First

1K 76 2
                                    

Seorang wanita cantik berumur kisaran 35 tahun itu terlihat tengah mondar-mandir. Rasa gelisah terus bersarang di hatinya sejak kemarin. Menghela napas sejenak, wanita itu melangkah menuju pintu utama rumahnya.

"Mau kemana?" surat berat terdengar membuat langkah wanita itu behenti. Ia berbalik dan mendapati suaminya yang tengah menatapnya tajam.

"Aku mau cari Ruby, dari kemarin dia belum pulang" jawab wanita itu.

Danella Calesta, wanita yang tak lain adalah bunda dari Ruby. Wanita yang juga sama seperti putrinya, selalu tersakiti. Namun demi sangat putri ia rela menahan semua penderitaan yang dialaminya selama bertahun-tahun.

"Biarkan, jika anak itu lapar atau butuh uang dia pasti pulang" ucap sang suami.

Dia Eric Grayson, pria berhati dingin itu bahkan tak merasa khawatir sedikit pun pada putrinya.

"Gak bisa mas, aku harus cari dia. Kamu juga jangan lupa, Ruby itu anak kamu. Anak kandung kamu" ucap Danella.

Eric membuang pandangan ke arah lain enggan menatap istrinya itu. "Iya, anak yang tidak diinginkan kehadirannya" balas Eric dingin.

"Tapi kamu juga gak bisa mengelak kalau di salah tubuh Ruby mengalir darah kamu" Danella langsung berjalan cepat menuju pintu utama tanpa peduli dengan teriakak Eric yang menggema.

"Danella!"

➷➷➷

Danella terus berjalan tanpa tau arah. Ia tak peduli kemana saja ia akan mencari, yang terpenting dirinya dapat menemukan Ruby dan membawanya kembali pulang.

"Kamu kemana sih nak? Bunda khawatir sama kamu" Danella bermonolog sambil terus mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Tak lama mata wanita itu memicing melihat sosok yang tak asing di matanya. Di dekatnya sosok itu yang tengah berjalan linglung dengan seragamnya yang lusuh dan rambutnya yang acak-acakan.

"Ruby! Ini beneran kamu kan sayang?" ucap Danella senang. Langsung direngkuhnya tubuh ramping itu.

"Bunda..." panggil Ruby pelan.

Danella melepaskan pelukannya. "Iya sayang, kita pulang ya biar kamu bisa istirahat" ucap Danella lembut.

Ruby menatap Danella dengan pandangan yang berkaca-kaca. "Bunda gak benci Ruby?" tanya gadis itu pelan.

Danella menggeleng cepat. "Mana mungkin bunda benci sama putri bunda. Kita pulang ya sayang"

Ruby meneteskan air matanya, ia memeluk Danella sambil terisak. "Hiks... Maafin Ruby..."

"Kamu gak usah minta maaf, udah jangan sedih lagi ya. Bunda janji bakal selalu bikin Ruby bahagia" Danella menghapus air mata yang meleleh di pipi putrinya itu.

Ruby mengangguk pelan.

"Yuk kita pulang" ajak danella.

Sepasang ibu dan anak itu melangkah beriringan menuju taxi yang kebetulan sedang berhenti di pinggir jalan. Di dalam taxi, Ruby menyandarkan kepalanya di pundak Danella.

Danella mengusap lembut surai hitam milik Ruby. Jujur dirinya senang sekaligus sedikit bingung. Ia senang lantaran putrinya sudah ditemukan, ditambah dengan sikap Ruby yang seperti berubah menjadi sangat menyayanginya.

Namun yang membuatnya bingung, sebelumnya Ruby tidak begitu dekat dengannya karena anak itu sibuk mengejar perhatian dari papa dan kedua kakak laki-laki nya. Dengan sikapnya yang sekarang ini tentu membuat Danella bingung.

Tapi ia juga patut bersyukur, itu artinya Ruby sudah mulai kembali dekat dengannya. Danella berharap Ruby akan terus menyayanginya setelah ini.

➷➷➷

Ruby dan Danella berjalan beriringan memasuki rumah dengan tangan Ruby yang mengapit lengan kiri Danella.

"Kamu habis ini langsung mandi ya, terus istirahat. Nanti bunda bakal anterin makanannya ke kamar kamu" ucap Danella.

Ruby mengangguk beberapa kali. "Kalau bunda juga capek, nanti suruh orang buat panggil Ruby aja. Ruby pasti turun kok" ucap Ruby.

Danella menggeleng. "Bunda gak capek kok" balas Danella sambil tersenyum lembut. Ruby pun ikut tersenyum. Apa yang dipikirkan Ruby dulu hingga mengabaikan bunda yang sangat baik seperti Danella.

"Ekhem..."

Keduanya kompak berhenti dan menatap seorang pria yang kini tengah menatap tajam keduanya.

"Bagus! Masih inget pulang kamu?!" Tanya Eric.

Danella mehghela napas pelan. "Mas--"

"Bukannya anak Anda yang mengusir saya dari rumah ini?" tanya Ruby dengan nada datar. Pandangannya pun sudah berubah menjadi dingin saat menatap Eric.

Danella dan Eric tentu terkejut mendengar nada bicara Ruby. Ada apa dengan anak ini sebenarnya?

"Lalu kenapa kamu kembali?" tanya Eric.

Ruby tersenyum sinis. "Saya tentu tidak akan membiarkan bunda saya tersiksa disini sendirian. Kalaupun nanti saya harus pergi dari sini, saya akan pergi dengan bunda saya" jawab Ruby.

Eric mehgepalkan tangannya. Kenapa ia tak suka Ruby mengatakan itu?

"Anda jangan berharap saya akan sama seperti dulu, karena Ruby yang dulu sudah mati" ucap Ruby.

Danella mengelus lengan Ruby. "Sayang, jangan gitu sama papa kamu" ucap Danella.

Ruby menatap Danella lembut. Ia juga langsung mengubah masa bicaranya. "Bahkan mungkin aja dia jijik denger panggilan 'papa' dari mulut Ruby. Ruby juga gak akan maksa kalau gak ada yang anggap Ruby di rumah ini. Aku balik karena ada bunda, kalau bunda udah siap pergi Ruby juga pasti siap" ucap Ruby penuh keyakinan.

Danella sedikit terenyuh mendengarnya. Ia mengusap lembut rambut Ruby. "Ayo bunda anter ke kamar" ucap Danella yang diangguki oleh Ruby. Mereka berdua berjalan meninggalkan Eric yang masih mencoba mencerna ucapan Ruby.

Tangannya terkepal kuat. Anak ingusan itu, Eric tak akan membiarkan mereka keluar dari rumah ini.

➷➷➷

Bismillah yang ini rame😃 tandain ya kalo ada typo. Happy reading 🤗

INEFFABLEWhere stories live. Discover now