e07 (hampir mati)

126 101 16
                                    

Mereka makan saat ada kesempatan, aku bisa memastikan semua polisi yang ada di sekitarku ini tidak pernah korupsi sama sekali.

Karena mereka sudah kaya sebelum masuk kepolisian, ada juga yang keadaannya melarat sampai membuatku iba.

"Bagi berlian untuk kami dong, kamikan juga mau." Kata ayahku bergurau.

Haha, ada-ada saja. Mereka semua tertawa lagi, sampai satu telepon berdering. Suasana yang tadinya ricuh berubah menjadi hening, "ada seorang gadis hendak bunuh diri di atap gedung Alio." Teriak Haga setelah dia menerima panggilan itu.

Akupun langsung lari bergegas masuk kedalam mobil polisi, agar aku tidak ditinggal mereka karena tubuhku tinggi tapi sangat kurus.

Mereka menganggapku jalangkung berjalan, benar-benar sialan. plak! Suara ayah angkat ku menepuk bahukum.

"Anak ini memang degil!" Bentaknya.

Tapi aku tidak berkomentar apapun dan hanya diam sampai tujuan, aku sudah mempersiapkan kejadian ini akan terjadi. Aku ke kantor polisi dengan celana training dan hoodie untuk menutupi wajahku.

Aku berlari bersama ayah angkatku dan Haga, bocah juga mengikuti kami. Para polisi yang lain menyiapkan matras udara tepat di bawah gedung gadis itu berdiri untuk berjaga-jaga. Dengan terburu- buru kami menaiki lift, aku menoleh keraha ayahku yang tampak sangat panik.

Saat kami sampai, gadis itu sudah berdiri diujung gedung itu dengan segala persiapanya untuk lompat. Deril yang tau kalau seseorang hendak bunuh diri di gedungnya langsung pergi ke atap untuk memastikan keadaannya.

Gadis yang berdiri di ujung gedung itu adalah staf perusahaan Alio, perusahan Deril. Aku berdiri di sana mengamati gadis itu, perlahan kakiku mulai melangkah mendekatinya, tapi gadis itu mengancam akan lompat jika aku semakin dekat.

Uncle dan Haga berusaha membujuk gadis itu, tapi dia tidak mau menyerah. Deril melihat kejadian itu secara langsung bersama Dion di belakang kami.

"Siapa itu?" Tanya Deril merujuk pada gadis yang hendak bunuh diri itu.

"Itu adalah staf termuda kita, katanya dia ada masalah keluarga. Ayahnya menikah lagi dan ibunya meninggal karena stres." Bisik Dion agar gadis itu tak mendengar mereka. Deril melihatku dari belakang, tapi dia tidak mengenaliku karena wajahku tertutup topi dari hoodie yang aku pakai.

"Aku tau kenapa kau mau melakukan bunuh diri, tapi tolong jangan relakan hidupmu hanya karena seorang ayah yang tidak berguna!" Teriak Haga.

Gadis itu menangis terisak, dia merassa hanya dirinyalah yang paling tersakiti didunia.

Dia juga mengabaikan perkataan ayah angkatku. Selangkah demi selangkah kami melangkah maju mendekati gadis itu, tapi gadis itu sadar dan mengamcam lagi.

Langkah kami terhenti dan gadis itu terus berteriak. "Tau apa kalian tentang hidupku? Tau apa? Aku yang menjalani hidupku jadi aku yang tau rasa sakitnya!!" Teriak gadis itu. "Ayahku selingkuh dan ibuku mati, untuk apa aku hidup lagi?" Lanjutnya.

Ayah angkatku dan Haga berusaha membujuknya, begitu juga dengan bocah polisi. Tapi aku tidak, aku justru merasa gadis itu sangat naif.

"Kenapa kami harus tau tentang hidupmu? Ada berjuta-juta manusia di dunia ini, apa kami harus tau semua masalah kehidupan mereka? Bukannya itu hidupmu? Terus apa urusannya dengan kami?" Cicitku sambil berjalan perlahan ke arah gadis itu.

Perkataanku membuat semua orang diam, Deril bahkan terkejut saat mendengarnya. Aku langsung melanjutkan perkataanku agar gadis itu lengah dan aku bisa menggapai tangannya lalu menariknya.

"Mau adu nasib? Saat aku kecil, ayahku menikah dengan wanita lain dan meninggalkan ibuku. Ibuku stres dan aku selalu masuk rumah sakit karena dia sering memukuliku. Nenekku mati karena serangan jantung saat dia tau anaknya menjadi seperti orang gila, kakekku juga ikut mati karena tidak kuat melihat keluarganya hancur." Kataku.

Tentu itu kulakukan agar gadis itu merasa bukan hanya dirinya yang menderita, agar dia merasa memiliki teman yang sama menderitanya seperti dirinya. Kulanjutkan perkataanku karena jarak kami semakin dekat.

"Setiap malam aku tidak pernah tidur karena takut ibuku sudah tiada saat aku bangun, dalam waktu satu bulan, aku harus menyiapkan dua pemakaman keluargaku, sekaligus menjaga ibuku yang hampir gila. Dan sekarang, suamiku juga menikah dengan wanita lain dan membuang aku dari kehidupannya. Bukankah kita bisa menjadi teman? Karena kita sama-sama menderita." Lanjutku.

Semua sorot mata tertuju padaku, menatapku dengan tatapan aneh. Angin yang bertiup kencang membuat topi hoodie ku terbuka.

Rambut blonde ku terlihat, Deril langsung menyadari kalau yang dia perhatikan daritadi adalah aku, Geira.

Deril terkejut karena wanita dengan masalalu yang menyedihkan itu adalah aku, orang yang dia anggap wanita penghibur. Sorot matanya berubah, dia menggertakan giginya, seperti akan memelukku dengan sangat erat.

Gadis itu terdiam, aku mengambil kesempatan ini untuk segera meraih tangannya, saat gadis itu mau melangkahkan kakinya ke arahku, dia terpeleset dan menarik tanganku dengan keras sampai kami bergelantungan di gedung itu.

Malu, itu yang aku rasakan. Meskipun momen itu adalah momen yang menakutkan, tapi momen itu adalah momen yang memalukan bagiku. Karena aku bergelantungan seperti monyet saat itu. Semua orang terkejut dan berusaha menyelamatkan kami, ayah angkatku pun berusaha menarikku untuk menyelamatkanku.

Deril tersentak, dia langsung berlari untuk menyelamatkanku dari gedung 21 lantai itu. Deril lebih heboh dari perkiraannku, ayahku dan Deril menggenggam tanganku dengan sagat kuat. Aku bisa melihat ekspresi penuh kekhawatiran di wajah mereka, terutama wajah Deril.

Tangan kiriku yang menggenggam tangan gadis itu mulai melemah, ku lirihkan pandanganku kebawa dan kulihat wajah gadis itu sangat ketakutan. Aku tersenyum dibuatnya, karena dia sangat comel dimataku.

"Masih mau bunuh diri, hm?" Tanyaku seraya meledekknya.

Mereka melihatku tertawa dan semakin marah. "Diam! Dan kau Haga, peluk aku yang kuat!" Teriak ayahku agar dirinya tidak ikut jatuh bersamaku.

"Iya om!" Jawab Haga.

Aku sering bertanya apa mereka memang seorang polisi, mereka lebih terlihat seperti pelawak.

Polisi yang disebut bocah itu bingung ingin memeluk siapa, akhirnya dia memilih untuk memeluk Deril saja.

"Dari pada diem aja." Batinnya saat itu.

Aku menatap wajah Deril dari bawah sini, melihat ekspresinya membuat ku terdiam. Jika dia tidak mengingatku, kenapa dia sebegitu khawatrinya padaku.

Setelah beberapa menit berusaha mengangkat kami, akhirnya aku dan gadis itu berhasil di selamatkan. Gadis itu pingsan karena terlalu takut dan bocah menggendongnya kebawah.

Aku duduk dipinggiran gedung itu bersama Haga dan ayah angkatku, Deril hanya menatapku, dia tidak berani bertanya tentang keadaanku.

Haga menepuk pundakku, nafasnya tak beraturan karena panik. "Gila, kau masih bisa senyum padahal kau tadi mau mati?" Kata Haga.

"Dia memang gila dari lahir, karena dia gila makanya dia tidak pernah mencoba bunuh diri walaupun masalahnya sesadis itu, padahal tidak semua dia ceritakan." Sahut ayahku.

Forgotten love ( cinta yang terlupakan)Where stories live. Discover now