17 - Searching For The Solution

22 3 1
                                    

Bian Side

Bian buru-buru menenteng tasnya setelah bel selesai berbunyi. Irene dan Bagus menatapnya keheranan setelah Bian memberikan bagiannya untuk tugas kelompok mereka. Ia tak sempat untuk mengerjakan tugas tersebut bersama-sama.

Handphone-nya terus bergetar. Dari grup XOXO.

Cakra
Bi, jangan lupa cash kita.

Satya
Yeay, enam juta nich. Dompet gue gak sabar nerimanya.

Bisma
Mimpi apa gue semalem. Mimpi indah sih yang jelas.

Shaka
Lebay lo semua. Enam juta mah gampil😒

Chairil
Di apart gue ya Bi

Anda
BACOD LO PADAAA!!???

Bian tak memedulikan apapun. Ia berjalan tergesa-gesa menuju parkiran. Ia tak memperdulikan Hera yang memanggil-manggilnya sedari tadi. Setelah menemukan motornya, ia segera tancap gas.

Beberapa menit kemudian, ia telah tiba di apartemen Chairil. Semua kunyuk telah berkumpul di sana. Kenapa kunyuk? Bian yakin ini semua sudah diatur. Ada permainan konspirasi dibalik ini semua.

Bian juga mengutuk dirinya. Coba semalam dia tidak tiduran di pinggir lapangan. Kejadiannya tidak akan apes sepeti ini. Namun memang di permainan terakhir, ia mendapat giliran untuk tidak bermain. Jadi mau apa lagi? Ya peluang tersebut menjadi kesempatan Bian untuk mengistirahatkan tubuhnya.

"Jadi gimana? Dah ada uangnya?" Chairil memulai pembicaraan.

"Belum." Balas Bian.

"Loh, kok gitu. Kan kesepakatannya hari ini udah ada." Satya langsung memprotes jawaban singkat Bian.

"Eh! Lo kira gue ada uang segitu?! Kuliah aja disponsorin bokap." Protes Bian pada Satya.

"Kesepakatan tetep kesepakatan. Lo tetep harus bayar denda. Kita semua udah deal di awal." Kini Bisma mendukung argumen Satya.

"Gue yakin lo pada sengaja kan nusuk gue kek gini gegara kesepakatan gak jelas semalem." Bian mencoba mengintimidasi semua yang ada di sini. Bian vs Six Culprits.

"Loh, loh, loh. Siapa yang bilang kita mau nusuk lo?! Kesepakatannya kan yang ngaku capek dan ngantuk. Dan lo udah dengan posisi baring di pinggiran lapangan. Ya jelas itu artinya lo capek dan ngantuk. Nah bener dong kita." Cakra semakin memperjelas situasi yang terjadi semalam.

"Kan gue gak bilang kalo gue capek plus ngantuk semalem. Emang lo pada masih kuat main sampe pagi kagak tidur?"

"Kita sih kuat-kuat aja." Ujar Chairil lantang.

Bian menghembuskan napasnya. Ia tidak akan bisa lari dari situasi seperti ini. Bagaimanapun ia tetap membutuhkan teman-temannya tapi kalo seperti ini mereka akan terus menagih utang setiap bertemu dengannya.

Bian menghembuskan napasnya kasar, lalu memasang wajah yang memelas, "Ka, gue boleh pinjem dulu gak? Ntar gue ganti." Bian mencoba mendapatkan keringanan dari temannya yang baik hati.

"Ya percuma dong. Itu namanya gue yang bayarin." Ucap Shaka dengan ogah-ogahan.

Bian mencebik sebal, "ya lo pada minta nominal yang gak kaleng-kaleng. Gimana coba gue dapetin uang segitu."

Drawing Our Moments [On Edit]Kde žijí příběhy. Začni objevovat