🕊Bagian 12🕊

26 5 0
                                    

Demi kenyamanan, budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca, dan tinggalkan komentar setelah membaca.

Don't be silent readers.

_____

Hari kini sudah berganti malam. Aku mendudukkan diri di lantai sembari mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah. Hari ini benar-benar menjadi hari yang paling melelahkan. Meski begitu, namun aku senang karena aku bisa membantu keluarga Alan berjualan. Sekalian, latihan untuk jadi menantu yang baik. Siapa tahu, nanti aku diterima jadi menantunya Bu Ratih sama Pak Surya.

Aku mengalihkan pandangan saat aku melihat Alan yang tiba-tiba ikut mendudukkan diri tepat di sampingku. Dia menyodorkan sebotol air mineral padaku, dan aku pun mengambilnya.

"Makasih," ucapku lantas membuka penutup botol itu dan segera meneguknya.

"Hm. Gimana? Capek kan?" tanya Alan.

Aku menghela napas, kemudian mengangguk.

"Ternyata, nyari uang nggak gampang, ya?"

"Baru tau?" Alan balik bertanya.

"Hem," balas ku.

"Alan, udah malem. Sebaiknya, kamu cepet anterin Neng Tharisa pulang," ujar Bu Ratih.

Refleks, aku dan Alan pun menoleh pada Bu Ratih.

"Iya, Bu," jawab Alan, "Sa, ayo gue anterin lo pulang."

Aku pun hanya mengangguk sebagai jawaban. Aku mengambil tas, lalu menggendongnya.

"Kalo gitu, Alan anterin Tharisa pulang dulu ya, Bu, Pak," kata Alan.

"Iya, hati-hati ya, Lan," ucap Pak Surya.

"Iya, Pak. Alan pamit ya, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Bu, Pak, Tharisa pulang dulu, ya. Maaf, udah ngerepotin," ucapku berpamitan.

"Kamu sama sekali nggak ngerepotin kami, Neng. Justru kami sangat berterima kasih karena Neng Tharisa udah bantuin tadi," tutur Bu Ratih.

"Gapapa, Bu. Lagian, saya senang kok bisa bantu-bantu di sini," balas ku sembari tersenyum.

"Sekali lagi makasih banyak ya, Neng," timpal Pak Surya.

Aku hanya mengangguk sambil menyunggingkan senyuman yang penuh ketulusan.

"Saya pamit dulu ya Bu, Pak," ucapku. Kemudian, mencium punggung tangan Bu Ratih dan Pak Surya secara bergantian. Diikuti oleh Alan yang juga melakukan hal yang sama.

"Iya, hati-hati, Neng," peringat Bu Ratih.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

===

Aku menikmati pemandangan jalanan kota di malam hari pada setiap jalan yang ku lalui. Begitu banyak lampu yang menyala indah dari berbagai gedung, rumah serta tempat-tempat lainnya yang memanjakan mata bagi setiap orang yang melihatnya. Tak hanya itu, dinginnya udara di malam hari cukup membuat tubuhku menggigil kedinginan.

Refleks, aku mengerutkan dahi bingung saat Alan tiba-tiba menghentikan laju motornya di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti?" tanyaku.

Aku pun turun dari atas motor Alan yang kemudian diikuti oleh cowok itu. Aku menatap Alan yang kini sibuk melepaskan jaketnya.

"Alan jaketnya kenapa lo lepas?"

ALTHARISA [Selesai]Where stories live. Discover now