Eighth

810 55 0
                                    

I wanna be me me me

Prok... Pro... Prok...

Ruby membungkuk mengakhiri penampilan dance nya. Hampir semua orang yang ada di ruang dance itu berdecak kagum dengan skill dance yang ditunjukkan Ruby.

"Wah lo udah termasuk jago ini" puji Jenny.

Ruby terkekeh. "Biasa aja sih kak. Gimana? Gue diterima gak?" tanya Ruby.

Jenny langsung tersenyum lebar. "JELAS DONG! KENAPA GAK DARI DULU SIH LO GABUNG SAMA ANAK DANCE!" jawab Jenny semangat.

Lagi-lagi Ruby terkekeh. "Thanks udah nerima gue. Gue juga baru sadar kalo nge- dance itu asik" balas Ruby.

"Feli, entar lo gue kasih hadiah deh karna udah ngajak Ruby gabung" ucap Jenny.

Felicia tersenyum cerah. "Wah serius lo kak?!" pekiknya senang. Gadis itu langsung memeluk Ruby yang berdiri tepat di sampingnya.

"Perubahan sikap lo emang bawa keberuntungan banget" ucap Feli girang.

Ruby memutar bola mata malas. "Sini sungkem dulu sama gue" ucap Ruby dengan nada songong.

"Yeu, songong banget lo!" balas Feli.

Jenny terkekeh pelan. "Udah udah. By mulai besok lo ikut kita latihan ya" ucap Jenny.

Ruby mengangguk menyetujui.

"Oke, karna satu tempat kosong udah diisi sama Ruby jadi udah pas ya ada 12 orang yang bakal ikut lomba dance buat wakilin sekolah kita. Mulai besok kita udah bisa mulai latihan, sekalian besok coach Ocha akan kasih tau posisi kita masing-masing. Faham semuanya?" ucap Jenny dengan suara lantang.

"FAHAM!" balas yang lainnya. Satu per satu dari mereka mulai meninggalkan ruang dance menyisakan Jenny, Ruby, Felicia, dan beberapa cewek yang seangkatan dengan Jenny.

"Lo gue anter sekalian ya By pulangnya" ucap Feli.

Ruby menggeleng. "Gak usah lah Fel, gue juga biasa pulang naik taxi" balas Ruby.

Felicia memutar bola mata malas. "Sekali-kali doang elah. Itung-itung karna lo gue jadi dapet bonus dari kak Jenny" balas Feli.

"Lo kay--"

"Aduh skill segitu doang aja bangga, anak baru kemaren sore aja belagu" sahut seseorang.

Ruby, Felicia, bahkan orang-orang yang masih berada di ruang dance kompak memusatkan pandangan ke seseorang yang tengah berjalan angkuh mendekati Ruby.

Gadis itu tersenyum sinis. "Kemampuan lo itu gak ada apa-apanya dibanding sama kemampuan gue. Jadi jangan pernah ngarep lo bakal bisa gantiin posisi gue disini" ucapnya dengan rasa percaya diri setinggi langit.

Ruby terkekeh. "Emang dari awal hur ada bilang mau rebut posisi lo? Nggak kan? Dan kalau emang skill lo lebih-lebih dari semua anak dance yang ada, kenapa coach Ocha lebih milih kak Jenny buat ngelola eskul ini?" ucap Ruby.

Rebecca terdiam. Ia mengepalkan tangannya.

"Gak usah sok deh lo! Gue ini senior lo. Jadi jangan sok" ucap Rebecca.

"Senior yang gak bisa ngehargain junior kaya lo emang gak pantes buat dihargain" ucap Ruby sebelum meninggalkan ruang dance.

Felicia berdecak. Rebecca memang selalu membuat ulah.

"Kak Jen, semuanya, gue juga mau balik ya sekalian nyusulin Ruby" ucap Feli.

Jenny mengangguk. "Hati-hati Fel!" teriak Jenny pada Feli yang sudah menghilang dari balik pintu ruangan dance.

"Becca, tolong lo jangan bikin ulah kali ini. Lo pikir aja, kalau gak ada Ruby apa coach Ocha gak akan tambah marah sama kita? Lo emang cantik dan berbakat, tapi kalo songong ya gak akan banyak yang suka" ucap Jenny.

Gadis itu berlalu untuk membereskan barang-barangnya dan meninggalkan Rebecca yang semakin kuat mengepalkan tangannya.

Hah, ia tak terima direndahkan seperti ini. Lihat saja apa yang akan dia lakukan.

➷➷➷

R

uby memasuki rumah dengan perasaan kesal. Rebecca benar-benar bisa menghancurkan mood nya. Gadis itu sampai tak menghiraukan adanya t8ga orang yang tengah sibuk berdiskusi di ruang tamu rumahnya.

"Loh katanya lo bukan adiknya Keenan, sekarang kenapa malah ada disini?" tanya seseorang tiba-tiba.

Ruby menghentikan langkahnya, lalu berbalik dan mendapati Langit yang tengah menatapnya heran.

Ruby menghela napas lelah. "Gue emang bukan adiknya. Gue cuma numpang tinggal disini" jawabnya sambil menatao Keenan dingin.

Pandangan mereka bertemu. Keenan mengeraskan rahangnya melihat sorot kebencian yang terpancar jelas di mata Ruby.

"Lah masa sih?" tanya Langit masih tak percaya.

Ruby mendengus sebal. Kalau begini akan membuat mood nya semakin bertambah buruk.

"Ya lo nanya apa ngasih tau sih? Kalau nanya terus udah dijawab yaudah, kalau masih ngeyel ya gak usah nanya!" balas Ruby nge-gas.

"Kenapa jadi lo yang marah? Langit cuma nanya, jawabnya biasa aja dong!" dahut Keenan.

Ruby memalingkan wajahnya. Gadis itu mendengus.

"Kaya ada suara, tapi gak ada wujudnya. Ih ini rumah emang beneran isinya demit semua" ucap Ruby lantang.

Setelah itu ia langsung pergi tanpa menatao Keenan yang tengah mengeraskan rahangnya.

"Ck!" Keenan berdecak keras.

Mahen mengalihkan tatapannya ke arah Keenan.

"Sebenernya ada masalah apa sih antara kalian berdua?" tanya Mahen penasaran.

Keenan menggeleng. "Gak ada apa-apa. Gue bahkan gak kenal sama dia " jawab Keenan.

Mahen terkekeh. "Ada ya orang gak kenal taoi marah pada gak dianggep sama orang asing. Lang, menurut lo apa pantes orang asing ngerasa kaya gitu dengan sesama orang asing?" Mahen kembali memancing.

Langit menghela napas panjang. "Nan, lo inget kata-kata gue. Orang yang lo abaikan bisa jadi sangat berharga kalau dia udah gak ada di hidup lo. Lo mau ngerasain penyesalan karena abai sama orang yang lo sayang?" tanya Langit.

Keenan terdiam.

"Cewek itu mahluk Tuhan pling lembut. Dia bakal perlakuin kita sama kaya perlakuan kita ke dia. Mereka sukanya dikejar, jadi seharusnya disini lo yang coba buat perbaiki hubungan diantara kalian" Langit kembali menjelaskan.

"Dia udah keterlaluan" gumam Keenan pelan.

"Separah apa pun masalah yang dia buat kalau lo nyelesaiin nya dengan cara baik-baik juga dia bakal luluh sendiri. Kalau dia ngerasa salah pasti dia bakal ngakuin kesalahannya. Apa lagi yang gue liat Ruby itu orangnya baik" ujar Langit masih mencoba memberi pengertian pada Keenan.

Keenan mengacak rambutnya frustasi.

"I hate this situation!"

➷➷➷

TBC!

INEFFABLEWhere stories live. Discover now