ʕ'28'ʔ

6.3K 351 45
                                    

Javier sedang kalang kabut sekarang, agaknya ia sedang mencari tisu dan kantung plastik.

Naren berbicara padanya bahwa ia merasa pusing dan mual semenjak ia bangun tadi.

Sepertinya Naren sedang sakit pikir Javier dengan wajah cemas nya.

Karna terlalu panik Winwin datang ke rumah mereka karna panggilan telepon dari Javier.

Ibu satu anak itu sengaja membawa satu benda yang akan menjawab kekhawatiran Javier, mungkin.

"ini teh anget minum dulu, kalo mau pipis nanti bilang mom ya."

"hah?" Naren cukup heran dengan apa yang dikatakan sang ibu, bukan tentang teh manis tetapi tentang kata di kalimat akhirnya.

"kenapa harus bilang? Nana malu atuh mom." lanjutnya.

"pokonya bilang." jawabnya sambil memberikan satu kotak kecil berisikan testpack pada Naren.

Baiklah, sekarang lelaki manis itu sudah paham apa yang dimaksud ibunya.

Namun satu orang diantara mereka berdua terlihat bingung dengan topik pembicaraan nya.

"itu apa?." tanya Javier.

Sekelibat hal nakal baru saja menghasut Naren, ia merencanakan sesuatu.

"ini obat,

yaudah mom Nana ke toilet dulu."

"iya na, mom tunggu di bawah ya, mau bikin susu hangat."

"iya mom." final Naren lalu ia beranjak dari duduk nya untuk pergi ke toilet.













"gimana kalo positif?? aing belom siap nyusuin bayi, mana bapak nya pasti ikutan nyusu nanti." dia bicara sendiri dengan mata nya yang fokus pada testpack yang ia pegang.

apakah garis dua atau..

"loh kok?!"

"gue.."





Naren selesai keluar dari kamar mandi, terlihat tubuh nya masih lemas karna ia masih merasakan mual nya.

Hal itu di sambut oleh sang suami, Javier.

Naren mendapatkan banyak pertanyaan dari Javier semenjak keluar dari toilet.

"Kamu kenapa sayang?"

"aku gakpapa."

"aku search di gugel tadi kotak yang kamu pegang itu buat cek sperma ya."

"HULU RUKSAK, ITU BUAT CEK KEHAMILAN." Emosi Naren meledak.

"kehamilan??.. kamu.. kamu hamil sayang?!" Mata nya berbinar, tangannya meraih perut Naren yang masih datar seraya mengusap usap nya.

"engga, je.. maaf."

"loh.. " Javier kembali pada posisi semula, ia menatap Naren khawatir.

"aku engga hamil.." Mata Naren sedikit berair kali ini.

Hati Javier merasa tertusuk melihat sang kekasih menangis, ia langsung memeluk nya erat dan mengusap usap surai nya.

"gakpapa sayang, mungkin belum saat nya." kata Javier.

"tapi kan kamu pengen cepet punya Dede."

"sekarang yang terpenting itu kamu sayang, urusan bayi kita bisa bikin tiap malem." katanya sambil nyengir.

"kamu yang enak dong?"

"pake nanya."




















SECRET SIDE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang