7. Sebuah Awal

78 8 92
                                    

Dua minggu telah berlalu, Makan malam bersama adalah waktu terfavorit empat gadis itu. Karena pada saat itu, mereka akan melemparkan canda, mengulik fakta dan berbicara serius sekalipun.

Dan hari itu adalah hari yang menjadi awal sebuah perubahan dalam kehidupan mereka terutama Monica.

"Gimana lu berdua magang-Nya?" Tanya Sasthi pada Rianti dan Monica.

"Alhamdulillah, sih. Lancar-lancar aja, orangnya pada baik-baik banget padahal kita masih magang," jawab Rianti sedangkan Monica hanya terdiam sembari memainkan sendok ditangannya dengan sedikit melamun.

Sienna melirik Sasthi, Sasthi pun berdehem. "Lagi mikirin apa, lu?" Tanya Sasthi pada Monica yang membuyarkan lamunan gadis itu.

"Eh, eum ... Engga papa, hehe," jawab Monica.

Mereka pun hanya mengangguk saja dan kembali berbincang ringan. Namun beberapa menit kemudian, Monica pun mulai membuka suara.

"Eeee, ada yang mau gua omongin," ucap Monica pelan.

Tiga kepala itu kompak menatapnya, "Gua rasa ... Gua punya rasa sama dia," tuturnya halus.

Ketiga gadis itu merenyit seketika, "Dia? Dia siapa?" Tanya Sienna.

Sasthi pun menghela napas seketika, ia pun memberikan kode pada Sienna dengan hanya melirik ke arah lain dan langsung dipahami gadis itu. "Aziel?" Tanya Sienna memastikan.

Monica pun tersenyum tipis dan mengangguk pelan, "Oalah, oooohhhh," ujar Sienna dengan sengaja menggoda Monica.

"Duh, Na. Mana tuh ya, yang bilang, 'Gua gak akan suka sama dia,' mana ya?" Celetuk Sasthi sembari celingak-celinguk.

"Iya ya, Mii? Mana ya, Mii?" Sahut Sienna.

Rianti hanya menyimak saja sembari sedikit tersenyum, "Heuum, emang enak ya jilat ludah sendiri," ucap Sienna dan Monica hanya tertawa kecil saja mendengarnya.

Sasthi pun menatap Monica, "Mon, lu boleh suka sama siapapun. But ... Lu harus inget ini, perempuan itu dikejar bukan mengejar. Kalau misalnya emang dia kejar lu, lu kasih feedback sebaik mungkin. Tapi kalo lu justru kejar dia dan dia malah lari, stop disitu. Oke?" Peringat Sasthi.

"Iya, Mii. Pasti, gua juga gak niat mau ngejar apa gimana. 'Cause, gua mau menganggumi aja," jawab Monica.

Masa kini ....

Monica tersenyum mengingat hari itu, "Aku jatuh cinta padanya, Flo. Untuk pertama kalinya aku merasakan cinta seindah itu," ucap Monica.

"Memangnya apa yang ia lakukan padamu? Kenapa Kau bisa merasakan itu?" Tanya Floretta.

Monica terdiam sejenak, "Yang dia lakukan adalah yang mungkin tak ku dapatkan pada pria manapun selain dia dan Papa," jawab Monica membentuk senyuman manis diwajahnya.

Floretta ikut tersenyum melihat senyuman diwajah Monica, "Tapi ... Hal apa itu?" Tanyanya penasaran.

Monica pun tersenyum, "Perhatian, berpikir jauh dan empati," jawabnya.

Monica pun menatap Floretta, "Kau tau? Masa-masa terbodoh dalam hidupku adalah ketika aku jatuh cinta padanya, aku benar-benar menjadi orang paling bodoh yang pernah ada. Aku tak pernah berhenti salah tingkah, tersenyum dan tertawa tanpa sebab bahkan terkadang terbakar api cemburu karena melihatnya dengan yang lain, padahal kami bukan siapa-siapa," jelas Monica sembari terkekeh.

"Tapi aku tidak pernah merasa menyesali hal itu, tidak sama sekali. Karena itu adalah pilihanku, aku yang memilih untuk jatuh hati padanya. Dan sebenarnya itu adalah salah satu keputusan terbesar dalam hidupku," tuturnya.

Everything About LoveWhere stories live. Discover now