30. Unimaginable truth

124 15 2
                                    

Nichi mendapat pandangan yang tajam dari Reyna. Pandangan yang memang bukan baru pertama kali dilihatnya akan tetapi kali ini membuat Nichi sedikit merasa bersalah.

“Anjing lo berdua! Bisa-bisanya lo ngelakuin ini ke gue!” Dapat dikatakan itu adalah teriakan dari Reyna.

Nichi sedikit terkejut mendengar teriakan itu akan tetapi ia tetap memilih diam dan membiarkan Reyna melampiaskan kekesalan dan kekecewaannya.

“Gue nggak nyangka. Nggak pernah ada dalam pikiran gue kalo lo berdua…, deket?! Anjing lah lo berdua! Bangsat! Sahabat gue bisa deket sama mantan brengsek gue?! Cerita sialan macam apa ini?”

“Rey–

“Diem! Lo diem! Gue nggak mau denger lo ngomong!”

Tentu saja Apollo langsung menutup mulutnya.

“Lo!” Reyna menunjuk Nichi. “Lo gimana bisa?! Penjelasan lo sama sekali nggak bisa otak gue terima! Nggak masuk di logika gue, Nichi!”

Nichi menghela napas pelan. Ia memandang Reyna yang masih berdiri sambil menatap Nichi dan Apollo seolah-olah mereka berdua adalah tersangka.

“Udah kami jelasin tadi ‘kan, Rey? Kami dekat karena malam di mana lo sama gue ke club dan I did one night stand dan orang yang habisin malam itu sama gue Apollo. Awalnya gue nolak dia pas dia ngajakin buat deket, tapi setelah gue pikirin lagi sepertinya nggak ada salah nerima ajakan dia itu. Lo bisa salahin gue dan marahin gue yang mau-mau aja deket sama mantan lo ini padahal dulu dia sakitin lo. Gue nggak akan memberi pembelaan atau apa pun itu. Gue mutusin ini juga karna gue lagi kosong, dia juga kosong dan dia memiliki itikad baik ke gue jadi ya just like what you see now. Dan gue nggak bakal minta maaf untuk kedekatan gue sama Apollo, Reyna.”

Reyna memegang kepalanya dan mengusak rambutnya asal lalu duduk di hadapan Nichi dan Apollo.

“Lo tahu nggak gue marah karna apa? Lo yang sama sekali nggak cerita sama gue dan sekarang kalian udah jalan beberapa waktu. Gue kecewa sama lo, Chi. Semua hal lo tahu tentang gue. Orang pertama yang gue kasih tahu tentang apa pun. Bahkan ketika masih ada dalam pikiran gue pun gue cerita sama lo. Tapi apa ini? You disappointed me, Nichi?!”

“Iya gue tahu, gue tahu lo marah dan kecewa karna apa, dan untuk hal itu gue minta maaf. Gue‒

“Lo cuma nggak mau gue ngelarang lo deket sama Apollo. Atau lo nggak cerita karna nanti gue marah dan berusaha jauhin lo berdua? Chi. Sifat gue emang masih kayak bocah tapi gue juga tahu gimana harus mikir dan bersikap. Apa yang gue dan Apollo alami itu udah di masa lalu. Now, I’m happy with Trigo, and you know that. Gue..”

Reyna kehilangan kata-kata yang ingin diucapkannya. Pikirannya seketika terasa kosong.

Nichi dan Apollo hanya bisa menatap Reyna dalam diam dan tidak mengatakan apa pun lagi. Mereka membiarkan wanita itu mencerna setiap penjelasan tadi dan memberi waktu untuk memahaminya.

Reyna sudah berada di rumah Nichi sedari pagi. Kerinduan selama seminggu dimanfaatkan mereka dengan bercerita apa saja. Sampai pada sore harinya, Apollo datang ke rumah Nichi. Ketika Reyna melihat kedatangan pria itu tentu saja kebingungan melandanya.

Tanpa basa-basi atau membiarkan tanya terlalu lama di benak Reyna, Nichi pun langsung menceritakan semuanya pada sahabatnya itu.

“Mau ke mana?” Tanya Apollo karena melihat Nichi beranjak.

Sedangkan Reyna hanya menatap dalam diam.

“Ke dapur, gue perlu yang dingin-dingin.” Lalu wanita itu pun pergi ke dapur untuk mengambil sesuatu yang dingin, yang bisa dikonsumsinya untuk membantu mendinginkan pikirannya.

Little Things [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang