Didalam apartemennya, Steve tengah berjalan membuntuti Stela yang terus menghindari nya. Bahkan perempuan itu mengusirnya dari apartemen nya sendiri.
Steve sedih, tapi ia juga merasa bersalah atas sikapnya beberapa minggu lalu yang tiba-tiba mengabaikan Stela tanpa alasan. Menurutnya sih alasannya sangat jelas, yaitu karna ia cemburu dan marah saat melihat Stela begitu dekat dengan pria lain selain dirinya.
Steve menghentikan langkahnya, menatap Stela yang berdiri lumayan jauh dengannya dengan tatapan sulit di mengerti.
Stela pun hanya terdiam, tanpa ada niatan menegur pria itu. Efek dari mimpi itu berkelanjutan. Stela masih merasakan takut dan was-was saat ia berada disekitar Steve. Bagaimana jika Steve tiba-tiba berubah seperti yang ada didalam mimpinya?
Stela bergidik, ia tidak dapat membayangkan hal buruk itu.
"Stela..." Steve bergumam lirih, lalu perlahan mendekat saat melihat perempuan itu hanyut dalam lamunannya. Memeluk erat tubuh Stela dengan membenamkan wajahnya diceruk leher perempuan itu. Steve juga mengunci pergerakan Stela yang tiba-tiba memberontak.
Stela menggeleng. Ayolah... Stela masih terbayang-bayang mimpi sialan itu!
"Lepas Steve!"
Steve menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya, mengurung Stela didalam pelukan hangatnya. Juga berharap perempuan itu tidak dapat menghindar lagi darinya.
Stela grasak-grusuk, ia tidak nyaman dan sesak dipeluk seerat ini. Kepalanya mendongak, menghirup udara sebanyaknya. Namun yang ia hirup bukan udara pada umumnya, melainkan aroma maskulin Steve yang langsung nenyeruak masuk begitu saja, membuat Stela langsung terdiam dan menikmati nya dengan mata tertutup.
"Gila! Aromanya memang sangat menggoda!"
Setelah beberapa saat tidak mendapat berontakan lagi dari Stela, Steve sedikit melonggarkan pelukannya dan beralih menempelkan pipinya dipundak polos Stela. Perempuan itu memakai pakaian sedikit terbuka dibagian atasannya, bahkan Steve juga bisa melihat sedikit belahan dada Stela dengan posisinya yang seperti ini.
"Tenang, kau pernah melihatnya secara jelas, bahkan kau juga sudah pernah menyentuh dan merasakannya." Batinnya dan mencoba menenangkan diri.
Sebelah tangannya terangkat, menyentuh leher jenjang Stela dan sedikit menekan nya, membuatnya bisa merasakan permukaan kulit mulus itu nenyentuh bibirnya.
Dengan menutup matanya perlahan, Steve sedikit membuka matanya dan mengecup leher Stela. Sedikit menjilatnya dan memberikan hisapan-hisapan kecil yang mana membuat Stela merinding.
"Steve.. apa yang kau lakukan?!" Stela mencoba mendorong-dorong kepala Steve. Tapi bukannya menjauh, kepala pria itu malah semakin menekan lehernya dengan hisapannya yang semakin kuat.
"Ahk! Steve!!"
Steve sedikit menggeram. Entah kenapa suara Stela yang meneriaki namanya membuat Steve membayangkan yang iya-iya.
"Sedikit lagi..."
Cup
Sebagai penutup kegiatannya, Steve mengecup lama leher Stela. Kepalanya sedikit menjauh, lalu senyumnya terbit saat melihat bulatan merah yang baru saja ia buat sebagai tanda kepemilikan dileher jenjang Stela.
"Sempurna..." Gumamnya dengan mengedipkan sebelah matanya pada Stela.
"Memang sudah seharusnya kau menjadi milikku Stela."
Stela mundur menjauh, tangannya terangkat dan menyentuh bagian lehernya yang terasa perih. Matanya memicing tajam, menatap kesal pada Steve yang malah tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sister Of The Male Lead [END]
FantasyHanya karna tertimpa sebuah bola, tiba-tiba jiwa Nadine berpindah. Gadis itu menempati tubuh seorang perempuan manis yang menjadi kakak kembar dari sang tokoh utama dari novel 'Love Language' yang pernah ia baca. "Bukankah sebelumnya kita pernah men...