23.1

31.3K 3.5K 245
                                    


Mila berupaya tepat waktu memenuhi janji temunya dengan Joshua Hanif. Tidak hanya Hanif yang berada di sana, namun Pak Bagus, produser utama projek tersebut katanya juga ada di sana. Jadi, masih dengan sisa-sisa make-up dari pemotretan sebelumnya, Mila menemui pria yang tiba hampir bersamaan dengannya itu.

"Hey, lo sendirian aja?"

Mila menganggukan kepala. "Sorry ya, hampir telat."

"No, kita dateng berbarengan. Pak Bagus nih yang telat, tapi kita bisa mengobrol duluan, kan?"

"Iya."

Mila dan Hanif sama-sama memesan minum, yakni kopi sebelum mulai membicarakan hal penting sebagaimana yang diisyaratkan Hanif lewat pesan. "Okay, gue to-the-point aja, it's actually a bad news for you."

"..." Tubuh Mila mulai menegang. Secara tidak langsung, tadi malam Andaru memastikan kalau peran Tara masih untuk Mila. Atau dia salah membaca situasinya? Atau Andaru malah sengaja mempermainkannya, makanya pria itu tidak bersedia tidur dengannya?

"Gue minta maaf kalau ini bikin lo gak nyaman."

"Kenapa, Kak?" tanyanya pelan.

"Pemeran utama prianya gak jadi Reza Adamas, melainkan Davin Aditya. Ya, your ex."

"..."

"Mil... kalau itu bisa jadi masalah, lo harus terang-terangan."

Mila tidak bisa langsung menjawab. "Ini serius?"

"Pak Bagus yang milih Davin langsung setelah Reza memutuskan mundur karena jadwal yang bentrok dan masalah kesehatan."

"Davin gimana?"

"Dia setuju dan udah tau kalau lo pemeran utamanya." Hanif menjelaskan. "Sekarang keputusan ada di lo. Kira-kira lo bisa profesional gak?"

Beberapa saat memberikan tatapan kosong, Mila berakhir menganggukan kepalanya. Jelas ada konsekuensi besar yang akan dia tanggung, walau di saat yang sama ini menjadi saat membuktikan profesionalitasnya. "Good, then. Sisanya kita tunggu Pak Bagus ya."

Mila mengiyakan, walau pikirannya seketika penuh dengan Davin. Sekitar sepuluh menitan dia dan Hanif mengobrol secukupnya, pria di hadapannya ini memang terkesan dingin dan tipikal pekerja yang serius, umurnya juga tidak terlalu jauh di atas Mila, sekitar umur Andaru. Hanif yang memainkan handphone mengangkat kepala, dia berdiri seiring dengan Pak Bagus yang mengampiri meja mereka. Diikuti Mila yang juga ikut berdiri demi menyapa Pak Bagus. Namun, pria setengah abad itu tidak datang sendiri, dia bersama Davin yang bikin Mila makin tidak bisa banyak bicara.

"Hai Mil," Davin menyapanya, walau canggung. Jelas saja setelah apa yang terjadi di antara keduanya. Di saat Pak Bagus duduk di sebelah Hanif, Davin mengambil tempat kosong di kursi berbentuk sofa memanjang di sebelah Mila.

Pembicaraan pemain penting Benang Merah itu jelas seputar syuting yang akan dimulai beberapa minggu lagi dan mengambil lokasi di Ubud, juga di Lombok. Semua tetek bengek, termasuk kostum sudah disiapkan, dan kalau masalah izin selesai lebih cepat, bisa saja minggu depan mereka memulai proses syuting.

"Gimana Mila? Jadwalnya udah cocok, kan?"

Bagimana ya, sebenarnya Mila ada kuliah. Tinggal beberapa pertemuan dan ujian yang mungkin bisa dia temui dosen untuk ujian duluan atau mengumpulkan tugas.

Gadis itu berakhir mengangguk, seiring Davin yang terus menengok ke arahnya. Jujur saja, Mila merasa risih. Namun harus ditahan-tahannya karena bagaimanapun mereka harus membentuk chemistry. Ada beberapa adegan ciuman, bahkan lebih dewasa dari itu di antara dirinya dan pemeran utama pria, yang berarti harus dilakukannya bersama Davin.

Love For Rent (Antagonist Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang