Dengan kelopak mata perlahan terbuka, Stela menatap langit-langit ruangannya yang serba putih. Matanya bergulir dan menemukan Fearly yang tengah tertidur disofa dengan seorang pria baruh baya yang Stela tidak tau siapa.
Tubuhnya kaku, Stela seakan tidak bisa bergerak. Menghela nafas berat, Stela sedikit membuka bibirnya dan berniat mengeluarkan suara.
"Aaa---" mata Stela membola, suaranya tercekat dan sakit jika dipaksakan. Tiba-tiba matanya memerah, ia sudah beberapa menit terbangun, tapi diantara kedua orang itu tidak ada yang menyadarinya.
Sampai beberapa menit kemudian, Stela mendengar suara pintu yang terbuka. Dengan keadaan tubuh yang tidak bisa apa-apa, Stela hanya menunggu sampai seseorang itu masuk dan berdirilah disamping tubuhnya.
Manik mata orang itu membola juga berair setelah nya. "Stela? Kau... Kau sudah sadar?"
Pria berambut hitam itu menggenggam tangan Stela, tersenyum cerah melihat kelopak mata itu kini terbuka. "Syukurlah... Syukurlah..."
Stela hanya terdiam, menatap dalam-dalam pria itu. Dapat Stela lihat manik biru pria itu memandang penuh rasa haru padanya.
"Kau melakukannya lagi?"
••••••••
Brak!
"KAK? KAU SUDAH SAD---"
PLAK!
"Pelankan nada bicaramu Stevan." Tegur Fearly yang mendapat anggukan kepala dari Stevan, tapi matanya mendelik menatap Hendra yang malah berwajah datar setelah memukul belakang kepala nya.
"Om ini, apakah Om tidak kasihan padaku?"
Hendra menggeleng. "Kau anak Hendrix, jadi untuk apa aku merasa kasihan padamu?"
Jleb!
Stevan merasa tertohok, matanya tertutup rapat lalu bersimpuh didekat ambang pintu. "Ibu... Ayah tiriku ini jahat sekali... Padahalkan aku anak Ibu, yang berarti aku anak Om itu juga." Adunya dengan nada sedih.
Fearly menggeleng kecil, menghampiri Stevan lalu menuntunnya untuk menghampiri Stela. "Kau ini, lebih baik kau temani Stela. Ibu akan membeli minuman dikantin rumah sakit."
Stevan mengangguk, lalu duduk dikursi yang menghadap kearah Stela setelah Fearly dan Hendra keluar dari dalam ruangan ini.
"Kak?"
Stela mengerjap kecil, alisnya terangkat.
"Dia datang lagi..."
Stela mendengus, memutar bola matanya malas. "Untuk apa?"
"Dia kembali untuk Kakak, apa Kakak tidak merindukan nya?"
"Tidak." Lirih Stela seraya memandang langit-langit ruang rawatnya. "Aku lebih merindukan Steve... Apakah dia tidak pernah mengunjungi ku?"
Stevan menggulirkan matanya kesembarang arah. "Itu... Kak Steve sedang sibuk, ada urusan yang belum Kak Steve selesaikan."
"Jadi dia memang tidak pernah mengunjungi ku ya?" Tiba-tiba Stela memasang raut sedihnya, kepalanya menunduk dalam. "Tapi aku berharap dia tidak benar-benar datang untuk beberapa saat ini."
Stevan gelagapan. Bagaimana ini?
"Eeh itu, Kak Steve... Eee dia akan berkunjung nanti, emmm mungkin lusa?" Seakan tidak yakin dengan ucapannya sendiri, Stevan meringis bingung melihat Stela yang terlihat semakin sedih.
Disaat Stevan kalang kabut melihat Stela, datanglah seorang pria berkemeja hitam dan dengan gagahnya menghampiri mereka berdua. Pria itu mengambil duduk disisi kiri Stela seraya menampilkan senyum tampannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sister Of The Male Lead [END]
FantasyHanya karna tertimpa sebuah bola, tiba-tiba jiwa Nadine berpindah. Gadis itu menempati tubuh seorang perempuan manis yang menjadi kakak kembar dari sang tokoh utama dari novel 'Love Language' yang pernah ia baca. "Bukankah sebelumnya kita pernah men...