CHAPTER 2

2.7K 304 36
                                    

WangXian adalah kafe bertemakan subkultur China seperti Donghua, Manhua, permainan video game khususnya surga para player gaming. Dimana biasanya para pelanggan dilayani oleh pelayan yang memakai kostum seperti yang dikenakan dalam karakter Donghua dan Manhua.

Kafe-kafe tersebut memiliki atmosfer yang berbeda dari kafe biasanya. Ditempat seperti ini pelanggan yang datang dilayani seperti Tuan dan Nyonya di rumah sendiri.

WangXian kafe salah satu yang mengusung tema seperti itu. Walau tema seperti ini sangat banyak di gunakan karena menjamur banyak di China khususnya kota Beijing.

Sejak tadi semua orang sibuk bekerja dari mengolah bahan makanan menjadi sebuah hidangan menggugah selera di dapur, mengantarkan pesanan yang sudah jadi ke meja pelanggan, menyambut kedatangan pelanggan, mencuci bersih semua peralatan makan serta masak yang kotor, membuang sampah di luar. Semuanya benar-benar terlihat sibuk dengan tugas masing-masing yang menjadi tanggung jawab.

Tapi dia masih betah berdiri melamun hingga mengundang perhatian pria dengan pakaian koki dimana sejak beberapa menit lalu terus mengawasi.

"Hidangan siap!" Teriak lantang seorang pria dengan tatanan rambut di sisir kebelakang sambil melirik ke arah pria bersurai hitam tersebut.

"Hey, Zhan!" Panggilnya dengan suara kencang hingga menggema ke seluruh dapur.

Semua orang terdiam sesaat menatap kaget juga takut ke arah pria tersebut, yang bernama Mingjue salah satu koki disini juga orang kepercayaan pemilik kafe.

Namun pria yang di panggil Zhan diam tidak menggubris, menyahut pun tidak membuat Mingjue kesal.

Pria dalam balutan seragam pelayan itu sejak sepuluh menit lalu terus berdiri menyandar dekat pintu masuk pantry seraya mendekap nampan kayu didepan dada dengan raut wajah sendu.

Asik melamun hingga melupakan tugas sebagai pelayan dimana dia di bayar untuk bekerja melayani pelanggan bukan duduk berpangku tangan di dapur.

"Zhan!" seru Mingjue.

"Eh" pria dalam balutan seragam pelayan ini terlonjak kaget. "I-iya, Mingjue." Sahutnya takut seraya menghampiri dengan langkah tergesa-gesa.

"Mana pesanan yang harus diantar."
Katanya panik melihat lembaran kertas yang tergantung bertuliskan menu pesanan.

"Meja delapan belas." Sahut Mingjue dengan wajah menyeramkan.

"Oke." Zhan menaruh makanan serta minuman ke atas nampan dengan Mingjue masih mengawasi.

"Zhan, kau itu dibayar untuk bekerja bukan melamun." Omel Mingjue dengan melipat tangan di dada.

"I-iya." Sahut Zhan.

Membawa sepiring Omurice ditemani secangkir Ocha di atas nampan kayu Zhan berjalan tegap dengan senyuman lebar mengembang di wajah cantiknya setelah sebelumnya menghela nafas sesaat sebelum keluar dari Pantry.

Bekerja disini Zhan di tuntut harus selalu menampilkan wajah ceria, tersenyum lebar, bersikap ramah, sopan dan baik kepada setiap pelanggan yang datang, siapa pun itu tanpa terkecuali.

Pekerjaan sebagai pelayan cafe sudah di lakoni lebih dari 8 tahun sejak masih duduk di bangku Senior Beijing High School dimana dulu awal bekerja sebagai pekerja part time, lalu sekarang menjadi pegawai tetap lebih dari 5 tahun.

"Zhan." Panggil gadis manis bernama Meng Ziyi.

Gadis dengan hobi jalan-jalan dan shopping ini baru bekerja dua tahun belakangan menggantikan Bowen yang keluar karena menikah, dan Ziyi adalah salah satu teman baik Zhan di kafe.

My young husband (Yizhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang