Trip-nya Para Pemula

13 4 0
                                    

Dua hari setelahnya, perjalanan mereka pun dimulai. Berbekal informasi seadanya dari youtube, kedua pasangan itu berangkat dengan membawa kepercayaan diri yang penuh dan tumpah ruah. Dayi dan Bhumi begitu bersemangat, ditambah lagi cuaca hari ini yang cerah seperti suasana hati keduanya. Sepertinya, alam ikut merestui perjalanan mereka kali ini.

"Sudah siap, Say?" tanya Bhumi saat istrinya sudah duduk di sebelah kursi kemudi.

Wanita itu mengangguk menatap suaminya dengan senyum yang mengembang. Dia lalu menoleh ke depan sambil memegangi bantal leher berwarna pink dengan motif telinga hamster. Hari ini Dayi menggelung rambut hitam panjangnya berbentuk cepol. Poninya dibiarkan jatuh memenuhi jidatnya yang lebar. Outfit-nya hari ini pun senada dengan warna bantal dan juga sang suami. Dia memang sengaja memilih untuk mengenakan kaos merah muda dengan bahan katun serta celana pendek polos berwarna krem. Kalau dipikir-pikir, ini merupakan kaos couple kesekiannya bersama Bhumi.

"Sudah, Mas! Let's go!" ujar Dayi penuh semangat.

Dia memeluk erat bantal lehernya yang terasa lembut dan juga empuk. Wanita itu kemudian berancang-ancang mencari posisi wenak untuk memejamkan mata. Padahal, perjalanan mereka belum resmi dimulai, tapi Dayi sudah dilanda rasa kantuk yang luar biasa. Kebiasaannya dari dulu itu memang susah hilang. Rasanya seperti ada magnet di dalam mobil yang memaksa untuk tertidur di sepanjang perjalanan.

"Jangan tidur, masih pagi!" titah Bhumi sambil menyalakan mesin campervan-nya.

Pria itu lalu melirik ponsel yang sudah ia letakkan pada holder plug-in di sela-sela air vent di depan dashboard. Layarnya terpampang rute tercepat di google maps dengan tujuan Kampung Awan yang berada di Megamendung, Kabupaten Bogor.

"Enggak kok, Mas. Hari ini aku bakalan melek sampai ke tempat tujuan kita. Soalnya mau sambil nge-vlog juga," jawab Dayi sembari memperlihatkan kamera yang sudah terpasang pada tripod mini miliknya.

"Ah, yang benar? Awas aja ninggalin Mas tidur. Kebiasaan kamu tuh kalau diajak jalan, suka molor duluan."

"Duh, Koko, Mas-Mas Jowoku, tenang aja lagi. Hari ini kan road trip perdana kita, masa iya aku tega ninggalin Mas Bhumi tidur, sih? Tenang, aku bakalan jadi peta berjalannya Mas, kok. Percaya sama aku. Lagian, ini kan kali pertamaku juga naik campervan. So excited!" ujar Dayi cengengesan.

Bhumi menggelengkan kepalanya pelan. Dia tahu betul ucapan sang istri hari ini tidak bisa dipercayai sepenuhnya. Apalagi masalah kebiasaanya yang sulit dikontrol itu. Selama hidup bersamanya, Dayi memang kerap kali ketiduran di tengah perjalanan. Seakan sudah menjadi kebiasaan yang melekat di dalam dirinya.

"Kita lihat saja nanti," ujar Bhumi pelan sambil membelokkan mobil ke luar dari garasi.

Setelah berbelok, Bhumi menghentikan mobilnya sebentar untuk menyapa tetangga. Di bahu jalan ada Hening bersama kedua anak-anaknya yang sedang bermain sepeda. Kebetulan saat itu ada Dani, suaminya Hening.

"Loh, ada Pak Dani. Lagi libur, ya, Pak?" sapa Bhumi basa-basi.

Dayi yang mendadak kikuk, lalu tersenyum saat pandangannya bertatap temu dengan Hening. Dia mencoba untuk menunjukkan ekspresi ramah, namun raut wajah Hening ternyata tidak bersahabat. Tak ada senyum yang menghiasi wajahnya. Sapaannya pun seperti sengaja diabaikan.

"Eh, iya nih, Pak. Minggu ini saya libur. Mau ke mana, nih? Jalan-jalan, ya?" Dani membalas sapaan Bhumi dengan senyum lebar. Dari matanya terlihat begitu jelas, bahwa lelaki itu begitu terkesima melihat campervan baru milik Bhumi. Berbeda dengan Hening, ia melihat Dayi dan Bhumi dengan tatapan yang begitu sinis.

Wish ListWhere stories live. Discover now