Selamat membaca ⛅
Votmennya jan lupa:'
Sarangbeo.
.Sekarang Naya, Raya dan bi Asih tengah berada di depan pintu Gerbang Mansion Lexander.
Naya memaksa mereka untuk pulang dari Rumah Sakit. Mana mungkin Seorang Naya yang sangat membenci rumah sakit akan betah disana walaupun hanya untuk semalam, dan atas paksaan Naya, Dokter mengijinkannya pulang walaupun terpaksa.
Mansion Lexander, Mansion yang di kagumi khalayak umum karena kemegahannya. Namun satu yang kurang di dalam Mansion ini, di Mansion ini tidak ada yang menganggap Vanya ada. Bahkan hanya beberapa pelayan yang masih menghormati keberadaan Vanya, yang lain selalu merendahkan Namanya di belakangnya.
"Vanya?, lo yakin mau ketemu mereka setelah apa yang mereka lakuin ke lo!?" tanya Raya sedikit ragu, Naya hanya mengangguk sebagai respon.
"entah gue bertahan sampai kapan tinggal disini, Ray. Tapi gue mohon, seandainya gue udah gak kuat hidup dimansion ini... gue harap lo akan selalu ada untuk gue"
Raya mengangguk, ia prihatin dengan kehidupan Vanya, yang jauh dari kata baik. "gue akan selalu ada buat lo, walaupun tanggunganya hidup gue" jawab Raya membuat Naya tersenyum.
"ayo non masuk" ucap bi Asih dan mereka berdua mengangguk. Di bukakannya pintu Mansion.
Naya melihat - lihat mansion ini, tidak kalah bagus dari rumahnya. Huh!, Dia jadi merindukan rumahnya yang lama.
Bi Asih membawa Naya dan Raya ke dalam, lalu saat Mata Bi Asih bertemu dengan anak majikannya dan teman temanya ia menyapanya dengan senyum. Namun tidak dengan dua insan yang berada di samping bi Asih. Naya menatap mereka acuh, sedangkan Raya menatap mereka dengan sinis.
"apa lo pada liatin kita kayak gitu!?" tanya Seorang pemuda dengan nada nyolot. Membuat Naya yang melihat itu dibuat geram sendiri. Dia Marvel Abrata Lexander. Kakak dari vanya dan merupakan kembaran dari seorang permuda bernama Marvin Abrata Lexander yang lahir dua menit lebih awal dari nya.
"punya mata kok, salah emangnya!?" jawab Raya dengan ketus.
"songong banget ya lo sama yang lebih tua!"
"iya deh yang ngaku udah tua" ejek Raya tanpa memedulikan raut wajah mereka yang menahan emosi.
Bi asih yang melihat pertikaian itu pun dibuat bingung, dan memilih menuntun Naya ke kamar Vanya, yang malah membuat mereka menatap Naya. "eh lo! Kenapa lo sok lemah gitu?. Mau caper ke Daren?" hardik Marvel membuat Bi asih dan Naya memberhentikan langkahnya.
Naya memutar badannya begitupun bi Asih. ia menatap segerombolan yang menatapnya Sinis. "siapa yang mau caper sama cowok yang lo sebut namanya tadi!?" Tanya Naya dengan ketus.
"pede banget loh jadi orang" Tambah Naya membuat Marvel Kesal, sedangkan yang lain menatap terkejut ke arah Naya.
"lo!, Gue bilang daddy baru tahu rasa!" ancam Marvel membuat Naya pura - pura merasa takut.
"uh, takut." ejeknya membuat mereka kesal sendiri. "iya deh, aduin aja kan lo emang pada cepuan. Kalaupun gue bener gue bakalan tahu kok kalau gue bakalan dianggap salah sama kalian!"
Marvel dan marvin saling pandang, biasanya adiknya tidak akan seberani itu pada mereka berdua. Vanya akan terus mengejarnya dan mencari perhatian kepada mereka berdua, tapi kali ini berbeda Vanya yang mereka kenal telah sedikit berubah.
"iya, Van. abang lo itu emang cepuan. Kalau gue jadi lo, najis gue punya abang brengsek kayak mereka. Bukannya ngelindungin malah jadi faktor terbesar gue mati lagi" celetuk Raya membuat Naya terdiam.
Sedikit ada benarnya celetukkan Raya terhadap kehidupan Vanya. Mereka yang mendengar itu pun sedikir teriris.
"kalau lo Van, lo boleh anggep abang gue itu sebagai abang lo. Kan lo gak punya abang" ucap Raya dengan santainya, ia tak mengetahui Marvel dan Marvin bangkit dengan emosi dan tangan terkepal.
Naya yang melihat itu langsung berpikir apa yang akan mereka lakukan, saat tangan Marvin terangkat untuk menampar pipi Raya, Naya sudah lebih dulu menahan tangan Marvin dan mencengkramnya kuat.
Raya terkejut, ia terdiam saat ia hampir di tampar oleh abang temannya, "berani banget ya lo mau nampar temen gue. Atas dasar apa lo punya keberanian kayak gitu!?" Tanya Naya dengan sinis. "asalkan lo tahu, tangan kotor lo gak pantes nyentuh temen gue!" lanjutnya dan menghentakkan tangan Marvin dengan kasar.
Marvin pun langsung menunjuk Naya tepat di depan wajahnya, "tangan lo gak pantes nunjuk gue. Manusia kayak lo gak pantes" ucap Naya dan mulai menarik tangan yang digunakan Marvin untuk menunjuk dan memelintirnya membuat mereka semua meringis termasuk Marvin.
"Non," tegur Bi Asih, ia hanya tak mau Naya mendapat Siksaan dari sang ayah. "udah non, nanti kalau tuan tahu-"
"biarin bi, dia emang udah seharusnya dapat kayak gitu. Dia kan cuma pembawa sial" ucap Menyelekit itu keluar dari bibir Marvel.
Naya yang mendengar itu memejamkan matanya pelan, "seandainya dia bukan abang lo Van, gue udah bunuh dia!" batin naya.
"iya laporin aja gue, gue udah biasa di siksa sama daddy gue sendiri kan.." ucap Naya entah ia tak sadar berbicara dengan nada lirih membuat mereka terdiam. Tanpa izin naya Langsung berlari menaiki tangga lalu Masuk kamar yang menurutnya itu adalah kamar Vanya. Karena didepan pintu terdapat nama sevanya yang sedikit usang, mungkin nama itu sudah lama dan tidak di ganti.
Berbeda di bawah, suasana nampak hening setelah mereka melihat naya pergi. "Aden, bibi mohon jangan aduin non vanya ke tuan ya. Maaf tapi Non Vanya emang lagi sakit"
"itu cuma alesan bi, kenapa sih masih dibelain" ucap Marvin dengan kesal.
"ya kalau bukan bi Asih yang belain, mau siapa lagi!?. Emang lo pada pernah belain Vanya sekali pun? Enggak kan?, sekali kali nyadar dong sama perlakuan kalian ke Vanya. Jangan sampai Vanya pergi dari dunia cuma karena di benci sama manusia menjijikan kayak kalian!." ketus Raya dan pergi menaiki tangga menyusul Naya. Bi Asih pun ikut pamit sama mereka untuk kedapur menyiapkan makan malam.
Mereka lagi lagi terdiam, "gue gak nyangka kalau si Vanya gak ngelirik Daren sama sekali." celetuk teman marvel dan Marvin, dia Atlan Ragresta, ia merupakan anggota inti dari Scorpios begitupun juga Marvel, Marvin dan yang lainnya.
Sontak Ucapan Atlan membuat ia mendapatkan tatapan tajam dari pria berpawakkan tegas namun tampan, tapi sikapnya berbanding terbalik ia sangat sangat menyebalkan, dia Daren Raka Aditya.
"gak mungkin lah, masa seorang Vanya Queen bullying gak tertarik lagi sama pria yang dia sebut sebagai Pangerannya" timpal pria di samping Atlan ia Bima agas Saputra.
"ini pasti rencana Vanya buat cari cara narik perhatian gue" ucap Daren membuat salah satu darinya memutarkan bola matanya malas ia Nathan Arkana.
"gak usah terlalu pd, mungkin aja sekarang dia udah sadar kalau gak ada gunanya ngejar pria kayak lo" sindir Nathan dan bangkit dari duduknya, Daren yang mendengar itu mengetatkan rahangnya menatap tajam Nathan.
"maksud lo apa!?" tanya Daren dengan sewot. "santai aja kali, mungkin aja ucapan gue bener" timpal Nathan dan mulai berjalan ke luar mansion.
"mau kemana!?" teriak Atlan
"Pulang" jawab Nathan tampa membalikkan badanya. "Katanya mau nginep?" teriak Atlan
"Males" jawab Nathan dan mulai melajukan motornya.
"Mau Vanya udah gak setertarik itu sama Daren ataupun hanya tipuan belaka, itu bisa terjawab besok apa dia tahan gak ngintilin Daren lagi" ucap Marvin dan Daren yang mendengar itu hanya bersmirk
"kita lihat aja, sampai kapan lo tahan jauh dari gue Sevanya Amarta Lexander" batin Daren
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Naya Transmigration (END)
Random[Cover by piterest] Judul Awal : Vanya Transmigration *CERITA INI AKAN DI EDIT KEMBALI SETELAH AUTHOR SELESAI UJIAN! "lo harusnya sadar, perjuangan seorang vanya yang dulu gak selalu lo apresiasi, sedangkan lo hanya terus - terussan menambah luka di...