∘˚˳*.
Satu Minggu Setelahnya
Alhaitham mendengarkan penjelasan Vannie mengenai permainan kartu ini dengan seksama, lalu terdiam untuk sesaat.
"Well, sepertinya senior Haravatat kita yang maha bijaksana tidak mampu untuk mengikuti perkembangan tren di masa sekarang?" Sinis Cyno sembari merapikan dek kartunya.
Alhaitham menghela napas panjang lalu melipat tangannya, masih dengan wajah datar, "...Itu sedikit berlebihan. Ah, tapi kalau ternyata Baginda Yang Mulia Agung Aing Maung Marseno kalah dariku yang hanyalah seorang pelajar rendahan dari darshan Haravatat, tentunya kau harus menyiapkan sebuah kompensasi yang setimpal..."
"Hah. Kau meremehkanku?" Jawab Cyno sembari menyunggingkan senyum menantang.
"Well then, let the show begin!" Teriak Kaveh yang kelihatannya sangat mendukung pertandingan panas antara 2 kandidat ini.
Ah, mari kilas balik bagaimana kita bisa sampai ke sini.
___
Sore itu, banyak pelajar yang pulang dari Akademiya lebih awal, termasuk Vannie dan Shalmar. Mereka memutuskan untuk pergi ke kafe Puspa untuk mengisi perutnya yang sedari tadi sudah merutuk dengan cukup keras.
Ketika masuk ke dalam, Vannie mendapati seniornya dari darshan Spantamad–Cyno, tengah duduk sambil melahap hidangan yang tersaji di mejanya. Awalnya, ia berniat untuk pura-pura tidak sadar akan seniornya ini, tetapi sayangnya pemuda itu sudah terlebih dahulu menaruh perhatian pada pakaian siswi darshan Spantamad yang tengah dikenakan Vannie.
Cyno memanggilnya ketika ia hendak berjalan ke meja dengan arah berlawanan. Akhirnya, Vannie dan Shalmar terpaksa menghampiri seniornya.
Cyno menghabiskan suapan terakhir tahchin miliknya, lalu menatap Vannie dan temannya dengan serius, "Kalian."
Shalmar menaikkan sebelah alisnya dan menatap Vannie, memberi kode bagi temannya untuk menanggapi Cyno.
"Iya, Kak?" Balas Vannie.
Cyno mengarahkan pandangannya dari Shalmar menuju Vannie, "Oh. Aku ingat kamu,"
"Eh. Nanti saja. Kemari, duduklah," ucap Cyno lalu menyematkan kedua telapak tangannya ke tengah, membentuk buku-buku jari yang datar dan membiarkan dagunya beristirahat di sana.
"Siapa, Kak?" Tanya Shalmar.
"Kalian berdua lah."
Walaupun agak ragu, kedua perempuan itu mengambil bangku terdekat lalu mendudukkan diri masing-masing.
Shalmar menatap Vannie dengan tatapan yang seakan bertanya apa salah mereka sampai harus diinterogasi seperti ini.
"...Kalian tahu kenapa aku suka menikmati makanan ini secara terbalik?"
YOU ARE READING
𝐀𝐃𝐀𝐆𝐈𝐎 𝐵𝑙𝑜𝑜𝑚 | Alhaitham
RomanceRANGKAIAN kisah mengenai seorang pelajar rasional yang menyadarkan Vannie bahwasanya hidup tidak akan semulus kisah romansa yang selalu ia baca ketika berada di Negeri Beribu Anggur dan Lagu. 𝘼𝙙𝙖𝙜𝙞𝙤; secara perlahan, lambat, dengan tempo yang...