11

28.5K 3.4K 193
                                    


Chapter 11

"Yey kok lambreta sih, Nek?" Laki-laki berbadan tambun yang segera menghampiri Mila itu bertanya dengan nada merajuk. Alisnya bertaut pun kumis tebalnya ikut melengkung ke bawah. "Mana belom dandan lagi, udah jam berapa nih, Nek!"

Mila melingkarkan tangannya di pinggang lebar pria yang ikut berjalan di sebelahnya. "Sori, Nek. Tadi ada urusan mendadak. Jangan ngambek ya? Entar gue bantuin makeup sendiri, biar cepet."

"Eike pikir yey beneran udah mau tobat."

"Nggak dong, darling. Eike juga lagi butuh duit, kali."

"Ckck, cucok deh ah." Pria itu men-toel dagu Mila gemas, sebelum mengerahkan tangan kirinya untuk merangkul pundak Mila yang kelihatan begitu kecil di sebelahnya. Mereka tidak memasuki pintu utama, melainkan menuju pintu lainnya yang tidak bisa dimasuki semua orang karena adanya peringatan 'restricted area'. "By the way, yang nganter tadi sapose? Mobilnya cakrabirawa bengi, Nek. Eike naksir deh." Dia berkata genit, bikin Mila berakhir mengatupkan mulutnya. "Kenalin dong!"

Iya, mobil yang mengantarnya tadi keren. Jiwa hedonisme Mila juga setuju tentang itu. Sayangnya, itu tidak penting dibandingkan kenyataan kalau tangan kanannya telah menampar pipi si pemilik mobil dengan begitu bernafsu. Bahkan depisan kencang tadi masih terngiang di kepalanya, itu pasti sakit sekali.

Mila tidak salah, kan? Andaru sendiri yang memintanya melakukan itu, sementara Mila yang diam-diam menyimpan dendam dengan senang hati melakukannya. Kalaupun boleh, rasanya Mila ingin menambah lagi satu tamparan di pipi kanan dan tendangan di selangkangan. Biar setan penuh benci dalam dirinya terpuaskan sekalian.

Well, sudah lama sekali Mila tidak menampar orang. Bahkan dalam sinetron terakhir yang dia bintangi, perannya Saras berkali-kali kena tampar. Memang sih cuma acting. Namun, jangan salah, sesekali tamparan itu mengenai pipinya betulan. Mila juga terkadang heran, padahal si Saras itu karakternya jahat, licik, garang, berisik, tapi Saras juga sering dianiaya dan mendapatkan kekerasan fisik, bukan sebaliknya. Mana tidak ada yang mencintai perempuan itu setulus hati pula. Menyedihkan sekali, kan?

Mungkin itu yang bikin Mila mengidam (tanpa hamil) untuk menampar orang. Selain sebab utama dia yang tidak punya kesempatan untuk menampar Davin, padahal si penghianat itu pantas sekali kena tampar. Kalau perlu tamparan bolak-balik sampai dia bonyok. Duh, Mila seharusnya berterima kasih kepada Andaru karena telah mewujudkan keinginan dan cita-citanya untuk menampar orang yang akhirnya terwujud juga.

Lamunannya terhenti karena Cocky tiba-tiba memekik heboh tepat ketika mereka membuka pintu. "Oh, jangan bilang dese lekong barbara yey?" tebaknya kemudian. "Jadi, gosip itu bengbeng?" Suara musik yang dipermainkan DJ mulai memekakan telinga seiring suara Cocky yang makin cempreng.

"Ya nggak lah!" Mila langsung mengklarifikasi.

Luar biasa, sudah sampai terdengar Cocky segala! Walau tidak heran juga, sih. Cocky memang terkenal sebagai infotainment berjalan. Info seputar selebritinya selangit, telinganya juga setajam silet, segala hal yang ingin diketahui akan dicaritahunya sampai tuntas. Belum lagi mulutnya yang panas kalau sudah membahas kisah seputar selebriti. Pokoknya Cocky sudah pantas mendapatkan gelar Crème de la crème dalam dunia pergosipan tanah air. Makanya Mila harus memanfaatkan Cocky agar pria itu menyebarkan gosip yang menyelamatkannya.

"Iya sih, Nek. Kalau beneran yey pacaran ama anak konglo mah gak mungkin kerja haram beginian lagi." Dia menyindir pedas yang bikin Mila memutar bola matanya malas. "Udah bisa tuh lo ngalahin si Nisha. Gak bakal nih kena blacklist-blacklist gak jelas."

Mereka melewati jalur khusus untuk naik ke atas. Omong-omong, Mila tidak bisa move on sepenuhnya dari penawaran Andaru. Menjadi pemeran utama adalah mimpinya sejak lama. Dia bahkan meninggalkan sinetron dengan honor besar hanya karena tawaran sebagai pemeran utama sebuah film yang ternyata hanya harapan palsu belaka. Sementara Andaru merupakan direktur di sebuah stasiun televisi swasta besar, dia pasti memiliki banyak teman dari kalangan petinggi rumah produksi ataupun sutradara. Tidak akan sulit baginya menjadikan Mila sebagai pemeran utama mengingat nepotisme di dunia perfilman nyaris saja menjadi lumrah.

Love For Rent (Antagonist Love Story)Onde histórias criam vida. Descubra agora