7. Family

372 46 1
                                    

Meski Sashi sudah sengaja datang terlambat, nyatanya saat ia sampai di kediaman Roldan acara makan malam bahkan belum di mulai. Semua orang sudah duduk di tempatnya masing-masing, Sashi menatap malas makanan yang kini sudah siap di atas meja makan. Apa seseorang ingin membunuhnya malam ini? Sashi bersungut dalam hati melihat semua makanan olahan seafood.

"Makan ini." Widiana Roldan memberikan semangkuk salad sayur kepada keponakannya, Sashi menoleh ke samping menatap Bibinya penuh haru.

"Tante yang buat?" Widiana mengangguk, dia sangat tahu Sashi tidak akan makan makanan berat saat malam hari, dan kebetulan sekali olahan malam ini adalah seafood. Jadi ia berinisiatif membuatkan salad kesukaan Sashi.

"Habiskan, Tante sengaja membuatkanmu." Widi mengusap kepala Sashi dengan sayang. Ia sangat ingin memiliki anak perempuan tetapi setelah melahirkan anak pertamanya, rahimnya mengalami masalah sehingga harus di angkat. Anak laki-laki pertamanya sekarang sedang jauh darinya, dikarenakan melanjutkan kuliah di inggris. Dulu sekali Widi sempat ingin mengadopsi anak perempuan, tetapi Ayahnya tidak memberi ijin. Suaminya Langit Bratawijaya berusaha menghibur, tidak masalah hanya memiliki satu anak. Saat adik iparnya meninggal, Widi sempat merawat Sashi meski hanya satu tahun karena setelahnya ia harus ikut dengan suaminya yang di pindah tugaskan ke luar daerah. Juliana sangat menyayangi Sashi, ia sendiri sangat menentang perjodohan Sashi dengan Kala tetapi Widi juga tahu, ia tidak bisa melawan kehendak ayahnya.

Sashi menyendok salad sayur dan memasukannya ke dalam mulut, "Enak, Terima kasih Tante." Ucap Sashi sambil tersenyum tulus menatap Juliana. Meski Widi sudah memasuki usia lima puluhan, Tantenya itu masih terlihat cantik dan menawan menurut Sashi.

"Selain suka menghamburkan uang Eyangmu, Kamu juga suka pilih-pilih makanan ternyata." Ucap Marina mengejek Sashi, entah kenapa istri Om Reynard itu sangat membenci Sashi. Reynard yang mendengar ucapan istrinya hanya mendengus lelah.

Saat Widi akan menimpali ucapan kakak iparnya, Sashi menahannya. Dengan lembut Sashi menepuk tangan Tantenya, Sashi tidak ingin Widi bertengkar dengan Marina.
Inilah salah satu alasan Sashi enggan datang ke acara makan malam keluarga yang di adakan satu bulan sekali, Sashi lebih suka membuat alasan agar tidak datang. Tetapi malam ini Sashi di jebak oleh Anita, hingga mau tak mau dia menghadiri acara ini. Tentang Marina yang tidak menyukainya, Widi sebelumnya pernah bercerita jika Marina sempat menyukai Ayahnya Sashi, tetapi Ayahnya Sashi sudah di jodohkan terlebih dahulu dengan Ibunya. Dulu saat Ibunya Sashi masih ada, Marina juga sering mencari masalah.

"Maaf sudah mengecewakan Tante, tetapi hingga detik ini aku tidak pernah menggunakan uang Eyang sepeser pun."

"Dan aku alergi seafood, jika aku memaksa untuk makan mungkin Tante akan melihat aku merenggang nyawa sekarang." Jelas Sashi, suaranya begitu tenang, tetapi sorot matanya manantang angkuh pada Marina.

"Sashiana." Sentak Danuar Roldan, seketika ruang makan menjadi hening bahkan para pelayan yang sejak tadi berdiri di sudut ruangan juga menjadi cemas.

"Reynard ajari istrimu untuk lebih bijak lagi dalam berbicara." Ucap Danuar dengan tegas, ia meletakan sendok di atas meja nafsu makannya menguap begitu saja.

"Kenapa semua menu makanan malam ini seafood?" Tanya Danuar entah pada siapa, Jerry kepala pelayan menghampiri Danuar ia membungkuk dan meminta maaf sebelum mengatakan "Ibu Mariana yang memberi intruksi untuk makan malam ini Tuan."

Danuar bangkit dari kursi, "Kalian makanlah." ia lalu menatap ke arah Jerry. "Bawa makananku ke kamar."

Sashi tidak menghiraukan situasi yang menjadi kacau, ia tetap menikmati saladnya sendiri karena menghargai Widi yang sudah membuatkannya.

Sedangkan Reynard, ikut meninggalkan ruang makan begitu saja tanpa berbicara sedikit pun. "Lain kali Mama jangan mengganggu Sashi." saran Bayu pada Marina, ia sendiri memilih untuk melanjutkan acara makannya yang tertunda. Marina dan Reynard meliki dua anak laki-laki, anak pertama mereka sudah menikah dan memilih tinggal bersama istrinya di Belanda. Bayu sendiri belum menikah, ia masih fokus bekerja membantu ayahnya di perusahaan.
Marina menjadi diam, kedua tangannya di bawah meja mengepal erat. Dalam hati ia menyalahkan Sashi yang membuat suami dan mertuanya marah kepadanya. Sashi selalu saja membuat Marina Susah.

Setelah menghabiskan makanannya, Sashi lebih memilih pulang ke apartementnya tentu saja ia berpamitan terlebih dahulu pada Danuar dan Widi.

Sashi menghempaskan badannya di atas kasur, dengan posisi tengkurap wajah yang di benamkan pada bantal. Kedua matanya mulai terpejam, hari ini sangat membuat dirinya kelelahan.

**

Sashiana masih mengerjapkan matanya, menatap tak percaya seseorang yang kini berdiri di luar apartementnya lewat layar interkom, apakah dunia sedang tidak baik-baik saja sekarang? Sehingga Kalandra Yassar Adhitama singgah ke gubuk milik Sashi.

Sudah lebih dari tiga puluh menit berlalu, Sashi melihat layar interkom berharap Kala segera pergi, namun kenyataannya laki-laki itu tidak melangkah segeser pun dari depan pintu.
Dengan berat hati Sashi membuka pintu, ia membuka setengah pintu dan hanya meperlihatkan kepalanya, menatap Kala dengan wajah malas. "Ada apa? Aku sedang sibuk." Semoga saja Kala mengerti maksud Sashi, karena ia tidak ingin Kala masuk ke apartementnya lebih bagus lagi Laki-laki itu segera pergi dari hadapannya.

Kalandra tidak menjawab pertanyaan Sashi, ia lebih memilih mendorong kepala Sashi dengan telunjuk kanannya sedangkan tangan kiri menahan pintu agar tidak tertutup.
Sehingga Kala bisa melenggang masuk begitu saja, kedua matanya memindai apartement berukuran studio milik Sashi, hanya ada sofa berwarna cream di dekat jendela menghadap ke arah kasur, Kamar mandi dan dapur berada di dekat pintu keluar. Sedang di depan kasur ada televisi yang menempel di dinding di bawahnya terdapat meja panjang berisi buku-buku. Lemari baju menjadi sekat antara kasur dan kamar mandi, menurut Kala apartement Sashi sangat kecil terlihat sangat sederhana tidak mencerminkan pemiliknya sama sekali.

Kala berjalan ke arah sofa, tanpa di persilahkan oleh Sashi ia sudah mendudukan dirinya sendiri di atas sofa. wangi lavender menggelitik indra penciumannya aromanya begitu lembut dan menenangkan.

Sashi yang melihat kelakuan Kala, jelas mendelik kesal. Mau tak mau Sashi berjalan ke arah Kala, tetapi ia tidak mau dekat-dekat tunangannya karena jantungnya masih saja berdetak lebih cepat jika terlalu dekat dengan Kala, jadi Sashi lebih memilih tempat yang aman yaitu berada di sudut dekat Televisi, tubuhnya menghadap Kala, kedua tangannya bersedekap di bawah dada.
Sashi masih melontarkan pertanyaan yang sama saat Kala datang, "Ada apa?"

Kala menepuk space kosong yang berada di sebelah kanannya, Sashi yang mengerti hanya menggeleng. "disini saja, cepat katakan tujuan kamu datang kesini."

Kala menyugar rambutnya, ia menatap tajam ke arah Sashi.
Sashi yang di tatap seperti itu sedikit menciut,
"Datang kesini dengan kedua kakimu sendiri, atau saya yang akan menyeretmu langsung kesini."
Tidak menunggu lama Sashi sudah berada di samping Kala, saat di rasa terlalu dekat Sashi bersingsut menjauhkan dirinya hingga ujung sofa meski sebenarnya itu tidak berguna sama sekali karena sofanya yang berukuran minimalis yang hanya berdudukan untuk dua orang. Sashi sangat menyesal memiliki apartement yang sangat kecil sekarang.

Sudah sepuluh menit berlalu, tetapi Kala masih tidak bersuara sama sekali dengan takut-takut Sashi melirik Kala melalui ekor matanya.

Laki-laki itu terlihat menyender dan menutup kedua mata dengan tangan kirinya.
Sashi mengguncang bahu Kala dengan pelan, "Kalandra..."

"Jika tidak ada kepentingan apa pun, pulang sana! Aku harus pergi, sebentar lagi Anita akan menjemput." Sashi mencoba mencari alasan, sejujurnya dia tidak memiliki janji dengan Anita. Alasan apapun ia akan gunakan untuk mengusir Kala saat ini.

**

02-07-23

Done For MeWhere stories live. Discover now