Surga yang Jatuh ke Bumi

8 3 0
                                    

Perjalanan panjang sepasang pasutri itu kemudian berlanjut. Setelah puas menginap sehari di Padang Bai, pagi-pagi sekali di hari ketiga, mereka lanjut lagi menuju Lombok menggunakan Ferry. Harga tiketnya berkisar hampir mau satu juta dengan total durasi menyebrang sekitar 5 jam. Namun, mereka hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam saja untuk melintasi Pulau Lombok menuju Pelabuhan Kayangan. Kemudian, mereka harus menyeberang lagi menuju Pelabuhan Potatono Sumbawa selama lebih dari 2 jam.

Ombak di sekitaran Selat Lombok juga kebetulan cukup tinggi. Untuk Bhumi yang gampang mabuk laut, dia memilih untuk merebahkan diri dan tidur setelah sebelumnya mengonsumsi obat anti mabuk. Sementara Dayi, wanita itu tampak cukup fresh dan malah semakin bersemangat karena tujuan utamanya tak lama lagi akan terlihat.

Dayi menoleh ke arah suaminya yang kini sudah tertidur lelap. Lelaki itu menutup matanya menggunakan lengan kiri sambil sesekali mengeluarkan suara dengkuran. Dayi yang sedang duduk di samping Bhumi terkekeh, lalu ikut merebahkan dirinya di samping sang suami. Dia memeluk erat tubuh Bhumi sembari mengecup pipi lelaki itu. Dalam hati, dia sangat bersyukur sekali memiliki Bhumi di kehidupannya yang penuh dengan kegelisahan dan huru-hara keduniawian.

"Suamiku memang yang paling terbaik sedunia. Kadang gue kasian, kenapa juga di dapat bini yang banyak tingkahnya kaya gue, ya?" gumam Dayi sambil tersenyum. Dia tertawa kecil saat Bhumi kembali mengeluarkan suara dengkurannya.

"Mas Bhumi juga beruntung sih mendapatkan gue sebagai bininya. Kenapa? Karena gue nggak pernah protes kalau dia tidur sambil ngorok kenceng. Untung kuping ini bisa gue sumpel sama headset, terus gue nyalain deh video suara hujan geledek. Emang selalu ada kata 'untung' sih di setiap hal yang dilakukan manusia. Keren banget emang," ujarnya lagi. Kali ini di dalam hati.
Wanita itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan memilih untuk mengedit cuplikan-cuplikan video yang sudah ia ambil sampai sejauh ini.

"Cakep juga! Yang kemarin pas di Kampung Awan views-nya sampai hari ini makin naik pula. Mantap! Followers juga makin naik. Kalau begini terus, makin banyak juga endorsan yang masuk. Alhamdulillah, rezekinya istri kiyowo, mengalir deras bagai hujan!"

***


Setelah perjalanana via jalur laut yang melelahkan itu usai, keduanya lalu sampai ke Pelabuan Sape. Pelabuhan ini akan mengantarkan keduanya menuju Labuan Bajo. Sayangnya, karena mereka tiba pada pukul 16.00 WITA, tidak ada kapal yang berangkat ke Labuan Bajo. Mereka terpaksa harus menunggu dan menginap semalam untuk menunggu Ferry di pagi hari.

Tiket Ferry menuju Labuan Bajo dibandrol seharga satu juta lima ratus untuk jenis mobil yang mereka bawa. Perjalanan itu ditempuh selama kurang lebih 7 jam. Tak seperti saat melintasi Pulau Lombok yang ombaknya seperti menerjang kapal, kali ini mereka disambut dengan laut yang tenang dan juga cuaca yang begitu cerah. Lagi-lagi, mereka berpikir bahwa alam pun seperti merestui perjalanan mereka kali ini.

"Mas, cantik banget pemandangannya. Kita belum benar-benar sampai ke Labuan Bajo, tapi, ya Allah! Lihat, Mas! Airnya segitu tenangnya pas kapal ini melintas. Cuacanya juga cerah kaya hatiku sekarang," ujar Dayi saat mereka memutuskan untuk berwisata di atas kapal. Pemandangan selama melintasi perairan ini begitu menyejukkan mata.

Tak ketinggalan pula, Bhumi juga membawa peralatan untuk menerbangkan drone untuk mengabadikan keindahan alam dan momen mereka di atas kapal.

"Iya, Sayang. Buru sana, pose di situ. Mas fotoin!"

Tanpa menunggu lama, Dayi langsung berlari kecil menuju pagar kapal. Wanita itu berpose ala-ala candid dengan kacama hitamnya sebagai properti andalan.

Wish ListWhere stories live. Discover now