Perjalanan Panjang Untuk Healing Yang Menyenangkan

9 3 0
                                    

Selang sebulan setelah road trip perdana mereka, weekend kali ini, Dayi mengajak Bhumi untuk berpetulang ke Labuan Bajo. Sebetulnya, Labuan Bajo merupakan wisth list yang paling ia tunggu-tunggu semenjak setelah nikah. Bahkan tempat itu pernah menjadi harapan Dayi sebagai destinasi honeymoon. Namun, karena kendala biaya, mereka lebih memilih untuk berbulan madu di sekitaran Bogor saja. Kabar baiknya, kali ini Labuan Bajo akan menjadi destinasi untuk second honeymoon setelah bulan madu pertama mereka di villa, Puncak Bogor.

Tentu, perjalanan mereka kali ini benar-benar dilakukan dengan prepare yang begitu matang. Dayi juga menyempatkan diri untuk menyediakan bahan makanan dan memasak lauk yang tahan lama untuk perbekalan mereka selama di jalan. Karena road trip keduanya ini akan memakan waktu yang cukup lama di perjalanan. Dimulai dari Jakarta menuju Flores, NTT via jalur darat menggunakan Luluk alias campervan girly mereka.

Sebetulnya, penamaan Luluk untuk campervan itu sempat terjadi pergelutan tipis antara Dayi dan Bhumi. Kenapa namanya harus Luluk? Kenapa bukan Lolipop? Terus terang saja, tentu lelaki itu yang harus mengalah. Luluk. Memang nama yang bagus juga untuk campervan.

"Mau pipis, nggak? Bentar lagi kita mau berhenti di rest area, nih. Sekalian menuhin kebutuhan minumnya si Luluk dan istirahat sebentar," tanya Bhumi sembari menoleh ke arah istrinya yang sibuk bermain ponsel. Dia masih sedikit agak kikuk saat menyebut campervan merah muda ini dengan sebutan 'Luluk'.

"Ah, iya! Luluk harus minum, ya, Mas? Ah, lucu banget namanya Luluk. He-he. Yuk, aku juga mau ke kamar mandi. By the way, emang sekarang kita udah di mana?"

Bhumi mengecek maps yang terpasang di holder. Baru sampai di tol Cipali, Cirebon. Perjalanan mereka masih panjang, belum ada separuhnya pula.

"Masih di Cipali, Yang," jawab Bhumi singkat saat membelokkan campervan menuju rest area.

"Masih di Jawa Barat kita? Masih jauh, dong, Mas! Perasaan kok kayak udah jauh kali kita jalan. Kupikir udah di Jawa Tengah."

"Iya. Bersiaplah, perjalanan kita masih panjang, Sayang. Dari barat ke timur soalnya." Bhumi tersenyum puas saat mendengar keluhan Dayi. Biar tahu rasa bagaimana penatnya jadi backpackeran seperti ini.

Setelah kebutuhan Luluk terpenuhi, Bhumi lalu memarkirkannya tak jauh dari toilet. Dia memang sengaja agar Dayi tidak terlalu jauh berjalan hanya untuk sampai ke toilet tersebut. Sungguh, pria itu sampai berpikir ke hal sekecil tersebut hanya untuk sang istri. Entah saking terlalu sayang, entah saking bucinnnya pada Dayi.

"Yuk, abis ini kita makan, ya? Udah lapar banget ini suamimu, Yang!" ujar Bhumi saat Dayi baru akan membuka pintu campervan. Bhumi sudah membayangkan rasa rendang buatan Dayi sejak lima belas menit yang lalu. Sangat menggugah selera sampai-sampai sebelum sampai di rest area saja, dia sudah berulang kali menelan air liurnya sendiri.

Dayi menoleh ke arah Bhumi sebentar dan menjawabnya dengan anggukan cepat. Bukan tanpa sebab, kebutuhan alaminya sudah memanggil dan memberontak ingin cepat dikeluarkan. Wanita itu memang sudah menahannya sejak sepuluh menit yang lalu.

Sementara Bhumi, pria itu juga ikut ke luar sambil meregangkan kedua tangannya yang terasa pegal. Dia kemudian berpindah ke bagian tengah campervan untuk merebahkan diri sejenak dari kepenatannya setelah menyetir. Bhumi menjadikan kedua tangannya sebagai alas kepala. Sambil memandang langit-langitnya Luluk, dia tersenyum.

"Nggak pernah kepikiran dalam hidup, gue bisa juga punya ini campervan. Luk, Luk, yang awet ya, Luk. Sehat-sehat biar bisa terus bareng-bareng kita berpetualang keliling Indonesia sama majikan lo, Luk."

Wish ListWhere stories live. Discover now