Twelfth

928 73 2
                                    

"Baik pak Eric, semoga proyek ini dapat berjalan lancar dan sama-sama membawa keuntungan untuk kita" ucap pria seumuran Eric.

Eric mengangguk. "Senang bekerja sama dengan Anda" Eric mengulurkan tangannya dan dijabat oleh sang rekan bisnis. Mereka kini ada di depan sebuah café setelah membahas proyek baru yang akan digarap oleh perusahaan milik keduanya.

Sementara itu di lain sisi, Ruby tengah berlari kencang menghindari seseorang yang dengan gilanya kini masih terus mengejarnya.

Mata Ruby membulat saat melihat Eric yang tengah berdiri sambil berbincang dengan siapa lah Ruby tak tahu.

Dengan cepat gadis itu berlari ke arah Eric lalu langsung menubruk tubuh papa nya itu.

"Eh apa-apaan ini?" tanya Eric terkejut.

"Shuttt!" Ruby menaruh telunjuknya di depan bibir sambil terus mengatur napasnya yang acak-acakan.

Tak lama dari arah yang sama dengan arah Ruby datang tadi, ada seorang cowok yang kelihatannya seumuran dengan gadis itu. Dia juga sibuk mengatur napasnya sebelum kembali merecoki Ruby.

"Lo kok malah lari sih?" tanya cowok itu.

"Gue gak mau berurusan sama cowok gila kaya lo!" jawab Ruby sambil masih memeluk Eric.

Cowok itu mendelik. "Sembarangan lo ya!" balasnya tal terima.

"Bodo amat! Oh iya lo ga usah ngarep jadi pacar gue, gue udah punya sugar daddy!" ucap Ruby lalu menjulurkan lidahnya mengejek.

Eric memijat pangkal hidungnya. Sugar daddy katanya?

"Dia?" tanya cowok itu sambil menunjuk Eric.

"Iya, gimana cakep kan? Lo mah ga ada apa-apanya" jawab Ruby dengan nada songongnya.

Cowok itu menggeleng tak percaya. "Gak gak, gak mungkin" balasnya tak terima.

"Dih, terserah kalo lo gak percaya" ucap Ruby acuh.

"Sayang, bawa mobil gak?" tanya Ruby pada Eric.

Bisa dilihat pria itu melotot tak percaya. Tapi bagi Ruby itu tak penting, yang terpenting dirinya bisa bebas dari cowok gila ini.

"Disana" balas Eric sambil menunjuk sebuah mobil.

Ruby menyodorkan telapak tangannya. "Kuncinya? Mau nunggu di mobil aja" ucapnya.

"Ada supir" balas Eric.

Ruby mengangguk menanggapi. "Inget jangan ganggu gue lagi, gue udah punya sugar daddy!" tenar Ruby sekali lagi pada cowok itu.

Setelah itu, gadis cantik yang masih mengenakan seragam SMA nya itu berlalu menuju mobil Eric yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.

"Om beneran sugar daddy nya Ruby?" tanya cowok itu memastikan.

Eric menghela napas lelah. "Bukan, saya papanya" jawab Eric tegas. Entah kenapa ia tak suka bocah ini mengganggu Ruby.

Cowok itu nampak terkejut. "Wah asem, gue dibohongin" gumamnya pelan namun masih dapat didengar oleh Eric.

"Yaudah deh calon papa mertua, maaf soal kejadian tadi" ucap cowok itu.

Eric mengangguk. "Saya maafkan. Tapi jangan dekati putri saya lagi, saya gak sudi punya calon mantu kaya kamu" ucapan pedas Eric menguar begitu saja membuat cowok itu meneguk ludah susah payah.

Sekarang ia benar-benar percaya jika pria ini adalah papa Ruby. Mulut pedas keduanya memang benar-benar sama.

"S-saya permisi" ucap cowok itu lantas langsung berlari secepat kilat meninggalkan Eric yang memijat oangkal hidungnya.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang