TSOTML : 34

11.6K 1.3K 35
                                    

Bugh!

"Brengsek! Kau tidak beda jauh dengan Ayahmu itu!!" Hendra murka, fakta yang baru saja Steve katakan membuatnya marah dan kecewa pada Steve.

Steve berkata dengan mudahnya mengatakan jika ia pernah meniduri Stela hingga menumbuhkan janin yang sayangnya menghilang di minggu kelima. Steve tidak menyesal mengatakannya, biarkan Hendra mengetahui hal itu dari dirinya, bukan dari orang lain.

"Maaf Om, tapi aku tidak menyesal melakukannya." Hanya itu, Steve tidak berniat menjelaskan alasan sebenarnya pada Hendra. Biarkan saja Ayah dari Stela itu mengamuk padanya, Steve menerimanya dan menganggap itu sebagai hukuman atas kejadian malam itu. Walaupun tidak seberapa dibandingkan dengan yang dialami oleh Stela.

Hendra menggeram, tangannya terkepal erat dan tidak sudi lagi menghajar Steve. Langkahnya mundur, menatap dingin Steve yang tergeletak diatas lantai.

"Pergilah sejauhmu, jangan pernah menemui Stela atau keluargaku lagi!" Sebelum melenggang pergi, Hendra memberikan tatapan kecewanya yang mana membuat Steve dilanda rasa bersalah yang sangat besar terhadap pria itu.

Steve bangkit, menyeka ujung bibinya yang mengeluarkan darah. Menghela nafas berat, Steve berjalan meninggalkan parkiran rumah sakit ini dan masuk kedalam mobilnya.

"Aku akan menuruti perkataan Om Hendra, sudah cukup bagiku selama ini selalu mengganggu dan menyakitimu Stela."

Tatapannya mendingin dengan tangan terkepal.

"Tapi aku akan kembali dan memperjuangkan Stela dibeberapa tahun kedepan."









•••••••••••







Didalam ruangan kerjanya Hendrix mengamuk. Pria itu merasa marah saat hasil persidangan kemarin menyatakan jika Stela adalah anak kandung Hendra, bukti tes DNA pun semakin menguatkan pernyataan itu. Hendrix marah! Kenapa bukan Stela yang menjadi anaknya? Ia tidak ingin memiliki anak lelaki yang bisa saja membantah, bukti nya sudah nyata dan itu adalah Steve dan Stevan.

"Bukan hanya membantah, anak itu bahkan membangkang! Sialan!!" Hendrix membanting perabotan yang ada didepan matanya. Menghancurkan semua hingga ruangan yang semula tertata rapih kini berantakan.

David yang tidak sengaja melewati ruangan Hendrix tersenyum miring, merasa puas dengan hasil sidang kemarin. David turut hadir, ia menyaksikan sendiri wajah marah dan malu Hendri saat Stela dinyatakan bukanlah anak kandungnya.

"Terlalu berekspektasi tinggi ya seperti itu, tersandung realita lalu jatuh kedalam lumpur."

David lalu melenggang pergi, niatnya berkunjung kerumah ini adalah menemui Tiara. Ia ingin berpamitan pada wanita itu karna dirinya akan pergi keluar negeri untuk urusan bisnisnya.

Tok... Tok... Tok...

"Ma? Apa Mama ada didalam?" Setelah menunggu beberapa saat, pintu itu terbuka dan memperlihatkan wajah lelah Tiara.

David mendekat, lalu memeluk erat Tiara. "Mama kenapa?"

Tiara menggeleng, membawa David masuk dan menyuruh ya duduk diatas sofa yang berada didekat jendela kamarnya. Wanita itu tersenyum manis melihat wajah khawatir David.

"David, apa kau tau?"

David menggeleng, memang apa yang ia ketahui?

Tiara menghela nafas, memijat pangkal hidungnya. "Ini tentang Delya, Mama menemukan sebuah benda didalam kotak tisu yang sering sekali adikmu itu pakai akhir-akhir ini." Tiara mengeluarkan benda yang dimaksud nya dan disimpan nya diatas telapak tangan David.

The Sister Of The Male Lead [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang