e08 (masalalu)

126 96 17
                                    

Haga menepuk pundakku, nafasnya tak beraturan karena panik. "Gila, kau masih bisa senyum padahal kau tadi mau mati?" Kata Haga.

"Dia memang gila dari lahir, karena dia gila makanya dia tidak pernah mencoba bunuh diri walaupun masalahnya sesadis itu, padahal tidak semua dia ceritakan." Sahut ayahku.

"Ada lagi?" Tanya Haga penasaran. Matanya terbelalak.

"Waktu anak ini sendirian dan ibunya dikirim sementara ke RSJ, aku membantu mengurus perusahaan dan anak ini tinggal dengan keluargaku. Tapi siapa sangka kalau pencuri masuk kerumah kami dan membunuh semua anggota kelargaku, istriku menyembunyikan dia di dalam lemari dan anak ini melihat bagaimana keluargaku di bunuh satu per satu dari sela-sela lemari." Jawab uncle.

Aku hanya diam saat ayahku menceritakan kejadian itu, aku sama sekali tidak pernah melupakan kejadian itu sedikitpun.

Siapa yang bisa melupakan kejadian mengerikan seperti itu. "Aneh, ya? padahal masalalumu sesadis itu tapi kau waras sampai sekarang." Balas Haga meledek.

"Itu untungnya tidak punya perasaan, aku bersyukur karena anak ini masih hidup."

Aku mendengkus sinis, "Ku akui untuk umur segitu, itu memang terlalu berat. Tapi masalaluku tidak sebegitu menyedihkan sampai membuat mentalku rusak." Kataku seraya memakai topi hoodie yang terjatuh tertiup angin tadi.

Dion kembali setelah mengambil minuman untuk kami dan memberikan minuman itu ketangan Deril, maksudnya dia meminta Deril untuk memberikan minuman itu padaku. Deril hanya mendengarkan pembicaraan kami tanpa berkomentar apapun sedaritadi.

Aku, ayahku dan Haga beranjak pergi meninggalkan Deril dan Dion. Akhirnya Dion membuka minuman itu dan meminumnya sendiri karena tak kunjung memberikannya padaku.

"Dia sudah punya suami, ya? Aku penasaran seperti apa suaminya." Kata Deril. "Kalau dia sudah punya suami kenapa dia menciumku?" Lanjutnya.

Kau juga, padahal kau sudah punya istri, tapi kenapa mau di cium?" Balas Dion. Perkataan Dion membuat Deril terdiam, dia beranjak dari duduknya, mengibaskan jas nya dan pergi meninggalkan Dion di sana.

"Walaupun suaminya menikah dengan wanita lain, tetap saja mereka belum bererai." Batin Deril seraya berjalan pelan keruangannya.

***

Sore hari, aku pergi kerumah sakit untuk memastikan keadaan gadis itu, Zerio merawatnya dengan baik. Bahkan Zerio mengobati tanganku yang sakit karena tertarik, dia sangat baik dimataku.

"Aku beruntung punya teman baik." Kataku melihat seorang pria yang fokus mengobati tanganku.

Zerio melirikku, "Teman, ya?" Gumamnya pelan, wajahnya sedikit kecewa. Aku merasa aneh, apa aku sudah melukai hatinya? "Jadi? Oh... maksudmu sahabat? Yasudah, kita sahabat sekarang." Jawabku penuh pertimbangan.

Zerio tersenyum kecil, tapi aku merasa tidak ada ketulusan disenyumnya itu. Apa aku membuat kesalahan? Aku tidak tau itu.

Tapi pria yang sedang mengobatiku ini memang sangat baik, dia bahkan mengobatiku di ruangan pribadinya karena dia tau aku tidak suka tempat yang terlalu ramai.

Setelah dia mengobatiku, aku langsung bermain bersama Geira, kucing milik Zerio. Zerio masih sibuk merapikan ruangannya karena ruangannya sedikit berantakan.

Saat aku bermain bersama Geira si gembul, ada yang mengetuk pintu dan perlahan pintu itu berderik terbuka. Terlihat wajah yang familier masuk kedalam ruangan itu.

"Geira?" Gumam Deril melihatku.

Zerio langsung menyapa Deril saat itu juga. Karena aku tau mereka akan membicarakan sesuatu, aku keluar dari ruangan itu dan meninggalkan sigembul disana.

Gembul mendekati Deril dan naik di pundaknya, dia membuat Deril terkejut. ? Deril duduk di kursi yang sudah disiapkan Zerio seraya memangku kucing gembul itu.

Deril melihat kalung yang ada di leher kucing itu dan dia mengira kucing itu milikku, karena ada namaku di sana. "Kenapa wanita tadi meninggalkan kucingnya disini?" Tanya Deril yang mengira aku sudah pergi meninggallan rumah sakit.

Zerio tersenyum simpul. "Ini kucingku." Jawabnya.

"... oh..."

Deril diam membisu dan dia mengira aku berhubungan dengan Zerio, karena kucing itu menggunakan namaku.

"Kau pasti kemari mau menjenguk sekaligus menanyakan keadaan korban, bukan?" Tanya Zerio menebak.

Deril mengangguk dan Zerio menjelaskan tentang keadaan korban yang sudah dia tabrak saat itu. Deril langsung mengunjungi korban saat Dion memberitahunya bahwa dia menabrak seseorang dan orang itu masih koma di rumah sakit.

Dion dan aku sedang berbincang tentang keadaan Deril akhir-akhir ini siluar ruangan, kami sering berkomunikasi lewat pesan untuk melapor semua kegiatan Deril karena aku sagat penasaran dengan ingatannya.

"Aku juga terkejut saat dia menangis." Desis Dion berbisik di telingaku.

"Aneh, kan? Padahal dia bilang aku wanita penghibur." Kataku membalas bisikannya. Dion menepuk punggungku.

"Sabar ya, Geira. dalam waktu dekat pasti dia ingat."

Kami tak menduga Deril mengintip dan mendengarkan pembicaraan kami dari sela pintu yang sedikit terbuka. Untung dia hanya mendengarkan akhirnya saja.

Deril mengkernyitkan dahinya, dia pun membuka pintu yang sudah sedikit terbuka dengan lantang dan menutup nya dengan sangat kuat sampai membuat kami terkejut.

Brak! Deril langsung pergi meninggalkanku dan Dion, Dion pun mengejar langkah nya yang cepat itu.

Aku melihat mereka yang perlahan menjauh dariku dengan tatapan hampa. Aku tidak mengerti kenapa sikapnya jadi semakin dingin padaku, padahal tadi dia sangat khawatir padaku.

"Aku memberimu waktu satu bulan, kalau kau tidak mengingatnya, aku yang akan membuangmu sendiri." Batinku.

Aku juga memiliki batas kesabaran, aku tidak bisa menunggu hal yang tidak pasti itu. Sampai kapan aku harus sabar, ditambah lagi orang tuanya pulang minggu ini. Kalau orang tua Deril pulang, masalahku pasti bertambah banyak, di tambah dengan Fira yang sudah mulai bereaksi.

"Intinya awal oktober adalah penentu aku akan terus melanjutkan hubungan ini atau melepaskan hubungan ini." Kataku dengan lantang. Aku terlalu fokus dengan Deril, sampai aku tidak menyadari kalai Zerio sudah berdiri di belakangku dan mendengar ocehanku.

"Hubungan? Hubungan apa, hm?" Tanya Zerio penasaran. Sontak aku langsung mengalihkan topik dan membuat Zerio lupa tentang apa yang akau katakan barusan, karena Zerio tidak tau tentang hubunganku dan Deril.

***

Di rumah, Fira menaruh obat yang di sarankan oleh Sora. Dia tersenyum saat mengganti suplemen Deril dengan obat yang dia dapat.

Di dalam pikirannya hanya tentang ingatan Deril yang dia takuti, dia sampai rela berbuat seperti itu demi terkuburnya ingatan Deril. "Dia tidak boleh ingat, pokoknya tidak boleh!" Tegas Fira.

Egois, jahat dan seperti anak-anak, itu adalah sifat Fira. Sifat yang sangat dibenci Deril, kepribadiannya sangat bertolak belakang dengan Deril.

Sifat Deril cenderung lebih tenang, dingin tapi hatinya hangat. Mungkin itu yang membuat Deril menyukaiku dulu, karena sikapku sama tenangnya dengan sikapnya.

Tapi aku juga tidak mengerti, kenapa dia mengejarku meskipun aku sudah menolaknya berkali-kali. Yah... walaupun akhirnya aku juga menikah dengannya, tapi itu kulakukan karena aku mau memberi pelajaran untuk orang tua Deril yang tak lain adalah mertuaku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 15, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Forgotten love ( cinta yang terlupakan)Where stories live. Discover now