SM | Vingt Sept

441 39 0
                                    

•°~Happy Reading~°•

Keberuntungan Maecy karena bisa bela diri, jika tidak mungkin saja dia sudah menjadi mayat mutilasi. Begitu juga dengan seseorang bertopeng itu, Maecy tidak membawa alat apapun.

Di beberapa bagian pakaiannya terdapat sobekkan karena pisau lipat. Darah segera merembes dari lukanya.

Sedangkan seseorang bertopeng itu tidak terlihat sama sekali luka di tubuhnya, mungkin di bagian luar, tidak tau di bagian dalam.

Maecy mendengus. Saat akan meraih topeng yang dipakai seseorang itu,  tangannya hanya menyentuh ujung hidung topeng. Buru-buru si punya topeng memperbaiki letaknya agar tidak terlepas.

"Kau tidak lari? Agar semua terlihat lebih real," celetuk Maecy membuat seseorang itu tersentak.

"Aku akan mati jika melakukan itu," jawab seseorang yang masih terus menyembunyikan identitasnya.

"Kau benar, haha..."

"Maecy!"

Teriakan Reska berhasil mengambil atensi keduanya. Laki-laki itu terengeh-engah karena berlari.

"Kau tidak papa? Kau ... luka, Maecy..."

"Tidak, aku tidak papa-"

Keduanya spontan menghindar saat orang bertopeng tersebut menyerang dengan pisau lipatnya.

"Sampai di sini saja bicaranya!" Dia menyerang Reska, dia tau karena Reska tidak pandai bela diri. Maecy sudah lumayan terluka, perlahan gadis itu akan tumbang sendiri.

Satpam yang menjaga gerbang mendengar suara keributan dari dalam sekolah segera mengecek, pria paruh baya itu mendapati anak murid Scorpius tengah berkelahi.

"Hei! Apa-apaan kalian?! Kenapa berkelahi di dalam sekolah! Ini sudah malam, kalian pulang sana!" Mereka tidak mengacuhkannya. Geram, satpam itu mencoba melerai.

Maecy mengerut kala satpam itu mencoba memisahkan Reska dan seseorang bertopeng itu. "Bodoh!"

Seseorang bertopeng itu kesal akan aksi satpam yang tidak paham situasi. Daripada ikut campur lebih duduk anteng di posnya, menikmati secangkir kopi sambil membayangkan masa depan, dan menikmati masa tuanya nanti.

Seseorang bertopeng itu mendorong kuat Reska hingga terjerembab ke tanah. Seseorang dengan topengnya, mengarahkan pisau lipat pada pria paruh baya itu.

Pisau lipat itu tertancap sempurna di leher satpam tersebut. Napas dari pria paruh baya itu tercekat, tubuhnya terasa kaku, benda tajam itu menembus lehernya.

Tanpa perasaan seseorang itu menarik pisaunya menyebabkan darah segar muncrat kemana-mana. Tubuh dari satpam itu limbung menyentuh tanah, tubuh kaku, mata terbelalak yang sudah tak bernyawa.

Maecy dan Reska menatap tak percaya. Bertepatan, anggota Scorpion yang lainnya datang. Mereka juga tersentak kala mendapati Satpam sekolah mereka tergeletak tak bernyawa.

Di sana, Ryder menatap Maecy dengan sulit diartikan, lalu matanya menoleh menatap Reska yang juga menatapnya, seakan berbicara lewat tatapan mata.

"Hei-hei-hei, jangan pedulikan orang yang sudah mati itu. Bukankah yang paling penting adalah pembunuhnya? Hahaha! Menggelikan, melihat kalian yang begitu iba pada orang yang sudah mati."

Pandangan mereka teralih begitu suara tak dikenal menyapa telinga mereka.

"Kau ... kau psikopat gila!" teriak Axton marah.

"Ahaha~ terima kasih atas pujiannya," ujarnya seraya terkekeh.

Mereka geram, seakan apa yang dilakukannya adalah perbuatan yang lucu.

"Kau tidak pantas berada di dunia ini! Tempatmu adalah di neraka!" geram Nara.

"Oh! Aku rasa perkataanmu salah, sayang. Aku seperti ini karena kalian, kalian yang seharusnya berada di neraka!"

Seseorang bertopeng itu melemparkan sesuatu ke arah mereka, spontan menutup wajah menghalangi lemparan. Namun, sesuatu yang dilemparkan tak pernah mengenai mereka, menurunkan tangan melihat apa yang terjadi.

"Hahahaha, konyol! Apa yang kalian lakukan bodoh! Aku belum melakukan apapun. Hahahaha! Kelinci-kelinci bodoh!"

Tawanya begitu mengesalkan di telinga Scorpion. Mereka seperti dipermainkan oleh psikopat gila itu.

"Kau..."

"Et ... jangan bergerak," ujarnya menghentikan Zaedyn yang akan menyerangnya. "Sampai jumpa kelinci bodoh!"

Passshh...

Asap putih tiba-tiba melingkupi mereka semua, ternyata itu keluar dari benda yang dilemparkan si orang bertopeng. Mereka terbatuk, menutup hidup agar tidak menghirup asap lebih banyak.

"Uhuk-uhuk!"

"Sialan! Uhuk!"

"Terima kasih karena telah memercayai seseorang yang menjadi korban kambing hitam. Hahaha!"

Asap putih itu memudar menghilang dan bersamaan seseorang bertopeng itu juga ikut hilang.

"Siapa? Siapa yang dijadikan kambing hitam?" tanya Maecy yang masih menetralkan pernapasannya.

Tidak ada yang menjawab. Narasfa dan Arasfa menatap Flora yang menoleh ke sana kemari bingung. Di antaranya membuang pandangan ke arah lain.

"Kalian ... mencurigaiku?" tanya Flora memastikan. Tidak ada yang menjawab. "Itu artinya benar, kan?"

"Ryder?" Flora menoleh pada Ryder yang membuang pandangan tak menatap dirinya.

Terkekeh miris. "Bahkan aku percaya kalau kita tidak mencurigai satu sama lain. Aku yang terlalu percaya pada kalian ternyata," tutur Flora miris.

•°~TBC~°•

Kam, 22 Juni 2023

Scorpion MissionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang