Hujan

166 26 8
                                    

Ini bukanlah pagi yang cerah melainkan pagi yang gelap dan dingin. Awan mendung menguasai langit, hujan deras pun membasahi bumi.

Dan ketiga sekawan itu pun terjebak di halte bus karena hujan deras yang turun sejak jam 6 pagi.

"Hujan datang lagi~" Blaze bersanding datar sembari menatap air yang berjatuhan dari langit.

"Kasihan ya, kira-kira langit lagi punya masalah apa ya?" tanya Thorn

"Maksud lo?" sahut Taufan yang gagal paham dengan ucapan sahabatnya itu.

"Kan kalau di film atau buku novel sering tuh kalau pas hujan ditulis 'langit sedang menagis'. Kira-kira sekarang langit nangisnya karena apa?" tanya Thorn dengan polosnya.

Taufan dan Blaze menatap datar sahabat mereka yang kelewat polos menyerempet bego ini.

"Thorn itu cuma kalimat kiasan aja!" jawab Taufan

"Hah? Kalimat kiasan?" tanya Thorn

"Iya! Kalimat untuk menggambarkan sesuatu! Kalau di novel ditulis 'langit pun ikut menangis' itu biar kalimatnya estetik bukan karena langitnya nangis beneran karena lagi ada masalah hidup!" jelas Taufan panjang lebar

Thorn mengedipkan matanya lalu mengangguk. "Paham?" tanya Taufan dan kini Thorn justru menggeleng membuat Taufan geram sendiri.

Blaze hanya geleng-geleng saja melihat percakapan unfaedah dari kedua sahabatnya itu dan lebih memilih memandangi jalanan.

"Jam berapa?" tanya Blaze

"Jam 7 lewat 15 menit." jawab Taufan

"Haduuuh, bisa-bisa kita telat nih." kata Blaze

"Terobos ajalah." kata Taufan melipat celana seragamnya hingga sebatas lutut sekaligus memasukkan sepatunya di dalam tas.

"Terobos gini bege? Deras begini yang ada basah kuyup kita." kata Blaze

"Hem, Thorn bawa payung kok." kata Thorn

Thorn mengeluarkan payung yang sejak tadi ada di dalam tasnya.

"Aduuh! Kok lo nggak bilang dari tadi?" tanya Blaze

Thorn mengedip polos, "Kalian nggak nanya sih." jawab Thorn

"Tapi percuma payungnya cuma satu, kita bertiga mana muat." kata Taufan

Benar kata Taufan, payung hanya satu ukurannya pun standar yang hanya muat dipakai dua orang sedangkan mereka bertiga. Masing-masing dari mereka berpikir bagaimana caranya satu payung muat untuk tiga orang.

"HAAH! GUE TAHU!" seru Blaze secara tiba-tiba

Kini mereka bertiga sudah bertumpuk dengan Blaze di bagian paling bawah dan Thorn di paling atas bertugas memegangi, ide Blaze adalah mereka akan saling gendong di pundak sehingga mereka cukup untuk satu payung.

Kini muka Blaze menekuk padahal niatnya dia yang paling atas tapi sekarang justru dia yang paling bawah. Mereka menentukan posisi ini dengan suit dan ya sepertinya kehokian Blaze hari ini sedang ampas.

"Kenapa jadi gue yang dibawah?" tanya Blaze

"HAHAHAA! Terima saja Blaze itu suah nasibmu." ucap Taufan yang kini memegangi kaki Thorn.

"Thorn pegang payungnya yang bener lo." kata Taufan

"Aye aye kapten!" balas Thorn

"Dan Blaze cepat jalan!" kata Taufan

"Lama-lama gue lempar juga lo." ucap Blaze dengan kesal

"Heh lo mau kita telat?" tanya Taufan

"Yaudah pegangan, kita berangkat sekarang!" seru Blaze mulai melangkahkan kakinya.

We Are TTM!!Where stories live. Discover now