80. Looks like She Will be Your soul Mate

4.4K 130 0
                                    

"Daddy!" Athes meringis kecil, memegang telinganya yang mendadak pengang ketika mendengar suara teriakan histeris Emerald di apartemen mereka.

"Sakit, pelan-pelan ...." Rengek gadis itu sambil terus memegang bagian bawah lututnya yang tenang di obati oleh ayahnya.

"Tenang, ini hanya sebentar," gumam Adrian yang masih terus melanjutkan pekerjaannya.

"Tapi sakit ini Daddy ... Pelan-pelan saja."

"Iya sayang, ini sudah pelan-pelan. Kau harus bisa menahannya, tinggal sebentar lagi," jelas Adrian berusaha mengabaikan isakan kecil yang keluar dari bibir mungil putrinya saat dia mengolesi alkohol di permukaan kulitnya yang luka.

"Sakit Daddy ...." Rengeknya lagi dengan napas terputus-putus karena berusaha menahan tangisnya.

Nora yang melihat hal itu dengan cepat meraih beberapa lembar tissue dan mulai menghapus air mata yang mengalir di pipi merah Emerald.

"Berhentilah menangis, tinggal sebentar lagi sayang," jelasnya dengan sesekali mengelus puncak kepala Emerald.

Athes yang tengah duduk di seberang, tepatnya di atas pangkuan daddy-nya menghela napas panjang mendengar rengekan dan isakan kecil Emerald yang terus saja berusaha menahan tangisan yang hendak pecah

"Dad," gumam Athes sambil memainkan jari-jari besar ayahnya yang bertengger di pangkuannya.

Aldrich menunduk, menatap Athes dengan tatapan bertanya. "What happened?" tanyanya bergumam pelan.

"Aku benci Emerald," jelas Athes dengan tatapan yang tak pernah lepas dari gadis kecil itu.

Mendengar hal itu alis Aldrich tertaut, menatap Athes dengan kening mengerut.

"Kenapa kau membencinya? Bukankah dia adalah gadis yang cantik?" tanya Aldrich dengan pandangan lurus.

Athes mengangguk-angguk mendengar perkataan daddy-nya, "Ya, apa yang daddy katakan benar tapi aku juga tidak menyukainya yang cerewet dan manja," seloroh Athes menatap Emerald yang kini tengah di gendong oleh mommy-nya.

Nora meletakkan Emerald di atas pangkuannya sambil sesekali menghembuskan luka di lutut Emerald yang kini sudah di perban. Aldrich yang juga ikut memperhatikan itu mulai melontarkan sebuah pertanyaan.

"Apa kau membencinya karena alasan lain, hm? Kau cemburu lagi pada Mommy yang terlihat sangat peduli dan memangku Emerald?

Athes menggeleng lalu kemudian mengangguk, "Itu hanya sedikit. Tapi aku memang tidak menyukainya karena ia sangat manja."

"Apalagi dia sudah menciummu tadi," lanjut Aldrich sambil sesekali menggoda Athes, mencolek pelan lengan putranya itu.

Athes mendelik, menepis pelan tangan Aldrich yang terus saja mencolek lengannya tanpa henti, berusaha menggodanya.

"Aku sudah melupakan masalah itu Daddy, jadi jangan mengingatkannya kembali itu hanya akan membuatku semakin membenci gadis manja itu ...." Meski Athes kerap bersikap dewasa namun sesekali balita itu juga kembali ke sifat anak-anaknya dengan menunjukkan rengekan kecilnya pada Aldrich, ayahnya.

Aldrich terkekeh geli, mengelus pelan puncak kepala Athes sebelum lagi-lagi berucap. "Sepertinya dia yang akan menjadi jodohmu di masa depan," ujar Aldrich meramal.

"Daddy!" Athes mendelik, menatap daddy-nya dengan tatapan tak terima.

"Aku sudah bilang aku tidak menyukai gadis manja seperti dia!" ujar Athes dengan suara keras yang langsung membuat orang-orang yang ada di sana menatapnya-- termasuk Emerald yang menjadi topik pembicaraan saat ini.

"Apa kalian membicarakanku?" tebak Emerald menyelidik dengan mata memicing penuh curiga.

Athes menutup bibirnya rapat, kemudian memandang Aldrich yang kini tengah terkekeh melihat tingkahnya.

"Tidak," sahut Athes pendek, ia mengalihkan pandang pada Mommy-nya yang kini juga tengah menatapnya penuh tanda tanya. Athes balas memandang dengan tatapan kesal. Nora yang menyadari hal itu balas terkekeh, dengan terpaksa wanita itu mengambil posisi duduk di sebelah Aldrich untuk bisa menggapai tubuh mungil putranya.

"Kemarilah, kau juga bisa duduk di pangkuan Mommy." Nora menggeser posisi duduk Emerald tepat di paha kanannya, hendak mengambil alih tubuh Athes namun balita itu dengan cepat mengangkat tubuh dengan posisi kedua lutut menekuk di paha Aldrich, memeluk erat leher ayahnya dengan posisi saling berhadapan.

"Aku tidak mau, aku ingin bersama Daddy saja!" tolak Athes mentah-mentah, terdapat nada kesal disana.

Nora menghela napas panjang, "Athes--"

"Daddy, aku mengantuk." Athes tak menanggapi perkataan sang ibu, ia menumpukan kepala di leher Aldrich dengan posisi masih memeluk erat leher ayahnya itu.

Aldrich mengelus punggung Athes naik turun dengan lembut, "Aku akan membawamu ke kamar." Athes tak lagi menjawab, membiarkan Aldrich membawa tubuhnya menuju kamar dengan mata terpejam, terlalu malas melihat wajah Emerald yang menurutnya terkesan caper.

Adrian yang menyaksikan itu tersenyum samar, ia ikut memandang putrinya yang kini tengah menatap kepergian Athes dengan kening mengerut, penuh tanda tanya.

"Emerald, sekarang sudah malam. Ayo kita pulang."

"Kenapa tidak menginap saja disini?" tawar Nora begitu melihat Emerald yang terlihat nyaman di gendong olehnya.

Adrian menggeleng kecil, "Kami pulang saja."

Emerald mengusap pelan air matanya yang sedaritadi masih terus mengalir, selain bekas tangis karena luka di kakinya, ia juga cukup sakit hati melihat sikap Athes yang seolah tidak menerima kehadirannya. Gadis itu mendongak, memandang Nora dengan senyum lebar.

"Iya Mommy, kami pulang saja. Tidak apa, aku baik-baik saja sekarang." Emerald berbalik, memeluk erat tubuh Manora seolah ingin merasakan pelukan seorang ibu terakhir kali sebelum mereka pergi. Nora balas memeluk sambil mengelus lembut punggung Emerald.

"Baiklah, lain kali kau harus berhati-hati. Jangan suka berlari lagi atau kau bisa terluka lagi nanti. Jangan lupa untuk berkunjung kemari lain kali ya." Emerald mengangguk dengan senyum lebar, kemudian gadis kecil itu mengalihkan pandang menatap Daddy-nya dengan kedua tangan terangkat, meminta untuk di gendong. Adrian dengan sigap meraih tubuh putrinya dan setelahnya pamit pada Nora sebelum benar-benar pergi dari sana.

Nora tersenyum lebar memandang Emerald yang mulai menghilang di balik pintu. Setelah kepergian Emerald, Nora berdiri dari duduknya, ia berjalan menuju kamar untuk menemui Athes yang sepertinya masih di landa rasa cemburu.

Nora menghentikan langkah kala melihat Athes yang kini tengah duduk bersila di atas ranjang, ia bersandar di dada Aldrich sambil sibuk memainkan iPad milik ayahnya.  Sedangkan Aldrich juga ikut menghabiskan waktu dengan bermain ponsel. Nora menarik sudut bibirnya menyaksikan hal itu, dugaannya benar. Athes tidak benar-benar mengantuk seperti yang dikatakan balita itu tadi, hanya ingin mencari alasan karena sedang cemburu.

Meniduri Wanita Lain [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora