Prolog (21+)

249K 1K 5
                                    

Maya hanya bisa mendesah tak keruan saat pria di atasnya terus menghunjam kejantanannya dengan intens. Tak terhitung sudah berapa kali Maya melepas cairan cintanya, di saat pria yang tengah mengungkungnya itu bahkan belum mencapai puncaknya. Air di sudut mata Maya bahkan hampir leleh karena kenikmatan yang pria itu tawarkan.

Gila. Ini benar-benar gila.

"Sa-saka ... saya ... mau ... keluar ...."

"Tunggu."

Mendengar kalimat Maya membuat pria itu, Saka, semakin mendorong kejantanannya masuk dengan ritme yang semakin cepat pula. Meja kantor Maya yang jadi saksi bisu pergumulan mereka bahkan nyaris berderit karena ulah Saka. Beberapa bolpoin jatuh ke lantai karena gerakan panas yang mereka lakukan.

"Sak ... astaga ... saya nggak kuat ...."

"Sebentar ...."

Maya mendesah kesetanan. Sebentar versi Saka tidak sebentar. Salah satu hal yang sangat Maya sukai dari Saka, sekaligus yang paling membuat Maya kewalahan saat mereka bercinta adalah ini. Saka terlalu perkasa.

Saka menunduk, lalu mengisap kencang puncak dada Maya yang menegang. Tangan kanannya yang bebas meremas dada kiri Maya, sementara tangan kirinya beringsut turun menggesek organ intim Maya dengan gerakan tak kalah cepat, membuat wanita di bawahnya itu semakin sulit menahan gejolak nikmat dalam dadanya.

"God ... S-Sak ... s-sayㅡah!"

Saka menusuk liang senggama Maya dengan sekali entakan mantap sebelum akhirnya melepaskan kejantanannya lalu memuntahkan cairan cintanya di perut rata Maya. Sementara Maya yang sudah berada di puncak kenikmatan hanya bisa kelonjotan merasakan kedutan keras dari organ intimnya. Cairannya terus menetes membasahi meja kantornya.

Setelah Saka menyelesaikan aktivitasnya, pria itu segera meraih wajah Maya lalu melumat bibirnya kasar, memagutnya dengan intens hingga berhasil membuat Maya tersenyum kecil di balik ciuman mereka.

"It was so good. Kamu memang tidak pernah gagal muasin saya, Saka," ujar Maya sambil mengusap pipi Saka lembut.

Saka kembali meraih bibir Maya sebelum mengecupnya pelan selama beberapa saat. "I love you, May."

Senyum di bibir Maya sontak luntur begitu mendengar pengakuan Saka yang ... well, sebenarnya tidak satu dua kali Saka ucapkan begitu mereka selesai bercinta seperti ini. Tak ingin bergelut lebih lama dengan isi pikirannya, Maya pun bergegas bangun dari meja kantornya hingga membuat Saka mau tidak mau jadi ikut mundur beberapa langkah.

Dengan cepat Maya meraih tisu, membersihkan organ intim dan perutnya yang basah karena cairan Sakaㅡdan cairannya sendiri, tentu sajaㅡlalu kembali memakai bajunya.

"Besok pagi kita harus ketemu klien. Pulang dan beristirahatlah, jangan sampai kesiangan."

"Tapi, Mayㅡ"

"Bu." Maya menyela kalimat Saka dengan cepat. "Selama masih di kantor, kamu harus memanggil saya 'Bu'. Kamu lupa siapa saya di kantor ini?"

Saka terdiam. Tangannya mengepal kuat mendengar pertanyaan Maya.
Dia tahu. Tentu dia tahu. Tapi, haruskah Maya mengingatkannya kembali? Tepat setelah mereka bergumul panas? Tepat setelah Saka menyatakan perasaan sukanya?

"Saka."

"Ingat, Bu. Ibu atasan saya, sedangkan saya anak magang di sini."

Maya mengangguk. "Dan kita sepakat kalau kita menjalin hubungan hanya untuk memuaskan satu sama lain. Tidak lebih. Lagi pula, saya masih punya suami. Lain kali jangan bilang kalimat itu lagi."

Saka menatap Maya lekat sebelum akhirnya mengangguk pasrah. "Baik, Bu."

***

(Short Series) Brondong Simpanan Bu BosWhere stories live. Discover now