Eleventh

835 60 1
                                    

Sekolah sudah mulai sepi. Hari juga sudah mulai petang. Kini di bangunan besar itu hanya tersisa siswa siswi yang tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti perlombaan besok lusa.

Ruby salah satunya. Setelah kejadian di ruang dance, gadis itu belum berniat untuk kembali kesana.

Sibuk dengan sesuatu di ponselnya, Ruby terpekik saat ada yang sengaja menabraknya dengan keras dari arah berlawanan.

"Akh!" Ruby jatuh terduduk dengan ponsel yang tergeletak beberapa centi dari tempatnya sekarang.

Ditatapnya Rebecca yang tengah tersenyum mengejek. Dasar manusia satu itu.

Ruby berdecak keras. Lututnya cukup terasa ngilu.

Ruby yang tengah berusaha berdiri terkejut karena uluran tangan seseorang. Reflek gadis itu mendongak. Namun bukannya menyambut uluran tangan itu dan berterima kasih, Ruby malah mendengus keras.

"Gak usah caper deh lo!" ucap Ruby tak santai.

"Eh eh eh..."

Ruby terpekik saat merasakan tubuhnya melayang sebab ulah seseorang.

Plak

"Apa-apaan sih lo!" ucap Ruby tak terima.

"Lo mau terus-terusan ngedeprok disitu?" tanya orang itu.

Ruby mendengus. "Gue bisa berdiri sendiri" balas Ruby.

Setelah mengucapkan itu Ruby langsung pergi meninggalkan Daniel yang menatapnya kesal.

"Sial, bocah itu bener-bener bikin gue marah!" ucap Daniel sambil mengepalkan tangannya.

Yang lebih membuatnya kesal semakin hari dirinya semakin ingin memeluk gadis rapuh itu. Namun sekali lagi egonya yang menang.

➷➷➷

Ruby turun dari lantai dua mengenakan setelah sweater oversize dipadukan dengan hotpants. Di tangan kanannya kini ada sebuah amplop berwarna putih dengan logo khas SMA Cakrawala.

Gadis itu pergi ke ruang tengah untuk menemui Danella. Meskipun disana juga sudah ada tiga orang yang sangat ia benci.

"Bunda!" panggil Ruby.

Ya gara-gara kejadian sandwich tadi pagi kini Ruby sudah mulai sedikit akrab dengan Danella.

"Kenapa sayang?" tanya Danella.

Ruby menyerahkan amplop yang dipegangnya lalu duduk di samping Danella.

Sementara itu Danella mengernyit heran membaca surat yang ada di dalam amplop itu. Ia menatap putrinya penasaran.

"Loh kamu sejak kapan bisa nge-dance?" Tanya Danella.

Ruby menyengir. "Belum lama kok, iseng aja tapi ternyata Ruby bisa" jawab Ruby.

"Bunda izinin Ruby pergi kan?" tanya Ruby.

Danella tersenyum. Akhirnya putrinya bisa bersosialisasi dan mau mengikuti lomba-lomba seperti ini.

"Iya bol--"

"Pergi kemana?" sahut Eric dengan nada datarnya.

"Saya minta izin sama bunda saya, bukan Anda" balas Ruby sinis.

Danella menyenggol lengan putrinya membuat sang empu mendengus.

"Ini mas, Ruby ternyata juga ikut ke acara perlombaan yang diikutin Keenan sama Daniel" jawab Danella.

Eric mengerutkan keningnya. Ia menatap kedua putranya yang hanya bisa mengangguk pasrah. Awalnya mereka juga kaget dan merasa tidak percaya. Namun setelah mendengar cerita-cerita dari banyak orang tentang kemampuan Ruby membuat mereka mau tak mau mengakuinya juga.

INEFFABLEWhere stories live. Discover now