Third

989 67 1
                                    

Ruby, Lia, dan Felicia kini tengah sibuk memakan makanan masing-masing, walau terkadang ucapan random Ruby meluncur begitu saja membuat kedua temannya menggeleng tak habis pikir. Fix, Ruby memang sudah benar-benar berubah.

"Lia, lo kan pinter nih. Gue mau nanya dong, kenapa ikan masih tetep bau? Kan mereka selalu di air, sedangkan gue yang tanpa mandi pun masih tetep wangi" ucap Ruby nyeleneh.

Lia yang ditanyai hanya menggeleng pelan, sementara Felicia kini sudah menepuk jidatnya. Gadis itu sampai dibuat tak habis pikir. Ini baru sehari loh!

"Please deh By, otak lo pakek dikit. Pertanyaan lo unfaedah banget" ucap Feli gemas.

Bibir Ruby mengerucut sebal. "Ya kalau gue tau juga gak bakal nanya!" balasnya nge-gas.

"Dari pada mikirin hal gak jelas kaya gitu mending lo beli makan lagi deh. Makan yang banyak, biar lo tambah tinggi" ucap Lia.

"Ngejek gue lo?!" memang diantara ketiganya bisa dibilang Ruby yang paling pendek. Walau selisih tingginya dengan Felicia hanya beberapa centi saja namun gadis itu masih merasa tak suka jika ada yang menyinggung tinggi badannya.

"Kan lo emang pendek" balas Lia diakhiri kekehan.

"Daripada elo, spek-nya tugu monas" ucap Ruby. Gadis itu bangkit meninggalkan Lia dan Felicia yang tengah tertawa keras karena berhasil menjahili Ruby.

Sementara itu Ruby kini tengah melangkahkan kakinya untuk membeli batagor yang ternyata rasanya cukup enak, tak lupa dengan bibir yang masih sibuk menggerutu.

Sedetik kemudian gerutuannya berubah menjadi decakan sebal. Gadis itu berkacak pinggang saat melihat antrian yang sangat panjang.

"Ini gimana ya biar gue bisa cepet dapetin batagor" monolog Ruby. Gadis itu mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagu.

Ruby tiba-tiba teringat akan postur tubuhnya yang ramping dan mungil. Dengan sedikit cekikikan, Ruby berjalan menerobos antrian yang panjangnya naudzubillah.

Banyak yang tak menyadari jika Ruby menyela antrian karena faktor tubuhnya yang mungil.

Namun saat dirinya akan menyelip melewati seorang cowok tiba-tiba ada yang menarik kerah seragamnya ke belakang.

"Heh enak banget main nyalip aja" ucap cowok itu.

"Ih apaan sih, lepasin gak?!" protes Ruby sambil berusaha melepaskan tangan cowok itu.

"Oh jadi elo biang keroknya. Sini lo!" ucap cowok itu sambil membawa Ruby pergi menjauhi antrian masih dengan menarik kerah seragam gadis itu.

"Eh eh, mau ngapain lo?! DILAN GELOOO..." teriak Ruby.

Sontak atensi seluruh manusia yang ada di kantin tertuju pada dua remaja berbeda jenis yang sekarang sedang berusaha melumpuhkan satu sama lain.

"Berisik lo batu, gue masih kesel ya tadi pagi ko seenaknya nyikut perut gue" ucap Dilan menggebu.

"Itu salah lo sendiri Dilan ga pake Milea, siapa suruh cowok kok lemah" balas Ruby tak mau kalah.

Dilan mendelik tak terima. "Enak aja lo ngatain gue! Lo tuh cewek tapi gak ada anggun-anggunnya.

" Nyenyenye, kalo lemah ya lemah aja"

"Wah nih mulut minta dirobek kayaknya" Dilan mendekati Ruby, hendak memberi sesikit pelajaran pada gadis itu. Namun sebelum semua itu sempat terjadi matanya membulat lalu dengan cepat menarik Ruby.

Sret...
Bruk...
Prang...

Ruby menutup mulutnya terkejut. Tak hanya dirinya, semua yang masih ada di kantin pun terkejut melihat kejadian yang terjadi hanya sepersekian detik.

INEFFABLEحيث تعيش القصص. اكتشف الآن