50. Forgoten

7.7K 163 5
                                    

Hufthh!

Terdengar hembusan napas lega dari bilah bibir Aldrich ketika pria itu telah menginjakkan kaki tepat di mansion depan pintu utama mansion.

Tangannya dengan perlahan terulur membuka kenop pintu, menampilkan seisi ruangan megah dengan desain gaya Eropa itu.

Aldrich menatap datar keadaan mansion yang sangat hening beberapa hari ini setelah berpisah dengan Nora hingga wanita itu meninggal.

Aldrich terkekeh hambar mengingat nasibnya sekarang ini. Jika dulu dia memiliki seorang istri yang selalu menerima kekurangannya apa adanya dan tidak pernah mengeluh akan sikapnya selama ini maka sekarang ia sendirian dengan membawa rasa penyesalan yang tinggi.

Jika dulu dia tidak pernah melakukan hal buruk pada Nora, mungkin sekarang wanita itu masih hidup.

Mendengar perkataan Austin beberapa hari lalu jika dia adalah penyebab Nora mengakhiri hidup benar-benar membuatnya sangat menyesal.

Aldrich menghela napas, kehadiran Nora benar-benar membuat suasana hatinya jadi sepi.

Aldrich berjalan memasuki ruangan mansion dan kembali menutup pintunya. Pria itu berjalan menuju lantai atas, bukan, bukan untuk menuju kamarnya. Melainkan menuju kamar yang selama ini tak pernah di buka sama sekali oleh-nya.

Aldrich membuang tas kerjanya dengan asal di lantai. Menghentikan langkah ketika telah sampai tepat di depan pintu kamar Nora.

Sekarang adalah hari ulang tahun pernikahan mereka yang pertama, namun sebelum mencapai hari bersejarah ini, Nora malah sudah terlebih dahulu meninggalkannya.

Tangan Aldrich dengan perlahan terulur membuka kenop pintu. Tersenyum menatap ruangan di dalamnya yang masih tertata rapi.

Aldrich berjalan masuk tersenyum tipis pria itu terus menggumamkan satu kata.

"Nora." Aldrich bergumam, berharap arwah Nora bisa ada di sini dan mendengar perkataannya baru saja.

Aldrich memperhatikan sisi ruangan kamar berdominasi putih berpadu abu-abu itu. Ketika ia melangkah untuk pertama kalinya, aroma cherry blossom milik Nora menyambut indra penciumannya.

Aroma wanita itu benar-benar pekat di dalam kamar ini meski sudah beberapa hari di tinggalkan oleh pemiliknya.

Aldrich berjalan menuju ranjang Nora, mendudukkan dirinya di tepi ranjang dengan mata tertuju ke arah meja nakas di mana terdapat sebuah foto berwarna hitam kuning di sana.

Aldrich meraihnya, memperhatikan gambar itu sebelum kembali tersenyum hambar. Sungguh hatinya benar-benar sakit melihat gambar hasil USG milik Nora.

Jika benar anak yang sedang di kandung Nora benar-benar darah dagingnya. Aldrich sungguh menyesal.

Pria itu menatap ke atas, mengadahkan wajahnya menatap langit-langit kamar untuk menahan air matanya yang hendak terjatuh.

Aldrich memejamkan mata dengan tangan menggenggam erat hasil USG di tangannya.

"Happy universary Nora. Maaf karena selama kau hidup, aku selalu menyusahkan dan menyakitimu," gumam Aldrich dengan mata yang masih tertutup.

Membayangkan jika istrinya itu benar-benar ada di depannya.

Aldrich menghela napas kasar ketika tak mendapat balasan apapun dari Nora. Pria itu dengan perlahan membuka mata.

Melepas sepatu yang melekat di tubuhnya dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidur Nora.

Aldrich meraih selimut tebal milik Nora dan menghirup dalam-dalam aroma wanita itu, memeluk erat selimut tebal itu seolah itu adalah Nora.

"Nora, aku benar-benar merindukanmu. Aku juga menyesal karena selalu berbuat kasar padamu sebelum kau tiada."

Meniduri Wanita Lain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang