SM2 | Quarante-Et-Un

669 35 7
                                    

•°~Happy Reading~°•

Alfeith menjadi buronan kelas kakap. Setelah terbongkar informasi kasus pembunuhan berantai itu ke publik, entah bagaimana -Andra selaku orang yang bertugas menyembunyikan kejadian menjadi kalang kabut karena sekolah dibombardir dengan demo para orang tua.

Mereka tidak terima kasus sebesar itu ditutupi dari mereka. Mereka menuntut keamanan anak-anak mereka sampai-sampai membuat kepala sekolah pusing sendiri.

Mau tak mau Ryder selaku ketua organisasi Scorpion yang bertanggung jawab atas pelaku pembunuhan dan kepala sekolah selaku penanggung jawab atas para korban memberikan penjelasan jika pelaku telah di temukan dan tengah diurus di kantor polisi.

Mereka berjanji bahwa tidak akan ada kejadian sama lagi. Ya, karena Alfeith telah mendapatkan tujuannya, menyuruh Maecy membunuh lalu mendapatkan Nix.

Dengan bantuan para polisi, Scorpion mencari keberadaan Alfeith juga di mana laki-laki itu menyembunyikan Nix. Namun hingga beberapa bulan kemudian, hingga tahun pembelajaran berganti, kedua orang tak kunjung ditemukan. Tapi, para polisi dan Scorpion juga enggan menyerah, karena buronan mereka adalah pembunuh kelas kakap.

Di saat mereka repot mencari keberadaan Alfeith, laki-laki itu hidup enak dengan gadisnya di sebuah kota yang jauh dari jangkauan Ryder.

***

"Al! Aku butuh kanvas lagi!"

Seorang laki-laki menoleh dengan senyum tipis di bibirnya. "Satu kecupan, satu kanvas," ujarnya dengan pikiran licik.

"Apa-apaan?! Kau curang!" Gadis yang di wajahnya terkena cat di beberapa sisi merengut kesal dengan bibir mengerucut.

Alfeith terkekeh, laki-laki beranjak setelah meletakkan laptop di sisi sofa dan menghampiri gadis pujaan hatinya. "Oh, My Baby Bunny, jangan berekspresi seperti itu, you turn me on."

Gadis dengan potongan rambut sebahu sedikit panjang, membuat jarak kala Alfeith semakin dekat seraya menodongnya dengan gagang kuas cat. "Berhenti di sana," ketusnya.

Alfeith berkecak pinggang dengan senyum tipis. "Baik, aku tidak akan mendekat dan tidak ada kanvas," ungkapnya seraya menuju sofanya.

"Alfeith!"

"What's wrong, Honey? Tidak ada kecupan, tidak ada kanvas. Kita impas," kata Alfeith tidak acuh sambil kembali bekerja. Dalam hati laki-laki itu menunggu tindakan gadis di sana, kanvas lebih dari apa pun di hidup gadisnya. Alfeith yakin, syarat yang dia berikan akan dilakukan demi kanvas walau terpaksa.

Nix, gadis itu mengerut sambil merutuk dalam hati. Sialan, dia sudah melakukan hal di luar nalar dalam hidupnya selama bersama orang kurang waras seperti Alfeith. Kecupan satu kanvas adalah permintaan dari sekian permintaan yang lebih baik Nix mati saja. Tapi sayang tidak bisa, masih ada yang perlu Nix lakukan.

"Hanya kecupan, kan?"

Alfeith menyeringai, mendongak dan berkata, "Ya, hanya kecupan sebanyak-banyaknya maka kanvas akan kau dapatkan." Gemuruh dalam hati Alfeith semakin menjadi kala Nix menghampirinya.

Nix menarik kerah baju Alfeith dan berujar di depan wajahnya, "Lebih dari kacupan aku akan membunuhmu, tidak ada gerakan lain, jangan menyentuhku!" titah Nix dengan tatapan tajam, melakukan intimidasi yang nyatanya Alfeith merasa gemas pada gadis itu.

"Ya..." Alfeith tersenyum puas.

Nix segera mengecup berbagai sisi wajah Alfeith sebanyak-banyak sambil menghitung dalam, dia akan membuat Alfeith kapok dengan kanvas yang dimintanya.

Scorpion MissionsWhere stories live. Discover now