17

1.1K 141 76
                                    

Langit malam yang hanya dihiasi beberapa bintang saja menjadi pemandangan pertama dari kaca mobil dalam. Dari sepanjang jalan pasir yang ditempuh hampir dua jam perjalanan tidak membuat Newt mengeluh lelah. Padahal tubuhnya terasa kaku dan matanya mengantuk. Tetapi rasa itu tersingkirkan hanya karena sangat menanti seseorang. Ya, Newt sangat menantikan Clara.

Bagaimana gadis itu sekarang? Apa dia baik baik saja?

Faktanya mungkin dia dan teman temannya mengira bahwa ia sekarang sudah mati. Tetapi nasib berkata lain. Newt sangat bersyukur bisa melalui masa masa sulitnya. Sekarang dia akan terus berusaha hidup. Karena sejujurnya merindukan itu lebih berat dari yang ia bayangkan.

Entah mengapa perasaanya terus tidak karu karuan. Pikirannya tentang Clara dan teman temannya disana membuat Newt ingin cepat cepat bertemu mereka. Sebenarnya hal ini sudah ia rasakan sejak dua hari lalu. Perasaan buruk yang tiba tiba datang membuat dia mengkhawatirkan teman temannya. Apa yang terjadi pada mereka?

Delapan bulan sudah dia tidak bersama mereka. Newt ragu apakah mereka percaya bahwa dia masih hidup?

Karena selama delapan bulan berjuang untuk sembuh dan bertahan bersama Grace membuat Newt merasa hilang. Dia bukan seperti dirinya. Newt seperti kehilangan dirinya yang dulu. Namun dia tidak tau apa itu.

Tetapi ingatannya membuat dia merasa kembali sedikit demi sedikit. Bayangan bayangan memori bersama teman temannya selalu datang saat dia tidur dan melamun. Memori itu menyatu menjadi kerinduan pada apa yang dia lakukan selama satu tahun sebelumnya. Walaupun ada kenangan buruk diantara itu, tetapi dari sana ia belajar melalui masa lalunya.

Dia menarik nafas panjang. Tangan Newt bergerak mengambil minum di jok belakang tanpa menengok.

"Biar aku saja." Grace memutar tubuhnya sedikit untuk mengambil air mineral untuk Newt.

"Thanks." ucap pria itu lalu meminumnya.

"Tidak mau bergantian?"

"Nanti saja."

"Newt, kau sudah menyetir hampir seharian ini."

"Bukan masalah, aku tak apa."

"Kalau begitu berhentilah dahulu untuk istirahat."

"Kita hampir sampai, Grace."

Grace menghembuskan nafas menyerah. "Jangan salahkan diriku jika badanmu sakit sakit. Kita tidak punya stok obat lagi."

Newt meliriknya sekilas dengan kekehan ringan. "Aku masih muda, Deanclear. Jika kau terus menyangkut pautkan karena penyakitku waktu itu, kau keterlaluan."

"Why?"

"Karena itu sudah sangat lama!" Newt menggeleng tak habis pikir.

Grace terbahak. "Memangnya apa salahnya mengingatkan?"

"Mengingatkan atau mengejek?"

"Dua duanya."

"Shit," umpat Newt lalu tertawa ringan.

Grace bergerak memposisikan menghadap Newt. "Kau yakin seratus persen manusia?"

Newt langsung menoleh melihatnya dengan tatapan protes. "Apa maksudmu?"

"Maksudku aku takut kau tiba tiba lapar di dekat orang dan menerkam mereka."

"Kau pikir aku begitu?" Newt berdecak decak. "Pikiranmu terlalu drama."

"Loh tidak salah dong." Grace kembali menghadap depan dengan senyum bangganya. "Dari apa yang aku lakukan untukmu harus kah aku mendapatkan gelar dokter?"

Newt tersenyum, "Seharusnya bisa."

"Ya 'kan?" Grace antusias. "Seandainya dunia ini normal, aku mungkin akan menjadi dokter."

GIRL CRUSH [book 3 : The Death Cure]Where stories live. Discover now