16 - Save Nomor Gue, Sia

26 4 1
                                    

Tasia Side

Sepulang kuliah, Tasia menuju cafe orang tuanya. Seperti biasanya, ia akan membantu orang tuanya di cafe. Namun kini ia tidak sendiri, ia pulang bersama Irene dan Bagus. Kedua sepupunya yang sekarang berkuliah di kampus yang sama dengannya.

"Wah! Dah lama gak ketemu Irene sama Bagus." Ucap Ibu Tasia yang kini duduk di hadapan mereka berdua.

"Iya, Bi. Bibi apa kabar?" Kini Irene menanyakan kabar Bibinya itu.

"Baik. Aduhhh, sekarang Irene makin cantik ya. Bagus juga makin ganteng. Orang tua sehat?"

"Sehat, Bi." Kini Bagus yang menjawab.

Tasia meletakkan dua gelas jus dan dua toast di meja, yang sudah disiapkan oleh Ibunya. Lalu, ia pun menduduki kursi yang ada di sebelah ibunya.

"Kalian ambil jurusan apa?" Ucap Ibu Tasia.

"Kita berdua ambil jurusan hukum, Bi." Irene menyenggol lengan Bagus. Bagus pun mengangguk.

"Si Paman kemana, Bi?" Tanya Irene.

"Lagi kerja. Mungkin sekarang udah jalan pulang." Ibu Tasia mendekatkan dua piring toast ke arah Irene dan Bagus. "Ayo dimakan. Jangan malu-malu. Kalo mau nambah ntar dibikinin lagi."

Irene mengambil roti toast tersebut tanpa ragu. Sementara, Bagus hanya menganggurkan roti tersebut. "Kenapa, Gus? Gak suka ya?"

"Gak, Bi. Tadi udah dijajanin Mbak Tasia, mie ayam." Ibu menoleh pada Tasia.

"Iya. Tadi Bagus bantuin Tasia bawa motor ke bengkel. Trus balasannya, Tasia jajanin mie ayam." Tasia menjelaskan peristiwa siang tadi pada Ibunya.

"Iya. Itu motor sudah lama. Harusnya sudah pensiun dia." Jelas Ibu pada Bagus. "Irene di sini tinggal sama siapa?" Tanya Ibu.

Sedikit cerita mengenai silsilah keluarga Tasia. Ibu Tasia adalah anak tunggal. Jadi Tasia tidak memiliki garis persepupuan dari pihak ibu. Sebaliknya ayah Tasia adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Ayahnya memiliki adik kembar. Sehingga Irene dan Bagus adalah anak dari masing-masing adik kembar dari pihak Ayahnya.

Bagus sudah menetap di Kelapa Gading sejak kedua orang tuanya menikah. Tasia dan Bagus sesekali bertemu di hari tertentu, misalnya hari peringatan oma-opa ulang tahun atau meninggal dan hari natal.

Namun berbanding terbalik untuk Irene. Irene dan kedua orang tuanya menetap di Palembang. Mereka akan berkunjung ke Jakarta setidaknya dua tahun sekali. Makanya untuk bertemu Irene, cukup jarang.

Namun karena Irene sekarang berkuliah di kampus yang sama dengan Tasia dan Bagus. Otomatis ketiga sepupu tersebut memiliki kesempatan untuk berkumpul bersama.

"Irene ngekos deket kampus, Bi. Kata Mama biar terbiasa mandiri. Tapi kan ada Bagus sama Mbak Tasia juga di sini. Jadi Irene gak kesepian juga. Kan ada yang bakal bantuin, Irene." Jelas Irene.

"Kalian sesekali main ke rumah ato ke cafe Bibi. Biar gak kesepian. Toh jarang-jarang bisa ngumpul bareng gini." Jelas Bibi. "Bibi ke dapur dulu, ya."

Ibu Tasia pun pamit. Yang tertinggal kini hanya Tasia, Bagus, dan Irene. Irene sedikit ragu-ragu membuka pertanyaan namun kini ia memberanikan dirinya dan menatap Tasia agak takut-takut.

"Mbak Tasia, emang bener ya? Hm... Kejadian itu? Mbak Tasia dibentak?" Ucap Irene takut-takut. Bagus memandang Irene dan Tasia dengan wajah bingung. Tasia terkesiap lalu hanya mengangguk.

"Kenapa bisa gitu mbak? Mbak Tasia salah apa?" Tasia hanya mengeleng.

Bagus menampakkan wajah tak terima pun berucap, "siapa Mbak? Orangnya? Biar Bagus hajar. Berani-beraninya bentak Mbak Tasia."

Drawing Our Moments [On Edit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang