TSOTML : 04

43.1K 3.9K 67
                                    

Setelah makan siang bersama beberapa saat lalu, Steve tiba-tiba ambruk diatas sofa. Suhu tubuh pria itu panas dengan bintik merah yang memenuhi seluruh permukaan kulitnya. Stela panik, perempuan itu buru-buru menelpon Dokter untuk menangani seorang Dokter yang tengah sakit didepannya.

Tak berselang lama Dokter datang, memeriksa kondisi Steve lalu menatap kearahnya.

"Sepertinya Steve salah makan yang mengakibatkan alerginya kambuh. Dilihat dari bintik merah dan suhu tubuhnya itu jelas lumayan parah. Saya akan memanggil ambulans dan membawa Steve kerumah sakit agar ditangani lebih lanjut." Ujar Dery, Dokter yang Stela panggil adalah dokter yang bekerja disatu rumah sakit dengan Steve.

Dengan sedikit gemetar Stela mengangguk. "Baik, Dokter."














•••••••••













"Jika sudah sadar, tolong oleskan ini pada ruam-ruam nya. Itu akan meredakan gatal yang teramat dikulit dokter Steve."

"Baik, terimakasih."

Samar-samar Steve mendengar perbincangan dua perempuan disamping kanannya. Suara singkat namun halus itu memenuhinya pikirannya. Dengan perlahan Steve membuka matanya, hal pertama ia lihat adalah langit-langit berwarna putih dengan lampu yang menyorot terang. Kepalanya menoleh dan menemukan seseorang yang selalu memenuhi kepalanya.

"H-ei..." Sial! Rasanya Steve sangat sulit mengeluarkan suaranya, tenggorokannya terasa kering dan jika dipaksakan bicara akan terasa sakit.

Stela yang semula tengah mencari ponselnya buru-buru menoleh dan menghampiri Steve saat mendengar suara pria itu. "Hei? Kau sudah sadar?" Tanyanya seraya menyodorkan satu gelas air putih dan membantu pria itu meminumnya.

Setelah dirasa cukup, Steve menjauhkan gelas itu yang langsung Stela simpan kembali. Pandangan mereka bertemu untuk beberapa saat, entah kenapa Steve merasa rindu pada perempuan itu. "Kau yang membawaku?"

Stela menggeleng. "Dokter Dery, beliau yang membawamu. Tapi aku juga ikut serta hehe."

Bibir Steve berkedut, menahan senyum gemas melihat Stela. "Sudah berapa lama aku disini?" Steve jelas sadar bahwa ia jatuh pingsan dengan keadaan tubuh yang panas dan gatal sesaat setelah makan siang kala itu, namun selebihnya Steve tidak tau apa yang terjadi.

"3 hari, kau pingsan atau simulasi jadi mayat?"

Steve terkekeh, dengan tenaganya yang belum pulih pria itu menyentil hidung Stela. "Tidak sadar diri, kau bahkan koma melebihi 7 hari dan membuatku uring-uringan setengah mati." Balasnya masih dengan kekehan.

Stela cemberut, lagi pula ia tidak tau apa yang terjadi sebelumnya. "Ya mana aku tau, aku hanya merasa tengah tertidur dengan lelap dan terbangun sudah dengan tubuh yang sakit semua."

Mengangguk kecil, Steve membenarkan perkataan Stela yang mana memang sebuah kenyataan. Perlahan Steve bangun dan Stela yang peka membantu pria itu, juga membenahkan bantalnya agar Steve bisa bersandar.

Setelah dirasa nyaman, Steve tiba-tiba menyodorkan kedua lengannya pada Stela. "Tolong usap, itu sangat gatal." Cicitnya dengan bibir maju kedepan, dan seketika Stela sadar dengan pemberian dari seorang perawat tadi.

Dirogohnya laci meja disamping kanan, Stela mengeluarkan sebuah salep kulit khusus dan memperlihatkan nya pada Steve. "Tadi seorang perawat memberiku ini dan menyuruhku mengoleskannya disaat kau sudah sadar." Beritahunya seraya membuka penutup salep itu, lalu menyimpannya diatas telapak tangan Steve.

"Karna kau terlihat lebih sehat dan mengetahui letak yang gatal, jadi kau oleskan sendiri saja ya? Aku akan membantu disaat rasa gatalmu tidak terjangkau." Dengan manisnya Stela berujar demikian, yang mana malah membuat Steve semakin cemberut dan berdecak kecil.

The Sister Of The Male Lead [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang