6. Happy

372 52 2
                                    

Sejak pagi Sashi tengah sibuk di studio kerajinan keramik milik temannya, ada sesuatu yang ingin ia buat hari ini.
Kedua tangannya sudah kotor dengan tanah liat, Sashi fokus membentuk tanah liat tersebut menjadi sebuah Vas.

Sedangkan Anita dan Gita pemilik studio tersebut menatap tak percaya ke arah Sashi.
Mereka berdua sedang bermalas-malasan di atas sofa.

"Temen Lo, udah tau mau kotor-kotor an tapi pake baju putih? Mana dress pula." Gita masih menggeleng tak percaya, ya meski dia juga takjub dengan penampilan Sashi dress putih polos dengan lengan pendek bermodel V Neck pada bagian leher, rambut yang di cepol asal hingga beberapa anak rambut yang mencuat keluar, wajahnya terlihat serius dengan tangan tengah berusaha membentuk tanah liat yang berada di atas meja putar atau biasa di sebut Pelarik.
Beberapa orang-orang yang datang ke studionya untuk belajar membuat kerajinan keramik, terlihat sering mencuri pandang ke arah Sashi.

"Biarin aja, gue yakin baju-baju dia yang belum di pake juga masih banyak. Tenang, temen Lo itu ga akan ke habisan baju." Ucap Anita, ia bangkit dari duduknya dan menatap ke arah Gita. "Cari makan yuk?"

Gita menggeleng, ia menepuk perutnya yang sudah terisi oleh omelet dan nasi goreng, "Gue udah makan, bentar lagi gue ada kelas pemula. Lebih baik Lo ceritain soal Alura yang kecelakaan."

Mendengar jawaban Gita, gadis berambut sebahu itu hanya berdecak dan kembali menjatuhkan diri di atas sofa.

"Bukan kecelakaan, tapi di tusuk.
Jadi..." Anita terlihat bersemangat menceritakan semua yang dia tahu pada sohib satu nya ini, mulai dari Sashi yang di tuduh sebagai pelaku dan menerima begitu saja, Kala yang bertindak kasar.
Menurut Gita sendiri yang mendengar cerita Anita, 20 persen berisi inti cerita 80 persen berisi umpatan untuk Kalandra.

"Sashi udah lihat Alura tapi?" Mengenai Alura merupakan adik satu ayah dengan Sashi, hanya segilintir orang yang tahu yaitu kedua sahabat Sashi, orang yang tinggal di rumah singgah dan Danuar Roldan.

"Di ketekin sama manusia kardus itu,"

Sashi yang sudah selesai dengan hasil karyanya, dengan hati-hati memberikannya kepada petugas pembakaran tembikar untuk di proses. "Terima kasih." Ucap Sashi, petugas hanya mengangguk dan tersenyum ramah menanggapi ucapan Sashi.

Melepas apron-nya Sashi berjalan ke arah dua sahabatnya tengah berbincang. Entah apa yang bicarakan oleh mereka.

"Udah selesai?" Tanya Anita, saat melihat Sashi sudah ada di depannya.

"Humm, sisanya biar Gita aja yang selesain." Sashi mengangguk, dia menatap Gita tersenyum memohon.

Gita hanya mendengus, "Kalau udah selesai, sana berdua pulang."

"Lama-lama Sashi disini, murid-murid gue entar ga fokus." Gita mendorong perlahan kedua sahabatnya ke arah luar pintu studio, ia mengantar ke pergian keduanya hingga Sashi dan Anita masuk ke dalam mobil. Gita melambaikan tangannya.

**

"Kenapa dari sekian banyak tempat makan, mereka harus makan disini." Anita langsung mengeluh ketika kedua matanya melihat keberadaan Kala beserta kawanannya.

"Calm down Nit, mereka yang datang duluan."  Sashi sama sekali tidak perduli keberadaan mereka, suasana hatinya saat ini sangat bagus karena selalu mengingat kepemilikan saham yang sudah dia dapatkan.
Jadi Kala mau bersama Alura ataupun perempuan mana pun, Sashi sudah tidak perduli. Ya meski Sashi tidak munafik jika dia terkadang masih merasakan sedikit sakit hati, tetapi itu hanya sedikit Sashi berani bersumpah sakitnya hanya seperti hati Sashi sedang di cubit sedikit. Mungkin dulu jika melihat Kala dengan Alura atau perempuan lain, hati Sashi seperti di geprek, retak tidak bersisa.
Fokus Sashi sekarang adalah melindungi adiknya, dari jahatnya orang-orang yang selalu melakukan apapun untuk memuluskan rencana mereka. Jadi bye-bye Kalandra, Welcome hidup malas-malasan tetapi bisa menghasilkan banyak uang.

"Tapi..." Anita masih protes, mengerucutkan bibir ia membuang muka tidak menatap Sashi.

"Forget it, lebih baik kita makan aja. Lo dari tadi ngeluh lapar." Mendengar ucapan Sashi, kecurigaan Anita beberapa hari ini bertambah. Karena sejak insiden tertusuknya Alura, Sashi tidak pernah membahas tentang Kalandra lagi baik itu soal Kala atau pun tentang pertunangan mereka. Kebiasaan Sashi jika mereka bertemu adalah pembahasannya tidak jauh dari penolakan tentang Kala, Kala yang begini, Kala yang begitu hingga Anita sendiri kadang bosan mendengarnya.

Apa Sashi sudah berada di titik terlalu lelah berharap pada Kala? Memang hubungan toxic itu baru bisa di akhiri jika salah satu nya sudah merasa capek atau sangat lelah dengan hubungnya. Itu memang berita bagus yang ingin Anita dengar selama ini, tetapi di lain sisi melihat Sashi yang mengabaikan keberadaan Kala dan Alura seolah-olah mereka manusia transfaran membuat Anita juga pusing sendiri. Anita sangat takut jika sahabatnya, masuk tahap dalam berpura-pura kuat tetapi aslinya tidak bisa menerima kenyataan.

Anita mencodongkan tubuhnya ke arah Sashi, yang tengah duduk si sebrangnya, tentu saja hal itu membuat Sashi berjengit kaget. Anita menempelkan tangan kanannya di kening Sashi untuk mengukur suhu tubuh Sashi apakah sedang demam.

Sashi menepis tangan Anita, "Kulit gue sensitif, jangan pegang sembarangan."

"Ga demam." Anita menghembuskan nafas lega, tetapi pikiran anehnya lain tiba-tiba hinggap dalam otaknya. "Atau jangan-jangan Lo ketempelan ya Shi? Aneh banget liat Lo anteng kaya gini."

Sashi mengambil garpu, di tusuknya steak yang sudah terpotong-potong di atas piring miliknya lalu menyuapi Anita. "Sesekali Lo harus bersihin isi kepala Lo."

Anita yang menerima suapan tiba-tiba, berusaha mengunyah steak yang masuk ke dalam mulutnya. Setelah mencecap daging yang empuk dan gurih hingga lumer di mulutnya, kegelisahannya hilang begitu saja. "Oke kita makan aja, anggap mereka hanya lalat yang lagi berkeliaran bebas." Anita menggoyangkan kepalanya bahagia, memang makanan enak adalah juaranya.

Di meja lain, interaksi keduanya saat memasuki restaurant hingga duduk dan mulai makan cukup menarik perhatian Kala dan teman-temannya.
Kala sendiri, sejak melihat siluet Sashi memasuki Resto ia terus menatap Sashiana, hingga sekarang tatapannya masih melihat ke arah Sashiana.
Sejak menerima sedikit bukti dari Underground jika Sashi tidak terlibat sama sekali dengan insiden Alura, Kala merasa bersalah sudah bersikap kasar dan menuduh gadis itu, tetapi ia tetap enggan mengakui kesalahan dan minta maaf langsung kepada Sashi. Meski bukan Sashi pelakunya, tetapi Kala tau jika Sashi menjadi salah satu alasan Ayah nya mencelakai Alura.

"Tunangan Lo, tumben ga nyamperin dan bikin huru-hara. Biasanya kata-kata mutiara selalu keluar dari mulutnya kalau liat Lo lagi berduaan sama Alura atau cewe lain." Fannan menyuarakan pemikirannya begitu saja, Julian mengangguk setuju. Sedangkan Bayu tidak menanggapi apa pun, dia hanya diam menjadi pengamat saja.

Kala yang mendengar ucapan Fannan menoleh, "Gue ga perduli." seketika Julian mencibir, apanya yang tidak perduli jelas-jelas sejak tadi Kala terus memandang Sashiana seandainya kedua mata Kala mengeluarkan laser mungkin, tubuh Sashi sudah berlubang sekarang.

Fannan sendiri hanya tertawa, di banding menanggapi ucapan Kala ia lebih memilih kembali menyesap Alkohol seharga fantastis yang di belikan oleh Julian, yang gratis dan mahal memang sangat nikmat.

"Mungkin dia lagi cari perhatian Lo." Ucap gadis yang berada di samping Alura, ia menatap Sashi penuh permusuhan. Iora sahabat Alura itu sangat tidak suka kepada Sashi, karena Sashi penyebab Alura dan Kala tidak bisa bersama.

Alura yang mendengar ucapan Iora menatap protes, kenapa orang-orang terdekatnya selalu menyeret dirinya di hubungan Kala dan Sashi. Entah sudah berapa kali Alura sering menjelaskan jika ia tidak menyukai Kalandra, Alura sudah menyukai laki-laki lain dan perlu di garis bawahi bukan Kalandra.
Tetapi mau Alura menjelaskan sampai mulutnya berbusa pun tidak ada yang percaya sama sekali, berkat Kala yang selalu mendekatinya dan Alura yang tidak berani menolak karena merasa tidak enak hati karena Kalandra selalu menolongnya, kesalah pahaman ini berlanjut dari SMA hingga mereka beranjak dewasa.

Alura sangat tidak enak hati kepada Sashi, saat ingin menjelaskan kepada Sashi tiba-tiba perasaan takut dan tidak berani selalu Alura rasakan jika berada dekat dengan Sashiana. Ya Alura akui dirinya memang terlalu pecundang dan lemah.

**
1-06-23

Lagi ngerasa cerita ini sedikit aneh dan menyimpang dari alur yang udah di susun.

Done For MeWhere stories live. Discover now