PROLOG

3.9K 300 26
                                    

Berdiri sendirian tanpa ada yang menemani di sudut ruangan Ballroom hotel berbintang di salah satu pusat kota Beijing, pria dengan paras perpaduan antara manis cantik dan tampan itulah yang melekat pada dirinya yang terlihat diam dalam suasana keramaian dimana semua tamu undangan begitu menikmati pesta yang di gelar mewah tapi dia tidak. Raut wajahnya begitu sendu, tak ada rasa kebahagian yang terpancar sedikit pun.

Sebelum pergi ke pesta dia sudah menyiapkan diri serta hati tapi saat datang dan melihat pria itu tersenyum bahagia bersanding dengan pria lain, hatinya hancur tidak kuat menahan rasa sakit.

Walau sudah sekuat tenaga berusaha menampilkan senyuman lebar demi menutupi luka hatinya. Tapi tetap saja hatinya terasa getir bahkan semakin sakit jika memandang pria berbalut tuxedo hitam itu berdiri di atas panggung bersanding mesra bersama pria berparas menawan seperti warna musim semi tersebut.

Setetes air mata terbit di ujung mata namun segera di hapus seraya membuang muka enggan melihat ke arah panggung.

Alunan musik klasik yang dimainkan memang terdengar merdu tapi bagi dia itu seperti iringan musik pemakaman akibat perasaan hati yang sedang buruk juga patah hati.

"Mari bersulang untuk kedua mempelai." Teriak lantang seorang pria lain dimana langsung di sambut meriah para tamu undangan dengan ikut mengangkat gelas tinggi-tinggi.

Mengarahkan gelas kristal berisikan wine kepada kedua mempelai disertai senyuman lebar. "Semoga pernikahan kalian bahagia dan memiliki banyak anak." Ucapnya penuh harap kemudian menengguk cepat wine di gelasnya hingga tandas di ikuti para tamu undangan lainnya sebagai bentuk penghormatan juga ikut berbahagia.

Ucapan kuno itu menimbulkan reaksi pada kedua mempelai yaitu tersenyum bahagia. Para tamu undangan lainnya bersorak gembira membuat suasana semakin meriah.

Namun, pria cantik dan tampan ini berdiri diam dengan bulir-bulir air mata membasahi pipi dimana sejak tadi terus di tahan namun pada akhirnya pecah juga tangisannya.

Betapa menyedihkannya, memilukan juga merasa menjadi orang paling bodoh berada di tengah-tengah pesta pernikahan mantan kekasihnya dengan sahabat baiknya sendiri.

"Minumannya, Tuan." Tawar salah satu pelayan sopan menghampiri dengan satu nampan penuh berisikan berbagai macam minuman aneka warna serta rasa.

Segelas minuman berwarna orange dengan buah cherry segar di pinggir gelas di pilihnya asal. Mata seindah itu masih betah memandangi sang mempelai pria sambil menengguk minuman di tangan hingga tandas tak tersisa.

Tak ada hal aneh yang terjadi pada pria manis ini selang semenit kemudian rasa pusing tiba-tiba mendera kepalanya saat mencoba melangkah tubuhnya tiba-tiba oleng.

Tangan mungilnya meraba-raba tembok mencari pegangan takut jatuh karena tiba-tiba merasa kepalanya sedang mengalami pusing akibat efek minuman tadi yang ia minum, seorang diri melihat semuanya berputar-putar. Merasa tak kuat berjalan lagi.
Hal hasil dia memilih duduk berjongkok di dekat sebuah pot besar tak jauh dari pintu masuk Ballroom hotel. Orang-orang di sekitar hanya diam memandang tak berniat membantu bahkan sebagian dari mereka malah bergosip ria membicarakan.

Dia sekarang dalam kesusahan dan butuh pertolongan bukan sedang melakukan pertunjukkan dimana terus di tonton bahkan tak sedikit orang mencerca.

Air mata turun deras layaknya air terjun membasahi pipi, bibir di gigit kuat agar isakan lirih dari mulut tak terdengar orang lain.

Imajinasi liar dari pikirannya tiba-tiba muncul melintas di otaknya dimana berharap ada seseorang yang datang untuk menolongnya.

Tapi hal seperti itu sepertinya tidak terjadi dimana akan selalu ada orang untuk menolongnya, Namun siapa sangka kalau Tuhan memberikan sebuah keajaiban luar biasa.

Sekian ratus tamu undangan yang hadir dari kalangan atas, satu di antara mereka datang menghampiri mencoba memberi pertolongan setelah sejak tadi diam mengamati.

Pria tampan berbalut jas hitam berdiri tepat di belakang pria tersebut.

Pria tampan berbalut jas hitam berdiri tepat di belakang pria tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuan. Apa Anda baik-baik saja?" pemuda ini bertanya cemas.

Sosok pria berbalut setelan jas itu begitu menarik perhatian, duduk berjongkok sendirian di dekat pot besar seperti anak kecil yang kehilangan orang tuanya di tengah keramaian.

Wajah berantakan, pipi basah, mata memerah bengkak tak memperdulikan penampilan, dia menoleh, iris seindah netra gelap miliknya menatap bingung sekaligus heran kepada pemuda tampan berjas hitam yang berjalan mendekat ke arahnya. "Anda siapa?" dia balik bertanya dengan nada sesenggukan akibat menangis.

Tubuh pria ini diam mematung sesaat seolah kaget melihat pria asing ini namum kemudian tersenyum sangat tipis sambil mengulurkan tangan. "Jangan menangis disini. Ayo berdiri."

Menggelengkan kepala, kedua pipinya memerah bukan karena malu tapi efek dari minuman tadi." Kepalaku sangat pusing dan sulit untuk berjalan."

Pria asing ini menaikkan satu alisnya kemudian tersenyum. "Baiklah."

Kedua tangan pemuda itu diselipkan diantara ke dua paha pria tersebut lalu mengangkatnya ala bridal style dimana cukup ringan sesuai perkiraannya.

Dari kejauhan para gadis, maupun pria, bahkan orang dewasa mulai memperhatikan dengan wajah sangat kaget, marah, penuh iri, kesal dan cemburu melihat pemuda dari keluarga Wang menggendong seorang pria yang di sinyalir bernama Xiao Zhan, mantan kekasih dari Yang Yang juga teman baik Wang Haoxuan dimana keduanya adalah pasangan yang menikah malam ini.

Menyenderkan kepala ke pundak pemuda asing ini dengan nyaman, menghirup dalam-dalam aroma mint yang begitu menyegarkan.

Hanya pemuda tampan bak dewa Yunani ini lah yang datang menghampiri, bertanya keadaannya bahkan kini menggendong mesra dirinya keluar meninggalkan pesta tanpa pamit.

"Dimana rumahmu?" tanyanya ketika membaringkan Xiao Zhan, pria yang di temui tadi ke dalam mobil kemudian memakaikan sabuk pengaman.

"Aku tidak mau pulang." Rengek pria bernama Xiao Zhan ini.

"Kenapa?" Tanyanya seraya duduk di depan kemudi mobil.

"Apa kau mau menghibur ku yang sedang patah hati ini." Mengalungkan kedua tangan ke leher pemuda tersebut.

Sebuah seringai menghiasi wajah tampannya.

"Caranya?" tanyanya berpura-pura tidak tahu.

"Temani aku bermain sampai pagi." Goda Xiao Zhan dengan tersenyum nakal.

Detik berikutnya Wang Yibo langsung menyambar bibir Xiao Zhan memangutnya dalam-dalam.

Perlahan-perlahan mata Xiao Zhan terpejam erat membawa dirinya masuk ke alam mimpi indah bahkan mengajak dia terbang tinggi ke angkasa dan itu begitu terasa nyata seolah-olah memang terjadi bukan hanya sekedar mimpi.

My young husband (Yizhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang