan aku, aku enggak spesial.”

The Same Thing • Lex (렉스)Where stories live. Discover now