11. Jatuh

11.6K 1K 247
                                    

Seseorang mendorong motornya pelan, ia berhenti tepat didepan gerbang hitam tinggi. Membuka gerbang tersebut pelan-pelan, kemudian mendorong masuk motornya ke garasi.

"Assalamualaikum" ucapnya lirih. Ia berjalan mengendap-endap kedalam rumah, berharap orang yang berada didalam rumah tersebut tak mengetahui keberadaannya.

Dugh!

"Sshh aduh" sikunya menyenggol pinggiran tembok. "Pake acara kepentok segala lagi" gumamnya.

Ia celingak-celinguk menatap setiap sudut ruangan, memastikan bahwa ia tak ketahuan. Melepas sepatu dan kaos kakinya pelan-pelan, berjalan masuk dengan langkah yang sangat hati-hati agar tak menimbulkan suara.

"Kaya nya aman deh" gumamnya sembari berjalan menuju kamar mandi tamu.

"Ngga aman."

Belum juga tangannya memegang knop pintu kamar mandi, tiba-tiba terdengar suara yang membuatnya meringis.

Dito menoleh kebelakang, membalikan badannya sembari nyengir. "Eh kamu yang ternyata" ucap Dito, tangan kirinya mendadak ia sembunyikan kebelakang.

"Ngapain jalan ngendap-ngendap kaya maling gitu?" tanya Lera.

"Hmm? Siapa yang ngendap-ngendap yang? Aku ga ngendap-ngendap tuh" ujar Dito sembari tersenyum agar Lera tak curiga.

Lera hanya diam, ia menatap lengan kiri Dito yang tampak disembunyikan darinya. "Itu tangannya yang kiri ngapain di kebelakangin mulu?" tanya Lera.

"Hah? Oh ini, em enggapapa kok hehe."

Lera mendekati Dito, sedangkan pria itu malah berjalan mundur. Lera mengerutkan dahinya. "Kenapa?"

Dito menggeleng. Kini keduanya saling menatap, Dito sedikit was-was dengan tatapan Lera yang nampak tajam. "Kamu..." ia menatap Dito dari atas sampai bawah, seragam pria itu tampak aneh.

"Kenapa yang?"

"Seragam kamu..."

Dito menelan salifanya susah. Mati gue kalo kena marah ini mah

Matanya menatap bercak merah di seragam lengan kiri Dito. Lera menghela nafas kecil. "Kamu abis jatoh ya?"

"Hah? Emm engga ko,, anu cuma-"

Sebelum Dito melanjutkan ucapannya, buru-buru Lera mendekati dan meraih lengan kiri pria itu. Lera menatapnya lamat.

"Engga sakit ko" ujar Dito pelan.

Lera menatap luka itu dan Dito bergantian, kemudian mengangguk kecil. "Ayok" ia berjalan menuju ruang tengah. "Duduk anteng disini dulu" ucap Lera kemudian berjalan kebelakang untuk mengambil sesuatu.

Dito mengangguk patuh. "Kalo ngga langsung di ceramahin berarti nanti ceramahnya" ia menghela nafas kecil.

Beberapa saat kemudian Lera datang sambil membawa kotak p3k, ia duduk tepat disebelah Dito. Lera meraih tangan kiri Dito yang terluka. "Sampe sobek gini lo seragamnya." Ia menghela nafas kecil. "Buka dulu bajunya" pinta Lera.

Dito mengangguk sembari melepas satu persatu kancing bajunya. Jujur saja ia sedikit kesusahan untuk melepas kancing bajunya karna jemari tangan kanannya sedikit ngilu.

Melihat itu tanpa mengucapkan apa-apa Lera langsung membantu Dito untuk melepaskan kancing bajunya. "Yang" panggil Dito.

Lera tak menyahut, ia sibuk melepaskan seragam Dito dengan hati-hati agar tak mengenai lukanya, kini giliran kaus coklat ketat yang harus ia lepaskan. "Kausnya ketat yang, nanti sakit gimana?"

"Ngga gimana-gimana" sahut Lera.

Dito mencebik, ia mengangkat kedua tangannya keatas sementara Lera mencoba melepaskan kaus itu pelan-pelan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 21, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jodohku Polgan 2 (HIATUS)Where stories live. Discover now