65. Kebun Binatang

85 16 0
                                    

Happy Reading~~

*
*
*
*

Anjello berjalan menyusuri pantai yang tampak sedikit sepi di pagi hari ini. Tangannya menggoyang-goyangkan satu buah pisang yang ia ambil dari dalam villa.

Kakinya berjalan menuju kepada seseorang yang sedang asik duduk di ayunan. Suasana yang sejuk membuat ia merasa senang bisa di sini. Apalagi pohon kelapa yang bisa ia panjat ketika merasa bosan bak wahana yang mengasyikkan.

"Nih, pisang buat lo. Daripada bengong aja," kata Anjello seraya menyerahkan pisang itu.

"Nggak mau."

"Pisang ini bisa bantu hidup lo lebih berwarna tau."

"Kata siapa?"

"Kata gue," jawab pemuda itu sembari ikut duduk di ayunan yang kosong. "Lo lihat aja monyet. Karena makan pisang terus, kan, hidup dia jadi bahagia. Dia jadi semangat juga buat terus manjat-manjatnya."

Abel melirik cowok itu sinis. "Ya, tapi aku bukan monyet."

"Bukannya masih sepupuan?"

Abel melayangkan pukulan kecil pada tubuh Anjello. "Kamu, tuh, saudara kembarnya."

Anjello yang dikatai seperti itu malah tertawa kecil. Ia berdiri sebentar untuk mendorong ayunan itu sendiri. Wajahnya begitu senang ketika ayunan membawanya maju dan mundur.

"Bel, lo harus coba hidup jadi monyet sehari. Walaupun kerjaannya gelantungan sama gelayutan aja, tapi dia senang sama itu," ujar Anjello dengan masih membuat ayunannya maju ke depan.

"Jadi monyet itu nggak buruk. Dia bisa lihat dunia dari atas pohon yang tinggi. Dia bisa lewatin banyak rintangan di hutan sana dengan bahagia. Kita main ayunan kayak gini aja udah senang, apalagi monyet yang bisa main ayunan terus di pepohonan, lebih senang lagi."

Abel mendengarkan apa yang Anjello katakan. Tapi keningnya malah mengerut. Ia tidak bisa menangkap apa makna dibalik ucapan Anjello tentang monyet. Mungkin omongan Anjello terlalu pintar untuk bisa langsung ia mengerti.

"Tangkap!" seru Anjello yang telah melempar pisang tadi kepada Abel secara tiba-tiba. Untung saja reflek Abel cepat, jika tidak pisang itu sudah mengetuk dahinya.

"Monyet yang pintar juga bisa tangkap sebagus itu. Good job, Bel."

"Berhenti omongin monyet, Anjello."

Anjello tertawa lagi. "Dorong dong ayunan lo. Di diemin aja."

"Males."

Kemudian Anjello menghentikan ayunannya sendiri dan beralih pada ayunan Abel. "Pegang talinya, gue yang dorong," ucapnya yang setelah itu mulai menarik ayunan Abel dan mendorongnya kencang.

"Anjello! Pelan-pelan, ih!" teriak Abel reflek sebab Anjello tidak memberi aba-aba dan langsung mendorong kencang.

Pemuda itu tertawa terbahak-bahak. Tangannya semakin mendorong ayunan Abel agar semakin kencang. "Lo teriak aja sekencang mungkin. Kalau jatuh ke bawah ini," serunya.

Semakin lama ayunan itu maju mundur, semakin Abel bisa menikmatinya. Apalagi saat sapuan angin mengenai wajahnya. Tanpa sadar lengkungan kecil tercipta pada bibirnya.

MAS JI Where stories live. Discover now