18. "Yes, I Will!"

71 6 33
                                    

Sasthi, selama hampir genap dua tahun berada di Jerman ia semakin merindukan orang-orang di Tanah Airnya. Terutama keponakan menggemaskannya, Renjana.

Sayang sekali ia tak bisa berada disana saat kelahiran Renjana. Ketika Monica dan Sienna mengabarkan kelahiran Renjana, ia menangis tak henti-henti karena hal itu.

Ketika ia berada disalah satu taman, ia bertemu kembali dengan Archie. Pria itu menemuinya karena penggilan Sasthi, "Ada apa, Sasthi?" Tanya Archie.

Sasthi menengok menatap pria itu, ia menepuk tempat disampingnya seolah mengisyaratkan meminta pria itu duduk disampingnya. Archie pun menurut dan duduk disamping gadis itu untuk melihat keindahan bulan purnama dikota yang indah.

"Kamu suka liat bulan, Sas?" Tanya Archie.

Sasthi mengangguk, "Iya, saya suka bulan," jawab Sasthi.

"Kamu tau kenapa? Karena bahkan dalam kegelapan sekalipun dia tetap bersinar," tutur Sasthi.

Archie tersenyum, "Berarti bulan itu seperti kamu, Sas. Sedangkan saya hanya bintang, saya hanya bagian kecil dari ribuan bintang lainnya yang menganggumi keindahan kamu," ucap Archie sembari menatap Sasthi dengan tulus.

Sasthi menatap Archie, pria dihadapannya ini penyair apa bagaimana? Semuanya bisa jadi kalimat yang indah ditelinganya.

"Kenapa kamu mengejar saya, Mas Archie? Gak capek kamu?" Tanya Sasthi.

Archie tersenyum mendengarnya, "Perhatian sekali kamu sampai bertanya saya capek apa engga," ledek Archie. Sasthi hanya memutar bola matanya saja mendengarnya dan menatap arah depan.

Archie pun terkekeh, "Enggak, Sas. Saya gak capek, kalau pun saya capek ... saya hanya butuh istirahat sebentar saja. Lalu selanjutnya saya melanjutkan perjalanan mengikuti pelarian kamu," tutur Archie.

"Saya gak pernah lari," ucap Sasthi mengelak.

Archie tersenyum saja, "Kalau kamu tidak lari, tidak mungkin sampai ke Jerman, Sas. Saya juga gak perlu jauh-jauh kemari," balas Archie.

Sasthi hanya diam, selain bercita-cita menjadi diplomat, ia juga sebenarnya ingin lari dari seluruh hal yang menyakitinya. Ia senang berpindah dari suatu tempat ketempat lainnya dan memulai lembaran baru disetiap tempatnya.

Keduanya terdiam seketika, hanya keramaian kota yang menemani keheningan keduanya. Sampai akhirnya Sasthi membuka suara kembali, "Kamu yakin mau sama saya, Mas Archie?" Tanya Sasthi.

Archie tersenyum, "Bukan hanya mau dan yakin, tapi saya sudah sangat yakin," jawab Archie dengan tulus.

Sasthi mengangguk, "Kamu benar yakin, Mas? Kamu tau kan seperti apa saya?" Tanya Sasthi.

Archie mengangguk, "Saya yakin, Sasthi. Kalau kita berdua dimudahkan jalannya, pasti kita bisa sama-sama. Itu yang saya yakini," tutur Archie.

"Tapi, Mas. Saya hidup dari tempat ke tempat lain Mas, saya sepertinya gak bisa lagi menetap disuatu tempat. Banyak impian yang harus saya kejar, kalau kamu sama saya ... kamu siap ikut saya kemana pun?" Jelas Sasthi.

Archie hanya tersenyum saja mendengarnya, "Seperti yang saya bilang, kalau jalan kita dimudahkan pasti kita bisa sama-sama, Sas. Kalau memang jalan kita begitu, saya siap," jawab Archie.

Sasthi menatap pria itu, ia melihat kesungguhan dan ketulusan dimata pria itu. Mulut bisa berbohong tapi tidak dengan mata, mata pria itu seolah memberikan sinar kehidupan baru untuk Sasthi.

"Kalau kamu siap, saya juga siap," ucap Sasthi.

Archie memejamkan matanya dan bernapas lega, Sasthi pun tersenyum lebar. Archie merogoh saku celananya dan mengeluarkan kotak cincin, "Lah, Mas. Kamu bawa?" Tanya Sasthi terkejut.

Everything About LoveOù les histoires vivent. Découvrez maintenant