salah satu kelemahan Jira

160 4 0
                                    

Mobil Adhinata pas sekali berhenti di gerbang rumah Jira, lelaki itu menengok ke arah Jira lalu ternyum

"Besok kuliah aku jemput yah?"

"Aku punya mobil" jawab Jira sambil membuka sabuk pengaman di badan nya

Iya ingin segera buru buru masuk lalu meminta penjelasan kepada orang tuanya, atas dasar dan maksudnya apa iya di pertemukan dengan Adhinata ? Ini semacam menjadikan dirinya korban atas bisnis atau orang tuanya yang menjual dirinya kepada Adhinata !

"Aku tau, bukan nya tadi kita sudah sepakat kalau kamu tak akan menolak setiap tindakan mu untuk mendekati mu"

Adhinata sebenarnya hanya ingin menahan Jira dengan setiap perkataan panjang nya yang membutuhkan jawaban, sekalipun jawaban yang keluar dari mulut Jira tak sesuai dengan ekspektasi diri nya

"Aku tak pernah bilang begitu! Kamu bebas melakukan apapun tapi jangan memaksa ku untuk mengikuti kemauan mu"

"Aku tidak memaksa mu, aku hanya menawarkan "

"Jawaban ku tidak! Bisa kamu fahami kata kata ku?"

"Aku faham, tapi aku menolak mengerti"

Sena memahamkan matanya sambil menggempalkan kedua tangan nya, padahal hanya hitungan jam iya bertemu dengan lelaki di depan nya ini, tapi entah sudah berapa banyak kata kata kasar yang keluar dari mulutnya

"Terserah! Aku pamit dulu, trimaksih untuk hari ini"

Jira tak menunggu jawaban dari Adhinata lagi iya langsung keluar dari mobil Adhinata lalu masuk ke dalam rumahnya

***

"Ini maksudnya apa ya?"

Jira langsung to the poin saat membuka ruangan kerja papah nya, melihat sang papa sedang santai dengan tablet di tangan kanan nya serta segelas kopi di hadapan nya

Aryan hanya menengok sebentar lalu kembali fokus ke dalam tabletnya

"Gimana perkenalan nya, dia laki-laki yang papah pilihkan untuk mu"

"Pah! Apa ini semacam aku menjadi korban dalam urusan bisnis! "

"Tidak, mana ada seperti itu"

Aryan menaruh tablet yang iya pegang ke meja di depan nya lalu menyuruh Jira duduk di hadapan nya

"Hanya Adhinata lelaki yang cocok bersanding dengan putri ku" ujar Aryan

"Bukan papah yang bisa menentukan itu, hanya aku yang tau siapa apa yang cocok untuk ku"

"Tapi 1 hal yang harus kamu ingat kalau kamu itu putri ku"

"Lantas mengapa papah memperlakukan ku seperti boneka?"

Nafas Jira bahkan tak beraturan dadanya begitu sesak, fali iya tak ingin menangis di depan papahnya! Iya ingin membuktikan kalau Adhinata bukan pilihan di dalam kehidupannya

"Kapan papah menjadikan mu boneka? Setiap keinginan mu selalu papah penuhi! Apapun itu asalkan positif, lanyas mengapa saat papah baru meminta sesuatu kamu langsung menganggap dirimu seperti boneka?"

Aryan tampak begitu tenang menghadapi putrinya, keras kepala putrinya tak bisa di balas dengan amarah

"Aku tak mau pah, masih banyak mimpi yang harus ku wujudkan"

"Papah sama sekali tak memberhentikan atau menghapus mimpi mimpi mu Jira, papah hanya mengirimkan seseorang untuk mu agar kamu tak tersesat"

Menurut Aryan, hanya Adhinata lah yang tepat untuk bisa membimbing dan juga menuntun Jira jika Jira jika Jira salah mengambil langkah saat meneruskan mimpi mimpinya

Aryan juga tak asal pilih pilih untuk mencari siapa yang tepat untuk menjadi pendamping putrinya, iya butuh seseorang yang punya ilmu pengetahuan yang melebihi putrinya dan yang pasti bisa menjaga kepercayaan dirinya, dan di saat yang tepat Adhinata muncul seperti tuhan sedang mengabulkan doa doanya melalui Adhinata

Keluarga Aryan juga sangat suka pada Jira, Aryan bahkan baru tau kalau putrinya mempunyai nama di luaran sana, makanya lah jadi rencana perjodohan antara Adhinata dan juga putrinya, Jira

"Aku tak mau pah,, Jira bisa menentukan pilihan hidup Jira sendiri tanpa campur tangan papah,! Aku bisa! Aku bisa sendiri"

"Apa papah pernah memberikan mu sesuatu yang buruk Jira Anastasya! Papah selalu memberikan kamu sesuatu yang pas dan cocok dengan mu"

"Tapi tidak dengan Adhinata!"

Aryan langsung memijat pelipisnya, iya tau kalau putrinya keras kepala tapi iya tak tau kalau putri nya se keras kepala ini

"Ambilkan obat jantung papah di kotak p3k, jantung papah rasanya berhenti berdetak untuk menghadapi sikap pembangkangan mu ini"

Jira langsung terdiam, matanya melirik ke sembarangan arah sampai akhirnya iya bangun untuk mengambil obat jantung milik papah  nya

Aryan memang memiliki riwayat jantung yang bermasalah, sudah di periksa ke dokter maupun pakar kesehatan lain nya, katanya ada masalah di jantungnya yang membutuhkan waktu lama dan itu harus meminum obat secara rutin

"Jira ambilkan airnya sebentar"

Aryan hanya mengangguk lalu menyenerkan kepalanya ke sandaran kursi, sambil menunggu putrinya mengambil segelas air untuk dirinya, untungnya saja di ruangan kerjanya ada dispenser air, jadi hanya untuk sekedar mengambil air tak harus jauh jauh mengambil sampai ke dapur

"Hati hati meminumnya pah"

Aryan hanya mengangguk lalu meminum obat nya secara perlahan, lalu menaruh gelas yang sudah kosong ke atas meja

Jira langsung terduduk di lantai, lalu iya sandarkan kepalanya di atas paha papahnya, satu tangan Aryan memijit pelipisnya dan satu tangan nya lagi mengusap kepala putrinya

"Papah sudah tua, tak mungkin papah asal memilih untuk menjadi pendamping hidup mu sayang, papah bukan orang tua yang mengorbankan anaknya untuk pekerjaan, papah nya ingin kamu bahagia saat papah tak ada"

Jira diam, entah mengapa jika sudah membahas masalah penyakit papahnya, Jira menjadi lemah

"Jira punya perjanjian dengan Adhinata, dalam waktu 1 semester Adhinata harus mendapatkan hati Jira, apapun keputusan nya! Jira harap papah Takan kecewa" ujar Jira dengan begitu lirih

Bahkan saat ini ada air mata yang terjatuh, Jira selalu seja lemah jika papahnya sudah kambuh begini

"Iya, papah harap kamu ga salah sambil keputusan Jira, papah lakuin semua ini demi kebaikan kamu"

Jira mengangguk, tapi tetap membiarkan posisi nya seperti ini, kepalanya yang di usap oleh Aryan dan kepalanya yang masih setia di pangkuan papahnya

Aryan sebenarnya sudah mengetahui tantang berita itu, tadi iya di beritahu oleh Adhinata, Adhinata bahkan meminta izin terlebih dahulu untuk mendekati putrinya, dan itu menjadi nilai tambah untuk Adhinata dari Aryan

"Sudah Sanah mandi, papah tau kamu risih dengan penampilan seperti itu"

Tak ada jawaban atas perintah Aryan, Jira masih Dian sambil sesekali mengusap air matanya yang jatuh

"Tadi papah beliin kamu kelinci, lucu deh bukunya tuh abu abu"

Baru kali ini ada pergerakan dari Jira, Jira bahkan melihat ke arah wajah papahnya

"Kelinci?" Tanya Jira untuk memastikan

"Iya, tapi masih kecil gitu kelincinya! Coba lihat deh ke belakang takutnya di buang sama mamah mu! Tau sendiri mamah kamu alergi bulu "

Jira langsung mengangguk, perlahan iya bangun lalu mengecup pipi Aryan berkali kali, baru ingin melangkah tapi tangan jira di tahan oleh Aryan

"Bersihkan dulu badan mu, baru lihat kelinci nya"

"Nanti kalau di buang mamah bagaimana?"

"Mamah mu belum mengetahuinya, mungkin akan tau besok, itupun kalau mamah mu ke taman belakang "

"Hemmm, okey pah"

Di Jodohin Ceo Dingin Where stories live. Discover now