5

2.3K 342 17
                                    

Fanxing kini tengah menuju kelasnya untuk mengikuti pelajaran selanjutnya, mahasiswa tampan itu segera menuju kursinya yang paling pojok setelah masuk kedalam ruang kelas tersebut.

Fanxing terlihat sangat tenang menunggu dosen yang akan mengisi mata kuliahnya untuk yang terakhir hari ini, ia tidak terganggu sama sekali dengan para mahasiswi yang sedari tadi menatap kagum ke arahnya sambil berbisik-bisik.

Hal seperti itu sudah biasa bagi si bungsu Wang, bisa di katakan fanxing itu cukup populer di kalangan kampus karena ketampanan dan juga kecerdasannya.

Dan karena itu pula, setiap harinya Fanxing harus melihat lokernya yang dipenuhi oleh surat dan bunga mawar merah pemberian dari para penggemarnya yang kebanyakan adalah kaum wanita dan para uke.

"Permisi," seorang mahasiswi yang lumayan cantik dari fakultas kesenian memberanikan diri untuk berbicara dengan Fanxing.

Fanxing yang tengah fokus pada ponselnya pun mendongak menatap gadis tersebut.

"Ada apa?" Tanyanya dingin dengan wajah datarnya.

Fanxing itu sangat mirip dengan Yibo, ia tidak akan suka diganggu apalagi yang mengganggunya adalah seorang wanita yang menurutnya sangat menjengkelkan.

Gadis yang bernama Lili itu sedikit menduduk takut saat mendengar nada dingin yang dilontarkan oleh Fanxing. Bahkan para mahasiswa dan mahasiswi di dalam kelas tersebut tanpa sadar mereka menahan nafas saat mendengar nada dingin itu.

Dengan tangan yang sedikit bergetar, Lili menyerahkan amplop berwarna merah muda yang berisi surat di dalamnya pada Fanxing.

"Untukmu." Ujarnya dengan tetap menundukkan kepalanya, tidak berani untuk menatap langsung pada Fanxing.

Fanxing menatap datar amplop di tangan Lili, "buang itu ke tempat sampah, aku tidak sudi menerimanya."

Lili langsung mendongak saat mendengar ucapan yang sangat menyakitkan baginya. Mata gadis itu tampak berkaca-kaca saat menatap Fanxing, menyiratkan bahwa ia sangat terluka dengan ucapan yang baru saja pria itu lontarkan.

Dan tanpa kata, Lili langsung berlari ke luar dari kelas tersebut sambil menagis menahan malu.

Para mahasiswa dan mahasiswi yang melihatnya hanya menatap iba pada gadis itu, sudah biasa mereka melihat Fanxing selalu menolak para gadis yang menyukainya.

Fanxing menghela nafas melihat kepergian Lili. Ia bukan pria brengsek, hanya saja ia tidak mau memberi harapan palsu pada orang-orang yang menyukainya.

Fanxing sangat susah untuk didekati, hanya satu orang yang bisa mendekatinya selain keluarganya. Yaitu Qin Peixin, itu adalah nama seorang pria manis yang kini telah mengisi hatinya dan menjabat sebagai kekasihnya. Selain itu, tidak akan ada yang bisa mendekatinya atau jika mereka masih berani melakukan itu mereka akan mendapatkan wajah datar dan tatapan tajam darinya.

Tak lama setelahnya, seorang dosen pun masuk membuat kelas yang tadinya sempat berisik kini menjadi hening seketika.

.
.
.

Satu jam berlalu, mata kuliah pun berakhir. Dosen kini telah membubarkan para mahasiswa di kelas tersebut.

Drtt.. drtt..

Ponsel milik Fanxing bergetar, ia segera mengambil ponselnya, ternyata itu pesan dari kekasihnya yang mengatakan tidak perlu mengantarnya pulang karena kekasihnya itu telah dijemput oleh supir.

Fanxing memasukkan ponselnya ke dalam saku setelah selesai mengirim balasan, lalu menyandang tas dan keluar dari kelas menuju parkiran tempat mobilnya berada. Ia ingin segera cepat pulang untuk bertemu dengan keponakannya yang menggemaskan.

Hot Daddy (YiZhan)Where stories live. Discover now