30🥀 : Y for Yolla?

53K 2.9K 27
                                    

Selamat membaca ⛅

Votmennya jan lupa:'
.
Sarangbeo.
.
Typo tolong tandai, agar mudah dibetulkan

Vanya menaiki motor tanpa tujuan. Keinginannya hanya satu, yaitu menenangkan diri, entahlah namun ia merasa batinnya negitu lelah.

Menyendiri caranya menyembuhkan diri, hari ini memang bukan hari buruk. Namun rasa iri dan kecewa kepada tuhan membuatnya kalut.

Jika tuhan memberinya dua lilihan antara mati atau hidup kembali dengan cara bertransmigrasi, maka ia akan memilih kematian. Menjadi vanya benar - benar bukan hal yang mudah.

Jutaan jarum terus - terussan menusuk hatinya. dipikirannya hanya satu, apakah ia berhasil atau gagal menuntaskan tujuannya?. "lo tahu gak van, jadi lo itu susah. Tenang ya disana" gumam vanya.

Mobil ducati hitam berhenti di tengah jalan dan menghalangi jalan vanya. Vanya menatap mobil mewah itu tampa minat. Mengapa suka sekali orang - orang mengganggunya.

Pintu terbuka, dan seorang pria dengan jas navy turun dari mobil mewah itu. Vanya tak menatap wajah pria itu, "ada masalah baby?" tanya pria itu dengan suara serak.

Vanya mengenali suara itu, lagi lagi pria yang terus - terussan memanggilnya baby itu tak kunjung menghilang. Vanya menatap pria itu malas.

"pinggirin mobil lo, ngehalangin jalan" decak vanya. Pria itu diam, menatap vanya yang menatapnya kesal. "cantik" batin pria itu.

"jalan ini memintaku memberhentikan motor bututmu itu, katanya ia tidak suka kau menunggangi motor yang bisa membuatmu terluka"

"cih gak jelas, enak aja motor gue dikatain butut. Motor sport ini!" ketus vanya dan menutup kaca helm yang sebelumnya terbuka "kau melupakan sesuatu hm?" tanya pria itu.

Vanyamenatap pria itu yang sedari tadi menatapnya. "kita bertemu tiga kali, dan kupastikan kau akan menjadi jodohku!"

"iya, tapi dalam mimpi" balas vanya cuek dan mulai melajukan motornya, melewati sisa jalan yang masih bisa ia lalui.

"akan kupastikan kau akan menjadi milikku" ucapnya lagi kemudiam mulai memasukki mobil ducatinya itu.

•••


Vanya memutuskan langsung pulang ke kediaman lexander, ia memasuki gerbang dan pandangannya terhenti kepada seorang wanita dengan pakaian minim itu berada didepan pintu sepertinya hendak memencet bel.

Namun ia urungkan saat melihat vanya masuk kedalam perkarangan, ia menghampiri vanya yang berada didepan garasi dan menyapanya ramah, ekhem maksudnya sok ramah.

"wah kamu vanya ya? sudah besar ternyata" ucapnya berusaha menyetuh kepala vanya yang sudah tak memakai helm, namun lebih dulu vanya menghindar.

Menyentuhnya tidak semudah itu, apalagi untuk wanita ini yang terlihat seperti jalang murahan. "siapa?" Tanya vanya.

"masa lupa sih?, nama tante yolla adininsetya. Temen papah kamu waktu sma, pernah lo ketemu kamu pas umur berapa ya tante lupa." ucap wanita yang diketahui bernama yolla itu.

"oh iya mama kamu mana-" ucap yolla tersela.

"sudah meninggal apa tante lupa?" tanya vanya dengan menatap enggan yolla. Cih, lihatlah penampilannya, apakah wanita didepannya ini miskin? Karena memakai pakaian kurang bahan yang membuat mata vanya sakit.

"meninggal? Kenapa bisa?. Pasti karena tante gak kontekkan sama papah kamu, jadi tante gak tahu kabarnya" bohong yolla.

"oh ayolah, tidak mendapat kabar sedangkan meninggalnya saja seluruh media sosial membahasnya?" tanya vanya yang membuat yolla terdiam, vanya mendecih pelan menatap yolla yang pura - pura baik kepadanya.

"tidak tahu? Atau pura pura?." tanya vanya dengan senyum miringnya, yolla membeku ditempat.

Yolla mengipas wajahnya, mengurangi kegugupan yang melanda. "kamu ini ngomong apa sih " ucap yolla dengan tawa hambar, namun beda dengan vanya yang diam menatapnya datar.

"dengar bitch, hidup dengan kebohongan tidak akan mudah." ucap vanya dengan menatap yolla sengit. "semakin kau bermain, lalat kecil. Makan semakin besar kehancuran yang melanda" balasnya membuat kedua tangan nya terkepal.

"apa tujuan mu kesini?" tanya vanya dengan nada kesal.

"kenapa? Apa masalahmu?" tanya yolla dengan sinis, dan vanya tersenyum miring karena sikap asli yolla begitu cepat terbongkar. "aku anak dari mahendra jika kau lupa nyonya yolla!" balas vanya dengan sinis.

"cuma anaknya, dan jika kau penasaran maka akan kujawabab aku kesini karena aku akan mewarisi tahta keluarga alexander, aku akan menikah dengan mahendra. Dan setelah itu aku akan menghempaskan dirimu" balas yolla.

"oh ya?, benarkah?. Mari kita lihat kau yang akan menghempaskan ku atau aku sendiri yang akan menghempaskanmu!?" tanya vanya remeh.

Dan ia pergi begitu saja meninggalkan yolla yang menyumpah serapahnya. "MAAF DIRUMAH INI TIDAK MENERIMA WANITA KURANG BELAIAN!" teriak vanya membuat kepalan di tangan yolla bertambah kuat.

"DAN SEGERA HENTIKAN MIMPI MU YANG BEGITU TINGGI!" lanjut vanya dan langsung masuk kedalam mansion.

"lihat itu nayra, putrimu begitu berani seperti dirimu. Namun sayangnya ia akan berakhir sama sepertimu, tiada di tanganku dan dia" desis yolla dan meninggalkan mansion tersebut dengan penuh emosi.

Dilain sisi vanya menatap mahendra yang menuruni tangga, "sudah pulang?" tanya mahendra membuat vanya terkejut.

Jadi sekarang keluarganya sedang mencoba untuk berbaikkan padanya, lalu bagaimana ini? Ia berniat membuat mereka begitu menyesal, tapi kenapa malah menjadi seperti ini?.

"sudah" jawab vanya cuek.

Mahendra menghampiri vanya ketika sudah sampai dilantai dasar, "tadi papah denger kamu sama nathan pergi berdua ya? Kamu Pacaran sama nathan?" tanya mahendra yang sepertinya sedang menggoda vanya.

"apa masalahmu? Ini urusan pribadiku jadi stop mencampuri urusanku" ketus vanya dan meninggalkan mahendra begitu saja.

Pacaran? Dengan abangnya sendiri? Apa mahendra itu gila!?. "daddy hanya ingin memperbaiki hubungan kita, daddy iri dengan alex dan marvin" ungkap mahendra membuat vanya menghentikan langkahnya.

Ia berdecih pelan menatap mahendra yang menatapnya sendu, "memperbaiki hubungan kita? Jika kau lupa tuan mahendra maka akan aku ingatkan, kau lah yang membuat luka dan keretakkan ini!" sentak vanya.

"semua orang punya kesempatan kedua, daddy juga memiliku hak itu bukan?" tanyanya membuat vanya membuang muka.

"atas apa yang kau lakukan dulu, tuan mahendra. Yang kau lakukan begitu menyakiti anak perempuanmu, dan bisakah lupakan kejadian ini dan berlaku seperti sebelumnya?, sebelum diriku berubah?"

"kenapa kau tak menginginkan daddy berbaik hati kepadamu?" tanya mahedra jengah.

"karena putrimu telah tiada tuan mahendra, kau yang membunuhnya. Menyakiti anak perempuan mu atas hal yang tidak ia lakukan apa kau sadar?, menjadi dirinya bukanlah hal yang mudah namun mengapa dirimu tak membuka mata sedari dulu!" teriak vanya dengan nafas memburu.

" dan sekarang kau sadar hanya karena merasa iri? Sadarkah kau tuan mahendra!?" tanya vanya dengan nada lirih, semua yang dilontarkan vanya menyentil hati batu mahendra dan mampu membuat air mata mahendra luruh begitu saja.

Mahendra bertekuk lutut dilantai membuat vanya memundurkan dirinya, "maafkan daddy, daddy benar - benar menyesal" tangis mahendra.

"tapi kenyataannya kau sudah terlambat tuan mahendra" lirih vanya tak kuasa menahan sesak didada. "kau sudah terlambat" racaunya

Brukh

Vanya ambruk didepan mahendra, dan itu membuat mahendra terkejut begitupun marvin, marvel dan alex yang berada di ambang pintu langsung berlari menghampiri vanya.

Mahendra menggendong vanya kelantai atas, sedangkan alex sedang menelpon dokter keluarga.

.
.

Ada yang pengen punya bokap kayak mahendra? Kalau iya sini tukeran sama vanya. Katanya vanya, dia capek.

Votenya udah belum?

Tbc.

Naya Transmigration (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang