CHAPTER 6

1.9K 242 48
                                    

Berlarian cepat ke arah kamar mandi memegangi mulut. Dengan posisi duduk bersimpuh di depan closet masih mengenakan piyama tidur.

"Uhh hoek." Memuntahkan segala apa yang di dalam perut walau hanya berupa cairan bening karena belum makan apapun pagi ini.

Bangun perlahan dari depan closet, menyalakan kran air di wastafel membasuh wajahnya agar kembali segar.

Menatap pantulan diri dalam cermin dengan perasaan miris. Raut wajah terlihat pucat dengan dua kantong mata yang menghitam, bibir kering juga pucat sungguh tidak ada cantik-cantiknya dia, pantas saja jika sang mantan kekasih memilih teman baiknya sendiri dibandingkan dia.

Meremas kuat sisi wastafel hingga buku-buku jari memutih, merutuki diri karena masih teringat dengan sang mantan kekasih dimana kini Pria bersurai tersebut sudah berbahagia dengan Pria lain jadi untuk apa masih di ingat apalagi sampai menyesali hubungan mereka yang telah kandas di tengah jalan.

Huh, betapa bodohnya masih saja menyimpan sedikit rasa untuk Pria brengsek itu.

Mengambil sikat gigi bergagang biru didalam sebuah lemari kecil yang tergantung di dekat wastafel, menaruh pasta gigi di atas sikat gigi lalu memulai menyikat gigi, tidak lupa berkumur-kumur setelahnya.

"Hahh." Menghembuskan nafas ke tangan sambil menghirup aroma mulut mengecek apakah nafasnya bau atau tidak.

"Wangi." Serunya saat mencium aroma mint dari nafasnya.

Selesai dengan kegiatan menggosok gigi kini dia membersihkan wajah menggunakan krim pencuci wajah yang sudah di gunakan sejak duduk di bangku Senior Beijing High School di samping bagus juga murah cocok dengan kantongnya sebagai pekerja dengan gaji pas-pasan.

Selesai dengan kegiatan di kamar mandi, waktunya mengisi perut setelah tadi di keluarkan

Sambil menyeret sendal kamar berbentuk Kelinci, tujuannya kini adalah dapur.

Ketika sampai di dapur kulkas besar berwarna putih tepat disamping kompor langsung di sambar.

Menarik cepat pintu kulkas, melongok ke dalam melihat bahan makanan apa saja yang ada untuk dibuat sarapan namun sepertinya dia lupa belanja untuk minggu ini. Di dalam kulkas hanya ada dua botol air mineral, sekotak susu putih berukuran 1 Liter, satu kotak Cookies cokelat yang sudah terbuka, dan dua butir telur.

Mendesah pelan tangannya mengambil susu kotak juga beberapa keping cookies cokelat lalu menutup kembali pintu kulkas.

Gelas keramik bergambar kelinci diambil dari rak penyimpanan, menuangkan cairan putih yang merupakan susu ke dalamnya namun baru juga pinggiran gelas menempel di bibir, rasa mual tiba-tiba mendera gara-gara mencium aroma susu.

Menaruh cepat gelas di atas meja. "Uhh hoek." memegangi mulut sambil berlari cepat ke arah kamar mandi menahan sesuatu yang ingin keluar dari perutnya padahal semua sudah di muntahkan tidak ada yang tersisa.

"Hoekkkk."

Kali ini badannya benar-benar sangat lemas tidak bertenaga. Mengelap mulut yang basah setelah berkumur-kumur, nafasnya sedikit memburu, dia merasa kalau penyakit maagnya semakin parah.

"Sepertinya aku harus ke dokter." Pikirnya cemas.

Sebelum pergi ke Chongqing sebaiknya pergi ke rumah sakit terlebih dahulu mengecek kondisi kesehatannya yang seminggu ini menurun drastis bahkan tubuhnya cepat merasa lelah, nafsu makan juga ikut berkurang disertai setiap pagi ketika bangun tidur selalu muntah padahal perut belum terisi apapun walau hanya air putih.







❖   ❖   ❖







Menatap pantulan diri dalam cermin, kedua sudut ujung bibirnya terangkat, cukup merasa senang juga puas dengan penampilannya hari ini.

My young husband (Yizhan)Where stories live. Discover now