Bab 2 (revisi)

14 3 0
                                    

Happy reading!!
-
-
-

***

Bughh


"Bangun! Biar tau rasa kamu!!"

Bughh

"Udah, Pa. Kasihan Arsen."

Ayleen yang melihat kejadian itu dari atas balkon mendadak terdiam. Matanya memicing mencoba melihat lebih jelas. Dan benar saja, pemuda yang sedang dipukul di depan rumah itu adalah Arsen.

Tanpa menunggu lama, Ayleen masuk ke dalam kamar, menyimpan segelas coklat hangat, dan langsung menutup pintu balkon. Kaki jenjangnya berlari turun ke lantai bawah dengan jantung yang berdegup kencang.

"Bunda, Ayah!!"

Teriakan Ayleen itu terus menggema sepanjang perjalanan ia turun dari lantai atas menuju ke bawah. Ayahnya yang sedang duduk di sofa, lantas bertanya. "Kenapa, Ay?"

"Arsen, yah... Arsen dipukul lagi sama ayahnya."

"Keterlaluan!" Ucap sang ayah lantas beranjak dari sofa diikuti oleh istrinya yang mendengar dari arah dapur. Ketiganya berjalan beriringan menuju rumah yang berada tepat di depan rumah mereka.

"Papa udah bilang jauhin perempuan itu, Arsen!! Telinga kamu disimpan dimana?! Kamu nggak peduli sama papa, atau kamu emang udah nggak anggap papa sebagai papa kamu lagi?!!"

"Kenapa papa harus atur hidup aku?! Aku punya pilihan sendiri, pa. Aku udah besar!!"

Bughh

Satu pukulan kembali melayang di rahang Arsen, pemuda itu jatuh tersungkur di atas lantai rumahnya dengan rahang berdenyut nyeri. Syifa yang menyaksikan itu segera berlari menghampiri Arsen dengan panik.

"Kamu harus fokus belajar, Arsen!! Papa adopsi kamu bukan untuk nambah beban! Kamu adalah aset keluarga ini! Kamu harus jadi orang hebat!!"

Bughh

Tepat setelah pukulan itu mendarat di perut Arsen, teriakan Syifa menggema melihat sang putra yang kian kesakitan.

"Pa, udah!!"

"Berhenti, Reno! Jangan gila," Arfan yang baru saja melihat kejadian itu segera menghentikannya. Sementara Ayleen segera mendekat untuk melihat keadaan Arsen.

"Diam kamu! Jangan ikut campur urusan keluarga saya!"

Tangan berurat itu kembali melayang di udara, namun sebelum sampai ke perut Arsen, Arfan segera menghalaunya.

"Jangan selesaikan masalah dengan kekerasan! Anda seorang pria, tapi bukan berarti bisa memukul siapa pun yang anda rasa orang lemah."

Kerutan di dahi serta tangannya masih nampak menegang, pria itu melepaskan tangannya dengan kasar dan berkata, "Anak ini tidak tahu malu! Dia pantas dipukul!"

Syifa yang sejak tadi diam, kini meluruhkan air matanya melihat sang putra sudah terbaring dengan kedua mata menatapnya kosong. Bahkan panggilan Ayleen di sampingnya pun tidak dihiraukan sama sekali.

"Anda bisa bicarakan ini baik-baik. Kalau anda menyelesaikan masalah dengan cara seperti ini, yang ada Arsen semakin benci pada anda."

Tepat setelah kalimat itu terucap, seorang anak laki-laki berusia delapan tahun dengan tubuh tegapnya keluar dari rumah dan menatap satu persatu orang disana dengan bingung.

Safira, ibu Ayleen segera membawanya menjauh dari sang ayah. Namun raut wajah anak itu berubah saat melihat lebam kebiruan di sekitar pipi Arsen. "Ada apa? Bang Arsen kenapa?"

Why Friend?Where stories live. Discover now